
Masih Malu Mandi Lulur
Oleh: RORO SAWITA
Berdandan rapi, wangi, trendy, dandy dan berpostur ideal menjadi ciri khas pria metroseksual. Butik, tempat fitness dan salon menjadi area tongkrongan mereka. Kalu dulu penampilan mereka dianggap “nyeleneh” atau agak feminism. Tapi kini pria metroseksual menjadi incaran gadis-gadis muda.
Di Denpasar, kehadiran pria berlabel metroseksual bisa dilihat dari menjamurnya salon-salon berlabel “for men” bukan “for gentle”. Mereka melakukan treatment layaknya perempuan. Dari ujung rambut hingga kaki dapat dipermak seindah mungkin. Menurut Muslimin, hair draiser Theguh Wijaya Salon, yang berlokasi di Ramayana Bali Mall, mereka sangat memperhatikan gaya rambut dan kebersihan wajah. Potongan rambut bentuk Jepang, Cina dan Mowhak menjadi pilihan utama. Mereka menganggap rambut sebagai daya tarik yang dikagumi kaum perempuan. Ada yang rutin dicreambath, bleaching dan diwarnai rambutnya. Warna-warna coklat saat ini sangat digemari. Warnanya tidak tampak terang namun terlihat mengkilau.
Bagian wajah dirawat kaum metroseksual dengan cara fasial. Setidaknya setiap minggu mereka mengunjingi salon. Para pria ini merasa tidak percaya diri bila wajahnya penuh jerawat. Pada hari-hari libur, salon paling banyak dikunjungi pelanggan laki-laki. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam sekedar menunggu giliran. Kebanyakan adalah kaum muda, mahasiswa, anak sekolahan atau para eksekutif. Dalam sehari Theguh Wijaya Salon bisa menerima 35 orang pria metroseksual. Lulur badan, pedicure dan medicure kurang diminati pria metroseksual. “Sepertinya mereka masih malu luluran, pedicure dam medicure di sini. Mereka bisa lakukan sendiri di rumahnya,” ujar Muslimin.
Edi Yana, Pengelola Bali Generation Fitness, Jl Tukad Pakerisan 130 Denpasar mengaku tempat fitness juga menjadi incaran kaum metroseksual. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berolahraga sambil bercengkrama. Mereka bermain burble agar bentuk tubuh atletis. Delapan tahun lalu tempat fitness ini hanya dikunjungi 20 pria, kini membludak sampai 200 orang menjadi member fitness.
Keterangan foto: Kaum "pria metroseksual" tidak lagi merasa malu masuk keluar salon untuk merawat tubuh dan penampilannya. (KPO/Putu Wirnata).
Oleh: RORO SAWITA
Berdandan rapi, wangi, trendy, dandy dan berpostur ideal menjadi ciri khas pria metroseksual. Butik, tempat fitness dan salon menjadi area tongkrongan mereka. Kalu dulu penampilan mereka dianggap “nyeleneh” atau agak feminism. Tapi kini pria metroseksual menjadi incaran gadis-gadis muda.
Di Denpasar, kehadiran pria berlabel metroseksual bisa dilihat dari menjamurnya salon-salon berlabel “for men” bukan “for gentle”. Mereka melakukan treatment layaknya perempuan. Dari ujung rambut hingga kaki dapat dipermak seindah mungkin. Menurut Muslimin, hair draiser Theguh Wijaya Salon, yang berlokasi di Ramayana Bali Mall, mereka sangat memperhatikan gaya rambut dan kebersihan wajah. Potongan rambut bentuk Jepang, Cina dan Mowhak menjadi pilihan utama. Mereka menganggap rambut sebagai daya tarik yang dikagumi kaum perempuan. Ada yang rutin dicreambath, bleaching dan diwarnai rambutnya. Warna-warna coklat saat ini sangat digemari. Warnanya tidak tampak terang namun terlihat mengkilau.
Bagian wajah dirawat kaum metroseksual dengan cara fasial. Setidaknya setiap minggu mereka mengunjingi salon. Para pria ini merasa tidak percaya diri bila wajahnya penuh jerawat. Pada hari-hari libur, salon paling banyak dikunjungi pelanggan laki-laki. Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam sekedar menunggu giliran. Kebanyakan adalah kaum muda, mahasiswa, anak sekolahan atau para eksekutif. Dalam sehari Theguh Wijaya Salon bisa menerima 35 orang pria metroseksual. Lulur badan, pedicure dan medicure kurang diminati pria metroseksual. “Sepertinya mereka masih malu luluran, pedicure dam medicure di sini. Mereka bisa lakukan sendiri di rumahnya,” ujar Muslimin.
Edi Yana, Pengelola Bali Generation Fitness, Jl Tukad Pakerisan 130 Denpasar mengaku tempat fitness juga menjadi incaran kaum metroseksual. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berolahraga sambil bercengkrama. Mereka bermain burble agar bentuk tubuh atletis. Delapan tahun lalu tempat fitness ini hanya dikunjungi 20 pria, kini membludak sampai 200 orang menjadi member fitness.
Keterangan foto: Kaum "pria metroseksual" tidak lagi merasa malu masuk keluar salon untuk merawat tubuh dan penampilannya. (KPO/Putu Wirnata).
KPO/EDISI 143/JANUARI 2008
0 komentar:
Posting Komentar