Ecocity Untuk Pisang Cavendish

thumbnail
OLEH: AGUS SALAM
Demplot pohon pisang cavendish milik PT Nusantara Tropical Fruit Jl Taman Nasional Way Kambas, Rajabasa Wayjepara, Lampung Timur ternyata memakai cairan Ecocity. Selama tiga bulan ditritmen, pertumbuhan tanaman ini lebih cepat. Selain itu batang pohon pisang cavendish terlihat subur, kokoh dan besar dengan daun lebih lebih lebar.
Tim ahli PT Songgolangit Persada Jakarta, Ir Zakky Husein menyatakan, pupuk organik cair berupa Ecocity merupakan hasil pengembangan dari teknologi EM yang dikhususkan untuk tanaman perkebunan atau tanaman tahunan. Ecocity mengandung berbagai unsur hara, baik makro maupun mikro dan mineral berupa asam amino, vitamin, hormon, enzyme dan antioksidan yang memberi daya tahan terhadap gangguan penyakit, cuaca dan lingkungan ekstrim.
Ecocity juga diperkaya konsentrasi inoculant EM4 yang mengandung bakteri pelarut Phosphot, Lactobacillus, bakteri Fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces dan ragi dalam komposisi tepat dan seimbang yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Hal ini disebabkan setiap species mikroba mempunyai fungsi dan peranan sendiri dengan sifat saling menunjang dan bekerja sinergis. Bakteri dalam Ecocity juga berasal dari alam asli Indonesia yang aman bagi lingkungan. Selama uji coba, Ecocity telah memberikan hasil yang cukup prima dan hemat biaya penggunaan pupuk kimia hingga 50%.
Cavendish merupakan jenis pisang yang miliki nilai ekonomis tinggi dan komoditas ekspor yang cukup menjanjikan. Pisang cavendish yang disajikan sebagai buah segar sangat menarik dengan buah cukup besar. Biasanya jenis pisang ini dipasarkan di sejumlah super market. Pisang cavendish banyak diusahakan dalam skala besar sebagai komoditas ekspor buah-buahan dalam buah segar, ke Eropa dan Timur Tengah. Di sejumlah Negara di luar negeri, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Dwarf cavendish dan Giant Cavendish.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

EM4 Untuk Ternak Sapi

thumbnail
OLEH: AGUS SALAM
Tak sekedar ternak sapi jadi cepat gemuk, tapi dengan EM4, ternak bebas dari berbagai serangan penyakit, dan tentu ternak dijual dengan harga yang relatif mahal. PT Lembu Jantan Perkasa merupakan sebuah peternakan penggemukan sapi plus pembibitan sapi potong. Lokasinya terletak di Jl Raya Serang, Pandeglang, Desa Sindang, Serang, Banten.
Selama ini , perusahaan itu sudah mengadopsi teknologi EM untuk menjaga kesehatan ternak. Teknologi EM cocok untuk menjaga kesehatan sapi, terutama menyeimbangkan mikroorganisme dalam perut sapi. Usman, salah satu karyawan perusahaan itu menjelaskan, mereka memakai EM4 untuk campuran air minum ternak dan fermentasi pakan sehingga ternak yang kini berjumlah 4000 ekor itu lebih sehat dan cepat gemuk.
Selain untuk campuran minum dan untuk memfermentasi pakan alami ternak, EM4 juga dipakai untuk sanitasi dan pembuatan bokashi pupuk kandang. ‘’Jumlah kotoran sapi per hari bisa mencapai 4000 ton. Kalau tidak ditritmen dengan baik, tidak jadi sesutau yang berharga,’’ katanya.
Biasanya kata Herman, kotoran sapi dikarungkan. Harga per karung Rp 2000-Rp 3000. PT Lembu Jantan Perkasa Serang Banten merupakan peternakan yang cukup besar di kawasan Banten. Per bulan bisa menghasilkan anakan sapi (pedet) minimal 70 ekor. Hasil produksi pembibitan berupa induk sapi bunting yang dijual ke peternakan di Sumatera Barat, Pacitan dan Malang.
Sapi asal Australia ini, tidak perlu dikwatirkan soal iklim karena telah lama mengalami proses adaptasi iklim dan pakan. Daya reproduksi tinggi dan produksi air susu cukup untuk anak. Aktivitas pembibitan hanya dilakukan di atas lahan seluas 7 dari 25 ha. Dari luas lahan itu, baru sepertiga yang efektif dijadikan kandang, kantor, gudang dan jalan baru.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Obat Tradisional Dongkrak Penerimaan Devisa

thumbnail
Tumbuhan obat merupakan salah satu komoditas hortikultura prospektif untuk dikembangkan menjadi komoditas andalan, karena berperan meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan devisa negara. Hasil olahan tumbuhan obat mempunyai nilai ekonomis tinggi, kata Prof Dr Ir Bambang Pujiasmanto, MS yang dikukuhkan menjadi guru besar di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) 30 April di Solo, Senin (27/4).
Setiap tahun, lanjut Prof Bambang, penggunaan obat tradisional (herbal medicine) di dunia terus mengalami peningkatan. Total impor fitofarmaka di pasaran internasional pada dekade terakhir ini 500.000 ton per tahun dan tumbuh 8,5% per tahun.
Untuk budi daya tumbuhan obat memiliki keuntungan yang bersifat ekonomis maupun non ekonomi. Antara lain peningkatan pendapatan masyarakat, pelestarian ekosistem dan plasma nutfah, penjaminan kontinuitas suplai bahan baku, peningkatan kualitas, dan kuantitas hasil produksi tumbuhan obat. Perhatian dunia terhadap obat-obatan dari bahan alam (obat herbal) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara berkembang maupun maju.
Data yang dihimpun Sekretariat Convention on Biological Diversity (CBD), penjualan global obat herbal mencapai 60 miliar dolar AS per tahun.
Seperti dilansir Antara, obat-obatan herbal telah diterima secara luas di negara-negara yang tergolong berpendapatan rendah sampai maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, 65% dari penduduk di negara maju memakai obat-obatan herbal.
Peran tumbuhan obat dalam pemberdayaan ekonomi dapat melalui penyediaan bahan baku, penggerak berkembangnya sektor ekonomi pedesaan, pemanfaatan sumber daya domestik, penyerapan tenaga kerja produktif di pedesaan plus media untuk meratakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendatangkan devisa bagi sebuah negara.
Hanya saja, sebut Prof Bambang, pengembangan tumbuhan obat harus perhatikan pengembangan sentra produksi, benih, penangkar benih/bibit, pemanfaatan paket teknologi, peningkatan sumber daya manusia dan penguaan modal kelompok petani.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Tawa Bisa Kurangi Resiko Diabetes

thumbnail
Gelak tawa dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kadar kolesterol mereka dan menurunkan resiko penyakit pembuluh darah dan jantung, demikian hasil satu studi baru. Menurut Lee Berk dari Loma Linda University yang memimpin studi itu, pilihan gaya hidup memiliki dampak mencolok dalam kesehatan dan penyakit dan ini semua adalah pilihan yang kami dan pasien lakukan sebagaian tindakan pencegahan dan pengobatan.
Para peneliti membagi 20 pasien diabetes yang beresiko tinggi,-- semua juga menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (faktor resiko bagi penyakit pembuluh darah dan jantung)-- jadi dua kelompok. Kedua kelompok diberi obat diabetes standard. Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau--- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan.
Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (Kelompok L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine yang lebih rendah, keduanya dipandang sebagai penyebab stres. Stres diketahui sangat mematikan. Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) naik 26% pada Kelompok L tapi hanya 3% dalam Kelompok C.
Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah serta jantung, turun 66% dalam kelompok tertawa tapi hanya 26% pada kelompok pemantau. ‘’Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur-tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme dan harapan,’’ kata Berk.
Meski begitu, Berk mengatakan tawa tentu dapat menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi perlu dilakukan penelitian lebih detail guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Tolak Angin Diusul Jadi Merek Yang Mendunia

thumbnail
PT Sido Muncul akan menjadikan jamu Tolak Angin sebagai salah satu merek Indonesia yang mampu dikenal di tidak hanya di pasar domestik, tapi juga pasar internasional untuk mendukung target pemerintah memiliki 200 merek lokal yang mendunia. ‘’Kami menjagokan (jamu) Tolak Angin menjadi merek Indonesia yang mampu mendunia,’’ ujar Presdir PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, di Jakarta, Senin (27/4).
Menurut Hidayat, saat ini jamu itu telah diekspor ke berbagai negara terutama kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Selain itu, telah dipasarkan secara langsung maupun pihak ketiga ke sejumlah negara seperti Hong Kong, Taiwan, negara-negara di Timur Tengah, Nigeria dan Suriname. ‘’Sebagian besar penjualan jamu tersebut melalui toko-toko Indonesia yang ada di luar negeri. Tapi ada juga yang dibawa khusus oleh warga Indonesia yang tinggal di berbagai negara,’’ ujarnya.
Untuk memperluas pemasaran di luar negeri, Sido Muncul terus mengupayakan lolos dari berbagai uji laboratorium seperti uji klinis agar bisa diterima sebagai obat herbal bagi masyarakat dalam maupun luar negeri. ‘’Kami berharap dengan uji laboratorium maka jamu Tolak Angin bisa menjadi merek produk lokal yang go global,’’ ujarnya.
Dalam 10 tahun terakhir omzet penjualan jamu Tolak Angin terus meningkat. Pada 2008 omzet penjualan naik 40% dibanding 2007, dan Tolak Angin menyumbang 20% dari pendapatan PT Sido Muncul. Hingga kini, omzet penjualan jamu Tolak Angin terbesar masih dari dalam negeri, dan ekspor baru 10%.
Upaya pemerintah mengembangkan produk dengan merek lokal untuk dikenal luas oleh masyarakat di dalam dan luar negeri merupakan motivasi tersendiri bagi para produsen untuk meningkatkan kualitas dan meraih kepercayaan konsumen. ‘’Saya menggandeng produsen Teh Botol dan Kacang Dua Kelinci untuk iklan bersama, mendorong masyarakat mencintai produk-produk Indonesia. Dengan iklan itu, kami juga memiliki tanggung jawab untuk terus memperbaiki mutu produk agar dipercaya masyarakat,’’ ujarnya.
Sebelumnya (22/4) pada pencanangan gerakan dan peluncuran logo Aku Cinta Indonesia, Menteri Perdagangan Mari E Pangestu menargetkan 2009 ada 200 merek produk yang bisa dikenal hingga luar negeri. Semua produk itu sedang disusun data base perusahaan, termasuk usaha kecil dan menengah, yang memiliki produk dengan merek yang berpotensi dikenal dunia.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Kenari Cegah Kanker Payudara?

thumbnail
Memakan kenari diduga memberi tubuh asam lemak esensial omega-3, anti-oksidan, dan phytosterol, zat yang mengurangi resiko kanker payudara, demikian hasil satu studi yang disajikan Selasa pada Pertemuan Tahunan Ke-100 2009 Asosiauntuk Riset Kanker AS.
Phytosterol (yang juga disebut plant sterol) merupakan sekelompok alkohol steroid, phytochemical alamiah yang terdapat pada tanaman. Phytosterol berbentuk bubuk putih dengan aroma khas yang tak menyengat tidak larut di dalam air dan larut di dalam alkohol. Zat tersebut memiliki banyak manfaat, misalnya sebagai bahan tambahan makanan guna menurunkan kadar kolesterol, serta pada obat dan kosmetika.
Elaine Hardman, pembantu profesor di bidang obat di Marshall University School of Medicine mengatakan, meskipun studinya dilakukan pada hewan laboratorium dan bukan manusia, orang mesti memperhatikan saran agar makan lebih banyak kenari. ‘’Kenari lebih baik daripada kue, buah segar, atau keripik kentang ketika anda memerlukan kudapan,’’ kata Hardman.
Hardman dan rekannya mengkaji tikus yang diberi makan makanan yang mereka perkirakan sama dengan porsi manusia, dua ons kenari per hari. Satu kelompok terpisah tikus diberi makanan yang dipantau. Pemeriksaan standard memperlihatkan konsumsi kenari secara mencolok menurunkan peristiwa tumor payudara, jumlah kelenjar tumor dan ukuran tumor. ‘’Tikus laboratorium ini secara khusus memiliki 100 persen peristiwa tumor dalam lima bulan; konsumsi kenari menghambat perkembangan tumor itu sampai setidaknya tiga pekan,’’ kata Hardman.
Analisis molekuler memperlihatkan, peningkatan konsumsi asam lemak omega-3 memberi sumbangan pada penurunan peristiwa tumor, tapi beberapa bagian lain kenari juga memberi sumbangan. ‘’Jelas bahwa kenari memberi sumbangan bagi makanan sehat sehingga dapat mengurangi kanker payudara,’’ katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Biotor Jakarta Gandeng Bengkel & Club Se-Jabodetabek

thumbnail
“Mba, tolong dong Kudo satu, sekalian dengan Hexon,” ujar seorang pemuda yang terburu-buru datang ke counter Ramuan Pak Oles Kebagusan, Jakarta Selatan. Setelah membayar, ia langsung membuka jok Honda Vario dan menuangkan Kudo ke dalam tangki BBM, lalu Hexon disimpan di bagasi.
Menurut Dony, kedua produk itu sudah menjadi sahabat sejati skutik. “Setelah pakai Kudo terasa banged bedanya. Selain matik lebih bertenaga, tarikan lebih enteng, lari tambah ngacir,” lanjut pemuda yang biasa dipanggil Dony, seorang karyawan perusahaan swasta di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Tri biotor (Hexon, Kudo dan Spontan Power) menjadi sahabat penggeber roda dua di Jakarta termasuk biker pelbagai klub motor batangan yang duluan akrab sama Spontan Power. ‘’Belakangan ini penjualan Hexon dan Kudo terus meningkat,” kata Cahyo, Supervisior Biotor Jakarta.
Untuk lebih mendekatkan diri kepada pelanggan, Pak Oles & Biotor Technology kerja sama dengan koperasi klub-klub sepeda motor dan menggandeng puluhan bengkel ternama di Jakarta. Harga yang dijual para pemilik bengkel tetap sama dengan harga counter. ‘’Kerja sama ini merupakan salah satu cara untuk lebih mendekatkan produk Hexon, Kudo dan Spontan Power kepada konsumen. Kami juga memberikan kesempatan kepada bengkel yang mau jadi mitra dan rekanan,” tambah Cahyo.
Produk Hexon (vitamian oli) dapat merawat mesin dan menjaga usia oli. Kudo (vitamin BBM) dapat menambah akselerasi mesin dan menambah tenaga sedangkan Spontan Power untuk hemat konsumsi BBM hingga 15%.
Berikut nama-nama bengkel Rekanan Biotor se-Jabodetabek; Bewok Motor (98749269) Jl H Suaip Krukut Depok, Tujuh Motor (98936219) Jl Brigif Gandul, Jaksel, Ponorogo Motor Sport (PMS) 08159917843 Jl Cileduk Raya Gg Sabar, Tangerang, Wage bengkel (087880499546) Jl Raya Citayam 92, Citayam, Kencana Bengkel (0813847914511) Jl M Kahfi 1 Ciganjur, Jaksel, Kilat Motor (08131785375) Jl Raya Gandul depan GOR Kaliki Depok, Nanang Bengkel, Jl Raya Kebagusan II, Jaksel dan bengkel modifikasi Tauco Custom (085691567900) di Jl Kebagusan Raya 99, Jaksel. (DEDI)
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Cinta Sama Yang Sporty

thumbnail
Feby Shinta Dewi
Dara manis yang selalu ditemani sang mama saat lakoni dunia model itu tampak sumringah. Pasalnya, sejak turunnya harga bahan bakar minyak (BBM), dompetnya kembali basah. Bagaimana tidak, jarak Nusa Dua-Denpasar, yang setiap hari dilalui dari rumah ke kampus Unud Jimbaran sempat membuat keder dirinya. ‘’Uang jajanku habisnya di bensin aja. Tapi sekarang sudah bisa sedikit bernafas lega,’’ tutur pembesut Vario ini.
BBM merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan mayoritas pergerakan ekonomi dari, antar dan ke kota desa sangat tergantung pada kestersediaan BBM. ‘’Coba aja BBM naik harga-harga barang lainnya pasti turut naik. Kasihan rakyat miskin,’’ sebut pemilik tubuh langsing yang belum genap setahun melakoni dunia model ini.
Menyinggung dunia otomotif, Feby begitulah ia dikrabi, mengaku sangat mengidolakan pria penunggang Ninja. Pemuda pembesut motor sport tampak gagah saat melaju di jalanan. ‘’Kalo cewek, cocoknya sama matic. Untuk cowok aku cinta mati sama penunggang Ninja. Keren deh,’’ akunya. (YUNI)

Biodata
Nama : Feby Shinta Dewi
Panggilan : Feby
Tempat Tanggal Lahir : Denpasar, 22 Februari 1989
Tinggi/Berat Badan : 169 cm/41 kg
Pendidikan : Mahasiswa Universitas Udayana, Jurusan Ekonomi, Semester III
Orang Tua : Muhammad Kristanto (Bapak)
I Gusti Ayu Ngurah Sri Ardani (Ibu)
Alamat : Jl Siulan Gang Sekar Sari/4 Denpasar
Prestasi : Juara I Lomba Modelling, Sekolah Lentera Kasih (2008)
Motor Favorit : Vario, Ninja
Agency : Belby Enterprise, Jl Bhineka Nusa Kauh I Blok P.119
Telp (0361) 7430478 Dalung Permai, Badung-Bali
Lokasi Pemotretan : Bajaj
Fotografer : Gede Sustrawan & Putu Wirnata
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Pemasangan Spontan Power Pada Yamaha Mio

thumbnail
Spontan Power (SP) adalah produk otomotif dengan teknologi EM Keramik untuk menghemat BBM dan merawat mesin. Spontan Power ciptaan Dr Ir GN Wididana, MAgr alias Pak Oles ini bisa digunakan untuk semua jenis kendaraan roda empat dan dua, termasuk motor matic Yamaha Mio.
a) Lepas/ buka dek bodi bagian tengah, samping kiri dan bagian belakang
(Gambar 1 )
b) Perhatikan instalasi BBM, pada mio terlihat jelas ada dua macam selang yaitu: selang bensin (besar) dan selang vacum (kecil), (gambar 2).
c) Lepas selang bensin pada krawang tangki dan potong selang tersebut + 6 cm dan hubungkan dengan kedua nepel in dan out Spontan Power (gambar 3).
Spontan Power siap digunakan. Selamat mencoba!
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Hexon Untuk Oli Lama & Baru

thumbnail
Tanya:
Pak Yunus yang terhormat.
Apakah dibolehkan saya menggunakan Hexon, Vitamin Oli pada oli lama atau oli yang sudah saatnya diganti dan berapa km lagi kualitas oli bisa dipertahankan? Dan kalau untuk kendaraan 2T oli yang mana harus dituangkan Hexon?
Dari: Ahmad, tinggal di Jakarta.

Jawab:
Terima kasih Pak Ahmad atas pertanyaannya. Hexon memperpanjang umur oli
Hexon sebagai vitamin oli dapat digunakan untuk oli lama dan oli baru. Untuk membuktikan keunggulan Hexon sebagai vitamin oli, gunakan pada oli lama. Terbukti akselerasi mesin kendaraan akan meningkat dan dapat digunakan 500 km lagi. Coba cek volume oli, lumayankan menghemat. Bila Hexon dituangkan saat penggantian oli baru, umur oli dapat bertambah 1000 km. Untuk kendaraan 2T Hexon dapat dituangkan pada oli atas dan oli bawah. Terima kasih.

KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Yamaha Maha Surya Servis Keliling

thumbnail
Untuk lebih mendongkrak penjualan, Dealer Yamaha Maha Surya Ngurah Rai Tuban menawarkan servis gratis dengan membuka bengkel darurat di depan kantor redaksi MONTORKU, Jl Letda Kajeng 21D, Yangbatu, Denpasar, Rabu-Kamis (22-23/4). Tawaran yang semula hanya untuk karyawan/ti PT Karya Pak Oles Tokcer Group itu akhirnya tidak mampu membendung para penggeber motor Yamaha untuk merasakan servis yang langsung diberikan dua mekanik Yamaha itu.
Halaman kantor yang biasanya tampak tenang langsung berubah dengan bising raungan knalpot dan deru suara kompresor. Lokasi servis lebih dipadati kendaraan yang melewati jalur itu karena bertepatan dengan branding produk Hexon, Kudo dan Spontan Power yang selama ini bekerja sama dengan tabloid otomotif terbitan Denpasar.
‘’Program ini saya rasa cukup menyentuh ke hati para konsumen. Sebulan, kami gelar selama empat kali,’’ kata Eka Utama, Supervisor Dealer Maha Surya Ngurah Rai yang juga langsung terjun ke lokasi. Sekitar 60-an unit motor (mayoritas Yamaha) diladeni dua mekanik berpengalaman, Ketut Widnyana dan Nengah Wirguna. Guna mengusir rasa capek dan kantuk, para mekanik terhibur dengan tembang-tembang dan musik dari mobil OB Van Pak Oles FM. Selain itu, peserta diberi kesempatan untuk menggeber motor Vega ZR dan berhak mendapat satu kupon undian guna menggaet hadiah 1 dari 100 unit motor. (JULI)KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

IPB-BUCM Teliti Obat Stroke Berbasis Herbal

thumbnail
Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Beijing University of Chinese Medicine (BUCM) bekerjasama dalam penelitian pembuatan produk obat stroke berbasis tanaman atau herbal Indonesia seperti alang-alang dan sambiloto. Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS di Bogor, Jumat (24/4) menjelaskan, kerja sama tiga tahun itu mencakup pertukaran mahasiswa dan dosen, pelaksanaan pelatihan dan seminar.
Obat stroke berbasis herbal itu akan digunakan sebagai obat alternatif di rumah sakit. Berkaitan dengan ini, BUCM bekerja sama dengan RS Husada Jakarta membangun Unit Complementary Alternative Medicine. Unit ini digunakan RS Husada untuk menawarkan obat herbal kepada masyarakat.
Dalam kaitan itu, delegasi BUCM yang dipimpin Vice President of Foreign Affair, Prof Wang Zhong berkunjung ke IPB Selasa (21/4) dan disambut Rektor IPB, Dr Ir Herry Suhardiyanto. Saat itu, Rektor IPB didampingi Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama, Dr Anas Miftah Fauzi, Kasubdir Program Internasional, Dr drh Muhammad Agil, MSc.Agr, Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Bidang Penelitian, Prof Ronny M.Rurr dan Kepala Pusat Studi Biofarmaka.
Kunjungan rombongan BUCM ini merupakan kunjungan balik empat perguruan tinggi Indonesia yakni IPB, UI, Unair dan UGM saat mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke RRC Oktober 2008. Juga menindaklanjuti kerja sama yang ditandatangani 27 Mei 2008. Kerja sama BUCM dengan empat perguruan tinggi itu mencakup pendirian S2 Herbal Medicine di Universitas Indonesia yang melibatkan tim IPB, rancangan pendirian pendidikan farmasi herbal antara IPB dan Unair, serta penelitian pembuatan produk obat stroke berbasis tanaman Indonesia dimaksud.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Perut Buncit

thumbnail
Tanya:
Suami saya perutnya buncit, berat badannya over dosis. Sedangkan saya biasa saja. Dalam hal yang itu tu…, saya mengalami kendala, susah atur posisi. Mohon saran.
Dari: Yenny, Jakarta

Jawab:
Ini kebalikan berhubungan dengan perempuan hamil. Dalam kondisi ini, anggap saja suami Anda hamil. Gitu aja kok repot. Jadi Anda yang aktif mengatur posisi, sedangkan suaminya pasif (habis buncit sih!) Yang saya pikirkan, bagaimana jika Anda hamil, sama-sama buncit. Capek deh …!!!
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009


Kemiskinan Mental

thumbnail
Kemiskinan itu mengerikan, dan bahkan sangat mengerikan. Hidup serba kekurangan; kurang makan, kurang sehat, kurang pendidikan, kurang uang, kurang tempat, kurang perhatian, kurang cinta kasih dan kurang peduli. Pernahkah anda melihat kemiskinan seperti itu?
Mungkin tidak pernah karena anda terlalu kaya dan tidak mau peduli dengan kemiskinan. Juga mungkin anda terlalu sering melihat orang miskin sehingga anda menjadi terbiasa dan mati rasa, tidak bisa membedakan lagi, mana orang yang terkategori miskin dalam kemiskinan, dan mana orang yang tergolong kaya dalam kekayaan tetapi terjerembab dalam lembah kemiskinan. Jadi bukan soal penampilan semata, tetapi lebih pada masalah mental.
Walaupun penampilan kaya, tetapi jika mental masih akrab dengan miskin, sebenarnya mereka masih orang miskin. Secara inderawi memang sangat susah untuk dibedakan, namun mengaca pada praktek harian jelas mudah untuk diketahui. Orang yang bermental miskin, hidupnya boros, suka minta bantuan dan mudah melupakan, malas, judi, mabuk, selingkuh, korupsi, menyalahgunakan jabatan, membocorkan soal ujian, mencuri suara, premanisme, nombok, memalsu nilai, memalsu data dan lain-lain.
Jika kemiskinan itu sudah tersemai dan terkandung apik dalam bilik-bilik mental yang way of life, maka mental itulah yang harus disembuhkan. Meksi secara intelektual berpendidikan tinggi dan sumber daya alam berlimpah. Jika masih terus mengeram dalam sarang-sarang kemiskinan, baik itu secara individu maupun berkelompok, jelas buah kemiskinan itu adalah miskin.
Dari mana datangnya mental miskin? Dari kebiasaan dan sikap hidup yang berkepanjangan dan turun-menurun. Muaranya, mental miskin itu tersemai dalam darah, mengalir ke seluruh tubuh sampai ke tulang sumsum. Lalu kembali menyeruak di dalam dan bersatu dengan adat istiadat serta budaya. Kalau sudah begini, maka menghapus mental miskin memang sulit, jika tidak diikuti dengan usaha tekun.
Cara termudah untuk mengubah kemiskinan menjadi kekayaan adalah dengan menerima warisan dari orang kaya. Prakteknya, kawin dengan orang kaya, janda kaya, duda kaya, secara sah atau tidak sah, termasuk di-monogami atau di-poligami. Singkatnya, yang penting bisa mengikat harta alias morotin secara halus. Jika pakai cara yang agak lebih kasar, dengan menjadi perek, lonte atau gigolo. Mungkin awalnya main-main atau amatiran, tapi secara perlahan dapat menjadi pemain profesional.
Dalam potret sehari-hari, banyak kita merekam keluhan bahwa sekolah mahal dan politik jauh lebih mahal. Jika terus-terus dipupuk, justru cenderung menghasilkan individu bermental miskin.
Sekolah mahal menghasilkan individu yang materialis, yang selalu fokus pada output materi, menejemen USA (Untung Saya Apa), tidak peduli dengan masalah sosial dan lingkungan, memiliki budaya instan (ingin cepat berhasil) dan fragmatis (berpikir pendek untuk dapat untung). Sekolah mahal memang bagus kalau tidak matrek (mata duitan). Arti mahal dengan matrek sangat jauh berbeda. Sekolah mahal karena kualitas yang bagus, tentu orang tua atau murid akan membeli dengan suka hati. Sekolah matrek akan selalu menciptakan peluang untuk menarik uang dari para murid dengan dalil kualitas. Misalnya, uang gedung atau uang sumbangan pembangunan. Uang-uang itu sebenarnya bukan berasal dari orang tua murid tetapi seharusnya dari investor pendidikan. Lantas apa hasil dari sekolah matrek, kecuali lulusan-lulusan matrek alias individu bermental miskin.
Lihat saja perjalanan demokrasi bangsa kita melalui Pemilu Legislatif (Pileg) 2009. Banyak caleg stres bukan karena gagal atau kalah berkompetisi, tetapi lebih banyak karena tertimbun hutang dan dikibuli tim sukses atau calo suara. Politik itu soal investasi jangka panjang dan bahkan sangat panjang, yang hasilnya juga mungkin kita raih dalam beberapa generasi. Jika pola pikir miskin ingin berinvestasi politik inilah yang sangat disayangkan karena investasi itu tidak akan berbalik dalam bentuk rupiah ke individu calaon legislatif (caleg), tapi kembali ke masyarakat dalam bentuk kesejahteraan.
Jika hal ini tidak dimengerti, maka jangan menyalahkan banyak caleg stress yang bertumbangan, banyak praktek jual beli suara muncul, bahkan anggota legislatif yang dihasilkan lebih berjiwa besar dalam hal kematrekan. Jangan juga salahkan jika mereka bermental matrek karena yang namanya produk jual beli itu bertepi pada untung atau rugi. Potret berinvestasi politik demikian itulah, yang harus segera diperbaiki dan diobati sehingga virus-virus kemiskinan mental tidak terus menyebar secara periodis.
Tujuan utama mendirikan rumah sakit adalah utamanya untuk (melayani) menyembuhkan orang sakit. Dalam bidang penyembuhan, kata sembuh adalah nomor satu, kata untung dan duit nomor dua atau nomor tiga. Jika tujuan untung dan duit nomor satu, maka tujuan pendirian rumah sakit tidak jauh berbeda dengan mendirikan sebuah industri yang berujung pada praktek eksploitasi orang sakit. Janganlah disalahkan, jika di negara-negara miskin, yang lemah jaminan sosialnya termasuk di Indonesia, orang miskin dilarang sakit.
Dari mana kita perbaiki kemiskinan mental ini? Ibarat darah, jika sudah dimiskin, maka darah itu harus dicuci sampai bersih. Sikap hidup berlimpah, mental kerja keras, kreativitas dan kejujuran harus ditumbuhkan. Budaya malu dan budaya takut harus ditumbuhkan dari dalam diri, yang akhirnya menyebar ke masyarakat, yaitu malu dan takut malas, malu dan takut matrek, malu dan takut cengeng, malu dan takut diri tidak berharga, dan lain-lain. Karena itu, mari kita memerangi penyakit mental miskin ini sekarang juga dengan menumbuhkan budaya malu dan budaya takut yang positif.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Ironi Dialog Kepentingan

thumbnail
Kegelisahan dasariah yang bersemayam di dada penguasa bukan soal suksesi. Bayang-bayang kecurigaan adalah hantu yang senantiasa menghampiri setiap pemimpin. Tidaklah mengherankan bila Nero yang bingung membakar sendiri kota Roma yang menjadi simbol kemegahan Kekaisaran Romawi.
Sejarah kekuasaan adalah kisah yang selalu terkejut. Ceritera hidup yang kerap terpenggal tanpa ending. Selalu mulai lagi dari penuturan awal dengan latar kisah, alur dan kehadiran tokoh yang baru. Itulah kisah hidup yang kini tengah terjadi di negeri ini.
Meski filosofi kekuasaan sering dihiasi bunga-bunga pengabdian demi rakyat maupun negara, tapi karakter kekuasaan adalah kecurigaan itu sendiri.
Sematang apapun kepribadian seorang raja, ratu, perdana menteri, presiden tetap saja ia tertular “virus” kecurigaan. Sebab kekuasaan selalu memberi wewenang, otoritas, mandat dan hak prerogatif pada seseorang. Dan, setiap wewenang yang diemban tak pernah lepas dari “kepentingan”. Pengembangan ilmu apa saya tidak pernal lepas dari sebuah kepentingan. Penyebaran agama pun lahir dari sebuah kepentingan. Bantuan kemanusiaan juga bergulir dari sebuah kepentingan. Begitu juga politik tidak pernah netral di hadapan kepentingan. Hal inilah yang membuat setiap penguasa selalu curiga kepada lawan dan kawan!
Bukan hal mengagetkan bila gerbong demokrasi ditarik oleh “kepentingan diri” yang didukung oleh mayoritas rakyat. Mazhab demokrasi adalah panggung sandiwara. Meski manusia modern mengagungkan demokrasi sebagai “ideologi” persamaan hak dan kewajiban yang cemerlang, tetapi demokrasi bukanlah akhir.
Demokrasi diidealkan sebagai ruang dialog kepentingan. Sampai saat ini, sekat-sekat dialog yang memungkinkan “harapan” rakyat bersemi belum sepenuhnya terwujud. DPR masih menjadi ladang pekerjaan yang diburu para pengangguran. Para pemimpin negara kerap dipilih bukan karena programnya tetapi karena rasa kasihan. Akrobat politik yang cantik dipamerkan para calon presiden. Konstituen terbuai dan memilih atas dasar “kepentingan” yang lahir dari rasa iba! Itulah kenapa calon pemimpin independen tidak menemukan ruang tumbuh di negara demokrasi seperti Indonesia.
Tidak apa-apa. Demokrasi adalah sejarah dialog yang panjang. Kita juga tidak akan menyangka kalau di pilpres 2014, setiap kandidat capres/cawapres diuji oleh tim panelis. Atau di tahun 2045, lahir pemimpin bermental kapitalis nasionalis. Semua gerak pembangunan demi kesejahteraan rakyat bukan demi kelanggengan kekuasaan. Semoga rasa cinta, sayang dan harapan suci di hati petani, nelayan, pemulung yang terbangun di pinggiran kota dan setiap pojok desa dihargai. Mereka hanya ingin anak, isteri, suami dan orang terkasih tidak mati kelaparan di Republik ini.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Problem Unas Dan Harga Diri Guru

thumbnail
Oleh: Ardhie Raditya*
Ketika pesawat AS menghujani Hirosima dan Nagasaki dengan bom atom, kaisar Jepang Hirohito sontak tiarap di lantai. Setelah dentuman bom atom tak terdengar lagi, ia pun langsung berdiri tegap. Sambil menatap puing-puing reruntuhan bangunan dan mendengarkan jeritan kesakitan rakyat serta sirine ambulans, Hirohito pun mengumandangkan sebuah tekad. ‘Berapa banyak guru yang masih hidup? Kita akan segera bangkit lagi menjadi bangsa yang terhormat di muka bumi ini’.
Luar biasa apa yang dikatakan kaisar Jepang itu. Sebab guru merupakan aktor yang pertama kali disebutnya untuk membenahi kehidupan bangsanya yang sedang dilanda krisis akibat perang. Ini tentu sangat beralasan dan berlandaskan pada hati nurani, karena guru adalah faktor utama keberhasilan pendidikan. Guru pulalah yang paling tahu potensi apa yang ada dalam siswanya. Bagaimana potensi itu harus dikembangkan dan dibebaskan dari jerat ketidaksadarannya, demi membangun martabat diri, keluarga dan bangsanya. Intinya, guru adalah sosok yang memiliki otoritas penuh dalam proses pendidikan para siswanya di sekolah.
Itulah sebabnya, di sejumlah negara yang pemerintahnya sangat melek dan sadar pendidikan, gaji gurunya sangat tinggi. Baik di Malaysia, Jepang, Singapura, Vietnam, Cina, Jerman, dll. Sehingga, tak heran bila para guru di sana melakukan pekerjaannya secara profesional. Tanpa harus direcoki tangan tak terlihat dari elite pusat.
Ironisnya, di bangsa kita, guru dianggap sekedar sekrup-sekrup penguasa. Guru adalah boneka yang bisa dipermainkan dan didekte seenaknya oleh elite kekuasaan. Tak ada yang namanya otonomi sekolah, desentralisasi guru, apalagi otoritas guru di sekolah. Semua guru pun harus mengikuti aturan main kekuasaan pusat tanpa ada kata seru dan gerutu sedikitpun. Melakukan improvisasi dan inovasi pendidikan di luar prosedur pusat, maka akan dianggap patologis dan anomik. Sentralisasi pendidikan dan pereduksian otonomi guru itu tampak sekali dalam pelaksanaan Unas (Ujian Nasional).
Padahal, sudah jelas di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 39 ayat 2 mengatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan suatu proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan, dan penelitian. Dan, dalam pasal 56 ayat 1, juga menyebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh para pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil pembelajaran. Dari sini tentu dapat disimpulkan bahwa guru memiliki keleluasaan dalam menentukan kelulusan siswanya. Ujian apa yang pantas diberikan kepada siswanya dan bagaimana standar penilaiannya terletak di tangan para guru.
Memang, dibandingkan bangsa lain, pendidikan kita kini masih jauh tertinggal. Survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) baru-baru ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita berada pada urutan buncit (ke-12) dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia ini masih jauh di bawah Cina. The World Economic Forum Swedia pun melaporkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.
Masih menurut survei dari lembaga yang sama, Indonesia hingga saat ini hanya berpredikat sebagai follower, bukan leader of teknologi dari 53 negara di dunia, meskipun belakangan banyak siswanya menjuarai lomba-lomba bertaraf internasional.
Kondisi demikian, tentu menjadi bagian faktor penyebab mengapa Human Development Index (HDI) kita sulit merangkak naik. HDI Indonesia sejak tahun 1975 tak pernah mencapai posisi seratus besar. Bahkan, kini hanya menempati rangking 111 dari 175 negara. Wajar, jikalau HDI kita tertinggal jauh dengan negara tetangga, seperti Singapura (25), Brunai (33), Malaysia (58), Thailand (76). Termasuk juga dengan negara yang notabene ‘terbelakang’ seperti Kirgistan (110), Guenia-Katulistiwa (109) dan Aljazair (108).
Karena itu, tak heran demi meningkatkan kualiatas pendidikan kita, pemerintah melakukan strategi edukatif. Yakni, dengan cara menyelenggarakan Unas dengan standar minimal kelulusan. Jika tahun 2006 lalu standar kelulusan Unas itu 4,50, maka dalam tahun 2009 ini ditingkatkan menjadi 5,50.
Mengimpikan Guru Profesional
Akan tetapi, Unas memiliki nilai belum komprehensif dari sisi edukatif, karena mengesampingkan keberagaman kemampuan siswanya. Padahal, dalam pendidikan itu kemampuan siswa berlandaskan pada 5 H. Yakni, Hand (keterampilan), Heart (psikologis), Head (intelegensi), Humanity (kemanusiaan) dan Happy (kebebasan). Dalam UN itu sendiri hanya mengacu pada pengukuran tingkat intelegensi siswa saja. Sedangkan, kemampuan siswa yang bersifat psikologis, humanitas, keterampilan dan kebebasan memilih menjadi terabaikan.
Karena itu, sangat beralasan jika banyak siswa yang berprestasi di bidang kesenian, olahraga, kebahasaan, keagamaan, kemanusiaan dan kemasyarakatan terpeleset dari ujian nasional, tidak memenuhi standar kelulusan. Tahun lalu saja, ada seorang siswi di Jakarta yang tidak lulus Unas gara-gara nilai matematikanya tak memenuhi standar kelulusan. Padahal, dirinya mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Karena tidak memenuhi standar kelulusan dalam Unas itu, maka impiannya melanjutkan studi ke luar negeri menjadi terhambat.
Sebetulnya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita ini tak perlu dilakukan cara-cara yang sentralistik dan seragam dari Sabang sampai Merauke. Jika cara seperti ini yang dilakukan, maka di tingkat bawah akan banyak berbagai aksi resistensi masyarakat untuk tidak memuluskannya. Gejala beredarnya kunci jawaban Unas dan kebocoran soal Unas yang dilakukan masyarakat pendidikan adalah salah satu bentuk aksi resistensi ini.
Yang perlu dilakukan ke depan adalah memberi ruang kepada para guru untuk melaksanakan perannya sebagai pendidik yang profesional. Yakni, pendidik yang mampu mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa serta membebaskan mereka dari berbagai belenggu kemalasan, kebodohan, ketidakterampilan dan ketidakmanusiaan. Paradigma yang kognitif centris mulai sekarang harus mulai dibaurkan dengan paradigma berbasis humanitas, psikologis, psikomotorik, sosiologis dan teologis. Ini perlu dilakukan karena dari sinilah awal terciptanya kualitas pendidikan di masa depan..
Tentu, pendidik yang profesional ini tidak akan muncul dan menyebar di pelosok negeri ini, jika pemerintah masih menggunakan sistem pendidikan sentralistik dan memberi reward ekonomis yang minim bagi mereka. Jika pendidik profesional ini belum maksimal kuantitasnya, maka amat mungkin kualitas pendidikan kita akan jauh tertinggal dengan negeri tetangga. Meskipun standar kelulusan ujian nasional itu pun dinaikkan dari tahun ke tahun. Betul?
*)Sosiolog dari FIS-Unesa, peneliti luar biasa di UCYD UNS

KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Yogya Di Tengah Imperialisme Kebudayaan

thumbnail
Oleh: Ach. Basyir*
Dalam konteks kebudayaan Jawa, yang berkiblat pada induk kebudayaan kerajaan Mataram, kemudian diwariskan kepada kesultanan Yogyakarta dan kesunanan Surakarta, tidak bisa dipungkiri bahwa Yogyakarta merupakan lokus dan pusat tumbuh kembangnya mainstream kebudayaan tersebut. Hingga detik ini Yogyakarta masih dipandang sebagai “referensi” dan pelestari tradisi Jawa era Mataram. Maka tidak salah kalau Mataram sering dilekatkan pada lambang Yogyakarta.
Yogyakarta -dan tentu saja juga Surakarta- sebagaimana kata Damarjati Supajar merupakan ibukota atau titik poros kebudayaan Jawa dan juga kebudayaan nasional. Dalam posisi ini Yogakarta, pada level kebudayaan-politik merupakan salah satu sokoguru eksistensi negara Indonesia. Nilai-nilai budaya Jawa yang terjaga dalam tradisi Yogyakarta turut membentuk kebudayaan Nusantara. Unsur kebudayaan itu misalnya gotong-royong dan sebagainya. Dunia telah mengakui bahwa Yogyakarta menjadi salah satu kota budaya tua yang melahirkan inovasi-inovasi dari generasi ke generasi.
Sebelum NKRI berkumandang namanya, Yogyakarta yang dinisbatkan kepada Mataram, sudah lebih dulu unjuk nama dalam peta peradaban dunia. Hal itulah yang membuat historis Yogyakarta menjadi nilai lebih dalam percaturan politik nasional, bargaining ekonomi maupun harmoni kebudayaan.
Jelas, Yogyakarta memiliki jejak sejarah yang erat dengan kebudayaan-politik nasional. Dalam konteks kebudayaan nasional, Yogyakarta merupakan lahan yang produktif bagi berkembangnya budaya-budaya nasional. Di samping tradisi di kota gudeg ini sangat terjaga ketat, kosmopolitanisme Yogya menyediakan ruang yang sehat dan bebas sebagai tempat bertemunya masyarakat lintas daerah, lintas budaya, lintas agama dan bahkan lintas negara.
Meskipun lahir di bawah bayang-bayang kuasa kompeni dan juga pernah menjadi daerah yang dijajah oleh rezim Hindia Belanda, Yogyakarta tak pernah sepenuhnya dipersamakan dengan wilayah-wilayah jajahan lainnya. Hal ini karena, seperti kata Herry Mardiyanto (1997) Yogyakarta berada di bawah otoritas keraton Ngajogjakarta Hadiningrat. Saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945, maka pilihan terbuka untuk menentukan beberapa opsi; pertama, menyatakan sendiri kemerdekaannya, kedua menunggu kembalinya kekuatan Belanda untuk memulihkan hegemoninya atas tanah Jawa, ketiga menjadi bagian sepenuhnya dalam pembentukan Republik baru.
Ada penanda yang mulai muncul ketika pada tanggal 18 Agustus 1945 Sri Sultan Hamangku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII memberikan ucapan selamat kepada Bung Karno, Bung Hatta, dan Rajiman atas Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemudian pada tanggal 20 Agustus 1945, kedua pemimpin Yogyakarta tersebut mengirimkan telegram ucapan selamat kepada Bung Karno dan Bung Hatta yang terpilih sebagai presiden dan wakil peresiden RI serta menyatakan bahwa Daerah Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjadi bagian wilayah NKRI, serta bergabung menjadi satuan yaitu Yogyakarta. Hal itu tertuang dalam Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VII tertanggal 30 September 1945, yang dibuat bersama dalam satu naskah.
Dari sinilah tercetus lahirnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang bersetatus provinsi (1950). Hal ini sebagai konsekuensi dan garansi politis terhadap integrasi Yogyakarta ke dalam wadah Indonesia. Identitas keistimewaan itu merupakan penghargaan karena peranan penting Yogyakarta dalam revolusi kemerdekaan. Karena alasan-alasan keamanan ibu kota Jakarta yang dianggap tidak stabil, maka sejak 4 Januari 1946, Yogyakarta pernah dipilih menjadi ibu kota negara.
Eksotisme tradisi budaya Yogya
Secara politik, keistimewaan Yogyakarta diperoleh dari pergulatan meletihkan dalam menopang berdirinya negara bangsa (nation-state) bernama Indonesia. Dan masalah ini telah menjadi polemik panjang karena ada ancaman penghapusan terhadap status tersebut.
Namun pada level kultural, ada nilai penting lain yang juga harus dipertahankan yakni eksotisme kebudayaan Yogya. Sebab, persoalan yang sering memancing polemik adalah ketika status keistemewaan politik Yogya terusik. Namun ketika keistimewaan kebudayaan Yogya mengalami gempuran dan “pemusnahan massal” oleh budaya-budaya asing jarang sekali terdengar ribut-ribut, polemik atau apalagi demonstrasi besar-besaran. Selama ini yang dibela habis-habisan, terkait dengan status keistemewaan Yogya, hanyalah pada level politik. Untuk level kebudayaan, belum ada usaha yang serius dan massif dari masyarakat maupun pemerintah untuk mengadvokasi nilai-nilai budaya dan tradisi Yogya.
Padahal dimensi kebudayaan adalah roh sekaligus identitas Yogya, yang membuat Yogya bisa terus dinamis, harmonis dan sinergis. Karena dikenal sebagai kota seniman, kota budaya, Yogyakarta melahirkan produk-produk budaya yang adiluhung baik bagi anak-anak Indonesia ataupun masyarakat dunia. Tari, wayang, batik, dan karya-karya seni lainnya yang bergaya Yogyakarta yang terus tumbuh subur adalah faktor fundamental yang membuat Yogya terus tumbuh, dikenal dan dikagumi oleh masyarakat internasional.
Segala tradisi dan budaya terbukti telah menjadi ikon dan sekaligus simbol yang membuat Yogya akan terus dikenang dalam ingatan sejarah dunia. Tanpa simbol-simbol tradisi dan budaya yang eksotik itu sudah bisa dipastikan Yogya akan tergilas dari perederan sejarah dunia dan dilupakan oleh orang. Sudaryono (2008), mengingatkan bahwa kota Yogyakarta telah mengalami degradasi sebagai suatu lintasan kolektif memori. Cepatnya perubahan kota telah menghilangkan beberapa elemen dasar yang sempat terekam sebagai memori tak terlupakan, keterhilangan memori ini menumbuhkan rasa keterasingan terhadap kota. Pembangunan hendaknya diarahkan keluar kota dengan tetap mempertahankan simbol yang menjadi kekuatan kota. Sebelum terlambat, di kota Yogyakarta harus ada semacam identitas kota yang perlu dilestarikan agar semuanya tidak bertekuk lutut dengan gagasan industrialisme yang meracuni seluruh dimensi kehidupan untuk menghamba kepada materi dan kekayaan modal.
Mengingat begitu vitalnya eksistensi tradisi dan budaya Yogya, maka sudah saatnya sekarang seluruh masyarakat Yogya dalam berbagai segmen, mempunyai kepedulian untuk menjaga dan mempertahankan nilia-nilai tradisi Yogya yang menjadi identitas Yogya namun sekarang terus mengalami degradasi. Sebab, tanpa nilai-nilai budaya itu, Yogya akan tenggelam ditelan derasnya perubahan dunia.
*)Peneliti Kebudayaan pada Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta (LKKY).
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

“Diklat Jurnalistik Intensif 2009”

thumbnail
Lembaga Kajian dan Komunitas Penulisan yang tergabung dalam Intan of Cultural Research Centre (ICRC) DIY-Jateng bekerjasama dengan PPWI DIY, Depkominfo BEM REMA UNY, dan Transform Institute UNY pada Minggu, 17 Mei 2009 bakal menggelar “Diklat Jurnalistik Intensif 2009” di Gedung “Student Centre” UNY (pukul 08.00-16.00 WIB).
Diklat jurnalistik ini diperuntukkan bagi kalangan umum (mahasiswa/pelajar, guru, dosen, PNS, penulis, staf humas, staf TU, pewarta warga, pensiunan, polisi, tentara, karyawan, petani, pedagang, tukang becak, dan beragam profesi lain) tanpa membedakan SARA.
Direncanakan ada 7 (tujuh) pembicara (sejumlah pemimpin redaksi surat kabar dan tabloid, dosen, novelis, penyair, kolomnis, dan penulis senior) yang siap jadi pembicara dalam diklat ini. Di antaranya: Octo Lampito (Pimred KR dan Ketua PWI DIY) materi: Profesi wartawan dan mengintip model perekrutan wartawan, YB. Margantoro (Redaktur Bernas Jogja) materi: Rahasia sukses membikin berita bagi wartawan pemula, Wilson Lalengke (Pimred Explorer Indonesia) membahas lika-liku bisnis tabloid dan t(p)antangan wartawan di masa kini, Sutirman EA (Pimred Malioboro Express) tentang lika-liku menjadi wartawan pemilu, Achmad Munif (Novelis) dengan materi: novelis profesi elitis menuju kaya, Mustofa W. Hasyim (Penyair) kiat membikin puisi populer agar laku di media massa, dan Supadiyanto (Kolumnis, Redaktur HOKI) yang akan menyampaikan materi kiat menulis artikel di koran serta tips jadi pewarta andal.
Seluruh peserta bakal mendapatkan multifasilitas berupa makalah, co-card dan koran, sertifikat, makan siang, snack, doorprize buku jurnalistik, serta layanan konsultasi terkait dunia jurnalistik dan kepenulisan.
Bagi yang berminat bisa mendaftar di front office Kopma UNY Yogyakarta (0274) 584134; Warpostel Kopma UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (0274) 554779; serta Warpostel Kopma UGM Yogya (0274) 519943 mulai 25 April-16 Mei 2009 (jam kerja). Informasi lebih lanjut, bisa menghubungi Koordinator Panita Diklat Jurnalistik 085868391622 (Ata).
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Pemilu Berlangsung Sukses?

thumbnail
Pesta demokrasi yang diselenggarakan KPU 9 April lalu, berjalan lancar. Meskipun ada gangguan di beberapa daerah, namun secara keseluruhan bisa dikatakan pemilihan legislatif (pileg) sesuai harapan. Di samping masalah teror yang terjadi di bumi Papua, tak banyak gangguan yang terjadi dan cuma berkisar masalah administratif, seperti persiapan panitia di tempat pemungutan suara (TPS) yang kurang cekatan dalam mempersiapkan kebutuhan logistik yang masih belum tepat waktu. Walaupun begitu, secara keseluruhan masalah yang terjadi tak cukup signifikan untuk dijadikan penilaian bahwa pemilu berjalan tak sukses.
Masyarakat pun sudah dengan bisa menilai bahwa pileg berlangsung aman, damai, jujur, dan tertib. Sehingga hasil pemungutan suara yang memenangkan Partai Demokrat (PD) menurut semua hasil quick count lembaga survei dianggap sebagai perwujudan kepercayaan masyarakat yang ingin agar Presiden SBY melanjutkan masa kepemimpinannya 5 tahun ke depan. Di sisi lain, wacana perubahan yang digelontorkan partai oposisi tak laku yang menandakan bahwa pemimpin negeri sekarang sudah cukup baik dalam menjalankan roda pemerintahan.
Sayangnya, ada beberapa petinggi parpol yang menuduh bahwa penyelenggaraan pileg berlangsung tidak legitimate dan banyak diwarnai kecurangan. Kalangan elite parpol mensinyalir ada kekuatan besar secara sistematis yang mengondisikan masyarakat agar memilih partai tertentu. Dicontohkan oleh petinggi partai bersangkutan bahwa seharusnya banyak orang yang punya hak pilih yang menjadi konstituen partainya tak masuk dalam DPT. Akibat ketidakbecusan pemerintah menyusun DPT, akhirnya membuat banyak suara yang berpotensi memilih partainya tak bisa menyalurkan suaranya.
Pernyataan itu jelas merupakan sebuah bentuk tuduhan tendensius dan asal tuding tanpa disertai bukti valid. Dan saya menilai komentar itu hanya sebagai bentuk kekecewaan elite parpol karena partainya tak mampu mendulang suaranya banyak padahal sudah gencar beriklan. Sehingga yang terjadi adalah berupaya mencari sebanyak mungkin kesalahan yang mewarnai pileg dengan menyalahkan pemerintah. Sehingga jika masih ada yang tetap ngotot dan tak mau mengakui kekalahannya, berarti elite parpol tersebut yang tak dewasa dan berjiwa besar menerima realita.
Namun bila melihat tokoh parpol oposisi itu dengan seriusnya mengemukakan komentarnya, bukan dukungan yang didapat, melainkan pandangan miring dari rakyat Indonesia. Karena jika seperti itu, jelas penuduh hanya berupaya memaksakan keinginannya dan mencari kambing hitam supaya tak malu dengan kekalahannya. Padahal masyarakat sekarang sudah cukup cerdas dan kritis dalam menilai sebuah masalah.
Di samping itu, masyarakat juga sudah tahu bahwa pileg berjalan sebagaimana mestinya dan tak ada kecurangan serius. Walaupun masih ada kekurangan, itu masih dalam batas wajar sebab tak ada pelaksanaan pesta demokrasi yang sempurna di dunia. Namun satu yang pasti, pemilu bisa disebut berlangsung sukses dan semarak, serta tetap on the track, yang akan berdampak baik bagi kelanjutan kualitas demokrasi di Indonesia yang akan terus meningkat. Jika begitu, apakah perhelatan pesta demokrasi dapat disebut sukses?
(Komentar: Erik Purnama Putra, mahasiswa psikologi UMM, Gedung SC Lt.1 Bestari Kampus III Unmuh Malang).
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Gerakan Kebangkitan Kakao Indonesia

thumbnail
Oleh: Zaenal Abidin
Pemuda berusia 28 tahun itu giat merawat pohon kakao di kebun miliknya yang seluas satu hektare di Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat. Kebun itu merupakan sumber penghidupan keluarganya, serta mampu menghadirkan rumah milik dan sebuah kendaraan bermotor. Yusuf, nama pemuda itu, setiap dua pekan biasa panen buah kakao matang di kebun miliknya.
Hasilnya sangat menyenangkan dia, kini dia bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp 8 juta per bulan dari jualan biji kakao itu. ‘’Saya suka menjadi petani kakao ini. Selepas SMA, saya memang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tapi tetap di sini menjadi petani kakao. Hasilnya bisa menghidupi keluarga saya,’’ kata ayah dua anak itu.
Tidak hanya Yusuf, banyak petani lain yang tersebar di pulau Sulawesi merasakan nikmatnya hasil jualan kakao selama ini. Bahan baku camilan coklat itu telah meningkatkan kesejahteraan para petani. Tapi, perhatian pemerintah sebelumnya terhadap komoditas perkebunan ini ala kadarnya dibanding kelapa sawit dan karet. Padahal kakao benar-benar tanaman rakyat. Sekitar 90% perkebunan kakao nasional seluas 915.000 ha dimiliki rakyat.
Tidak ada kepemilikan korporat yang sangat luas seperti di komoditas kelapa sawit atau karet. ‘’Petani kakao di sini tidak menggantungkan bantuan pemerintah. Kalau menggantungkan diri pada pemerintah, kami sudah mati dari dulu-dulu. Kami berkebun ini dengan upaya keras,’’ kata Abdul Fatah, rekan Yusuf.
Maksud Fatah, selama ini petani kakao berupaya sendiri merawat tanaman dengan pengetahuan terbatas dan modal sendiri atau dari tengkulak, termasuk soal penjualan. Sekitar dua tahun terakhir ini pemerintah mulai perhatikan tanaman kakao, tentu saja disambut senang Abdul Fatah, Yusuf dan sekitar 900 ribu petani kakao lain se-Indonesia. Masih banyak permasalahan yang melilit kalangan petani kakao seperti teknis budidaya, mengatasi serangan hama, permodalan terbatas, pemasaran dan transparansi harga.
Gernas kakao
Diawali Gerakan Pembaharuan Kakao (GPK) Juli 2007, keluarlah SK Menteri Pertanian 1643/2008 untuk mendirikan Gerakan Nasional (Gernas) Kakao di 40 kabupaten di sembilan provinsi. Gerakan itu berlangsung di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan , Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku, Irian Jaya Barat, dan Papua. ‘’Gerakan ini dalam rangka membangkitkan kembali produksi kakao rakyat yang menurun, yang salah satunya akibat serangan penyakit penggerek buah kakao serta penyakit mati pucuk belakangan ini,’’ kata Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Mangga Barani.
Menurut Dirjen yang sangat memahami seluk-beluk Sulawesi itu, akibat serangan kedua penyakit tersebut, produksi kakao rakyat turun dari 1.100 kg per hektar jadi 680 kg. Gernas Kakao dalam dua tahun terakhir ini diawali dengan melaksanakan sosialisasi dan pengembangan kelembagaan, sedangkan pengembangan fisik dan produksi baru dimulai pada 2009. Program pengembangan kakao dari 2009 hingga 2011 meliputi peremajaan, rehabilitasi dengan teknik sambung samping, dan intensifikasi pada tanaman muda.
Rehabilitasi tanaman kakao menggunakan teknik sambung samping dengan "entries" yang sudah disertifikasi (S-1 dan S-2). Sedangkan peremajaan menggunakan bibit "embriogenesis somatic" (SE) dari Pusat Penelitian Kakao Jember, yang perbanyakannya menggunakan kultur jaringan. Dalam gerakan ini, sertifikasi lahan kakao diberikan secara gratis. "Diharapkan dengan lahan kakao yang bersertifikat, petani dapat memanfaatkan pinjaman ke bank secara mandiri," kata Menteri Pertanian Anton Apriyantono saat kunjungan ke Mamuju, Sulbar.
Para kepala daerah, baik gubernur maupun bupati di provinsi Sulawesi menyambut hangat kegiatan Gernas Kakao tersebut. Di Sulbar misalnya, Gubernur Anwar Adnan Saleh menyatakan sangat mendorong berdirinya pusat informasi kakao Sulawesi Barat yang dapat diakses melalui internet. Di sini petani dan penyuluh serta masyarakat lainnya dapat mengakses berbagai informasi tentang kakao, mulai teknologi budidaya, penanganan penyakit, pemasaran, dan perkembangan harga di tingkat petani, nasional, dan internasional. "Jadi para petani bisa melihat harga di pasar saat ini melalui internet, atau sms yang dikirim kelompok taninya. Semakin hilang tengkulak yang mempermainkan harga," kata Anwar Adnan saleh.
Di Kabupaten Parigi Moutong Sulteng, Wakil Bupati Samsurizal Tombolotutu mendorong peningkatan nilai tambah kakao dengan pengolahan buah kakao menjadi biji kakao skala kecil di kecamatan Kasimbar. Kapasitas yang bisa dihasilkan baru 500 kg per hari. Namun hal itu, menurut Wakil Bupati, sudah mempercepat produksi, dan penghasilan yang didapat petani menjadi lebih daripada menjual dalam bentuk buah.
Di Bali, kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Gede Ardhana menyambut Gernas Kakao dengan akan menggarap sisa potensi yang dimilikinya untuk pengembangan tanaman kakao seluas 12.000 hektare. "Sebanyak 8.000 hektare di antaranya digarap dalam tiga tahun ke depan dengan dukungan dana pemerintah pusat lewat Departemen Pertanian," kata Ardhana.
Pemerintah Provinsi Sulsel, melalui Pemerintah Kabupaten Gowa, akan membangun industri kakao terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang nantinya dipusatkan di Kawasan Industri Gowa, Kecamatan Pattalassang. Industri yang akan menempati lahan seluas 3,5 hektare yang disediakan Pemkab Gowa, dan dana pembangunan dari pemerintah pusat dan provinsi itu, menurut Kadisperindag dan Penanaman Modal Kahar Lawa Atjo, akan menjadi salah satu industri terbesar di luar Jawa. Di industri itu akan menampung hasil panen kakao dari Sulsel khususnya dan KTI pada umumnya, untuk diolah menjadi bahan jadi yang langsung bisa dikonsumsi masyarakat.
Produsen Utama
Secara nasional, kata Dirjen Perkebunan Achmad Mangga Barani, Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao, yaitu lebih dari 6,2 juta ha, terutama tersebar di Sulteng, Sultra, Irian Jaya, Kalimantan Timur dan Maluku. Kebun yang telah dibangun masih bisa ditingkatkan karena produktivitas secara rata-rata kurang dari 50%.
Kondisi pasar dunia untuk perkakaoan dalam beberapa tahun terakhir dan di masa datang diperkirakan masih akan berkembang, karena dunia masih mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia diperkirakan relatif stabil pada tingkat yang tinggi.
Menurut Achmad, kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan dan peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap. ‘’Pasar tujuan ekspor kini tidak hanya di Uni Eropa dan AS, tetapi terus berkembang seperti dalam dua tahun belakangan ini ada permintaan dari Singapura, Malaysia dan lainnya,’’ katanya.
Menurut Anton Apriyantono, dukungan untuk membangkitkan kembali kakao harus berkesinambungan, karena ini benar-benar tanaman rakyat. Kebijakan pemerintah tidak hanya bisa dari sudut Departemen Pertanian, tapi depertemen lainnya yang terkait. Menurut dia, beberapa kebijakan pemerintah yang terus diusahakan dalam pengembangan agribisnis kakao dalam lima sampai 20 tahun ke depan, antara lain penghapusan pajak penjualan dan berbagai pungutan, aktif mengatasi hambatan ekspor dan melakukan lobi untuk menghapuskan potongan harga, mendukung upaya pengendalian hama kakao dan perbaikan mutu produksi, serta menyediakan fasilitas pendukungnya secara memadai.
Dengan serius memperbaiki dan memperluas perkebunan rakyat ini, Gernas diperkirakan bisa meningkatkan hasil produksi 730 ribu ton biji kakao per tahun, dari tahun 2008 sekitar 451 ribu ton atau tahun 2007 sekitar 504 ribu ton. Dalam skala dunia, produksi kakao Indonesia yang saat ini masih di tempat kedua setelah Pantai Gading dan sempat di posisi ketiga setelah Ghana pada 2003, diharapkan mampu meningkat menjadi produsen utama dunia. Melalui program Gernas Kakao yang akan menelan anggaran sekitar Rp 986 miliar itu menurut Mentan, impian menjadi produsen nomor wahid bukanlah mimpi.
Untuk itu, berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao harus dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Pada 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia akan bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton biji kakao per tahun. (Anspek)
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Din Stamsuddin Gundah Soal ‘Bangkok’

thumbnail
Diskusi IPB
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin merasa gundah begitu melihat banyaknya produk pertanian dilabeli embel-embel ‘bangkok’ yang lebih banyak dicari konsumen di Indonesia dibanding produk lokal. ‘’Masyarakat kita mencari apa-apa yang berbau bangkok seperti jambu bangkok, duren bangkok, pepaya bangkok,’’ kata Din Syamsuddin dalam diskusi tentang pendidikan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (23/4).
Thailand begitu hebatnya bisa mengembangkan sektor pertanian, bahkan ekspor ke Timur Tengah. Padahal, lanjut Din, Indonesia miliki sumber daya alam yang tidak kalah melimpah. Dengan nada menyindir, Din mengatakan, IPB sering diplesetkan sebagai Institut Perbankan Bogor karena banyak lulusan yang bekerja di bank atau Institut Publisistik Bogor karena banyak juga yang jadi wartawan. ‘’Pokoknya apa saja diajarkan di IPB kecuali pertanian,’’ kata Din berseloroh dan disambut tawa peserta diskusi yang sebagian besar mahasiswa pascasarjana IPB. Pernyataan Din tersebut kontan ditanggapi Rektor IPB Herry Suhardiyanto yang juga hadir dalam diskusi tersebut. IPB sudah banyak menghasilkan temuan di bidang pertanian, termasuk varietas baru, kata Herry saat menutup acara diskusi tersebut. ‘’Kita menemukan varietas baru pepaya yang diberi nama IPB-1, IPB-6, dan seterusnya. Salah satunya diberi nama Arum Bogor,’’ katanya.
Namun, kata Din, nama pepaya Arum Bogor yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak laku di pasaran. ‘’Setelah diganti menjadi pepaya California, baru ada respon pasar,’’ kata Herry. Jadi, pepaya California yang banyak dijumpai di pasar-pasar modern bukan dari California, AS tapi produk asli Bogor.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Produsen Pupuk Organik Keluhkan Subsidi

thumbnail
Produsen pupuk organik swasta mulai resah dengan keputusan pemerintah memberikan subsidi untuk pupuk organik yang diproduksi PT Petroganik dan PT Pusri, karena dinilai menghambat penetrasi swasta untuk masuk ke pasar karena harga tidak bersaing. Sekarang, produk dari pabrik pupuk BUMN harganya cuma Rp 500 per kg. Padahal, harga wajarnya sama dengan buatan kami, sebesar Rp 1.500 per kg, kata pemilik PT Komposindo Granular Arendi, produsen pupuk organik merek Rabog, Sigit Agus Himawan, di Surabaya, Selasa (21/4).
Akibatnya, jelas dia, ada hambatan untuk masuk pasar karena petani jelas memilih yang harganya murah. Di sisi lain, pemberian subsidi ini adalah cara pemerintah untuk melakukan sosialisasi yaitu agar petani terbiasa memakai produk ini. Namun, sistem ini justru dinilai membuat perusahaan pupuk organik swasta menjadi agak tersendat.
Selain itu, tambah dia, subsidi semakin membuat ketersediaan pupuk organik di pasar langka. Sebab, barang yang murah dengan model subsidi ini berpotensi dimainkan oknum. ‘’Kenyataannya, saat ini hampir tidak ada pupuk organik yang bisa didapatkan petani. Meski mengganjal, kami tetap percaya diri bisa melakukan penetrasi. Apalagi, bahan baku Rabog unik dan punya pasar yang loyal,’’ katanya.
Kesadaran petani untuk menaikkan unsur hara atau unsur organik dalam tanah yang tergerus pupuk kimia dan telah berakibat turunnya produktivitas lahan akan meningkat. ‘’Sehingga peluang untuk membuka pasar masih sangat tinggi. Sekarang, pupuk urea yang biasanya langka di Sidoarjo masih ada stok sampai 500 ton, sebab tergeser pupuk organik,’’ katanya.
Untuk itu, ia berencana membuka dua pabrik lagi atau menambah lima pabrik yang saat ini tersebar di Karawang, Subang, Bondowoso, Jember dan Sragen. "Dua yang dalam proses tersebut adalah di Nganjuk dan Lampung. Karena, kapasitas kami yang baru 30 ton per hari masing-masing pabrik atau baru 150 ton per hari terbukti masih kurang dari 1 persen kebutuhan nasional," katanya.
Wakil Sekjen Dewan Pupuk Nasional, Noer Soetjipto, menyatakan, keberadaan subsidi seharusnya tidak membuat produsen pupuk organik lesu. ‘’Kami yakin, pemberian subsidi ini adalah upaya untuk membalikkan ketergantungan petani pada pupuk kimia ke pupuk organik,’’ katanya.
Sebelumnya, pada 1960-an petani juga sulit menerima pupuk urea. Namun, begitu dipancing dengan biaya gratis dan hasil yang lebih bagus, mereka beralih ke pupuk kimia. ‘’Kini, kami akan memakai cara lama yakni pupuk organik diberikan dengan harga murah agar tertarik dan kembali ke pupuk organik,’’ katanya.
Dari keterangan beberapa petinggi di pemerintahan, subsidi ini tidak akan diberikan selamanya. Pemberian pupuk organik murah hanya sementara, dan secara bertahap subsidi dicabut sehingga harga yang berlaku sama dengan produksi keluaran swasta. Saat ini para petani sudah mulai disadarkan bahwa ternyata unsur hara tanah di Indonesia sudah minus 2. Artinya, sudah tidak subur lagi dan ini hanya bisa diatasi dengan pupuk organik. ‘’Karena itu, kami optimistis pasarnya masih besar. Apalagi, ada pencanangan Go Organik 2010. Jadi, subsidi ini bersifat sementara dan politis. Karena, pemerintah juga tidak bakal kuat untuk selalu memberi subsidi,’’ katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Poktan Sukalilah Siap Wakili Jabar

thumbnail
Kelompok Tani Sukalilah dari Kampung Panawuan, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut terpilih mewakili Jawa Barat pada lomba kelompok tani (Poktan) berprestasi tingkat nasional. Poktan Sukalilah berhasil unggul pada verifikasi terhadap ratusan Poktan se-Jabar, kata Wakil Bupati Garut, Dicky Chandra, Selasa (28/4).
Poktan Sukalilah selama ini juga dijadikan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Sumber Daya Terpadu (SLPTT) dengan mengelola areal tanaman padi sawah varietas Sarinah. Pengelolaan tanaman padi melibatkan 100 orang petani itu mampu menghasilkan produksi 7,2 ton gabah kering giling (GKG) per hektare (Ha). Produktivitas 7,2 ton GKB/Ha diperoleh dari setiap malai yang berisi 180-230 bulir padi berkadar air 11-13 prosen, sehingga ketika dilakukan penggilingan tidak mudah petah, katanya.
Kabid Padi dan Palawija Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Garut, Ir A Sartono menyatakan keikutsertaan Sukalilah pada lomba Kelompok Tani Berprestasi tingkat nasional menyusul kelompok itu dinilai sangat respon terhadap perkembangan inovasi teknologi baru dan berorientasi pada agribisnis dengan mengembangkan mina padi, makanan olahan, tertib administrasi, serta pemupukan modal kelompok.
Malahan dinilai berhasil menjalin dan mengembangkan kemiteraan, pemasaran hasil yang optimal serta menunjang mewujudkan lingkungannya sebagai desa Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Kepala Seksi Padi, Ir Dudung Sumirat dan Kepala Seksi Biji-Bijian, Ir Haris menilai, eksistensi Kelompok Tani Sukalilah mampu memberikan motivasi bagi kelompok tani lain. Khususnya dalam mengembangkan budidaya padi sawah bervarietas Sarinah, sebagai komoditi unggulan Kabupaten Garut, yang selama ini paling digemari konsumen dari dalam dan luar Garut.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Bisnis Tanaman Hias Sudah Jenuh

thumbnail
Kejayaan bisnis tanaman hias di Yogyakarta dinilai sudah berlalu karena pasar mulai jenuh sehingga pedagang harus mampu bertahan hidup jika bisnisnya tidak ingin gulung tikar. ‘’Era keemasan tanaman anthurium juga sudah berakhir akibat ulah segelintir pedagang yang mempermainkan harga sehingga merusak pasar,’’ kata M Nazir, pedagang besar tanaman hias asal Sleman, Yogyakarta, Jumat (24/4).
Kepercayaan konsumen kini semakin luntur bahkan sudah jenuh dengan tanaman hias. Kondisi itu dipicu oleh banyaknya gelaran pameran dan bursa penjualan tanaman hias baik temporer maupun permanen di Yogyakarta. ‘’Persaingan pasar jadi tajam dan penggemar tanaman hias di daerah juga terlihat mulai jenuh. Apalagi hampir tiap hari selalu ada pameran dan bursa tanaman hias, tidak hanya satu tempat tetapi beberapa tempat bersamaan,’’ katanya.
Nazir menyebut, akibat pasar tanaman hias jenuh dan pembeli baru tidak bertambah, pedagang tanaman hias banting harga dengan potongan hingga 50-60%. Keputusan memberikan potongan harga itu selain untuk menjaring pembeli juga agar pedagang tidak rugi. Sebenarnya, dengan potongan harga itu pasar tanaman hias bisa kembali seperti semula.
Penggemar tanaman hias bisa diuntungkan karena mereka membeli dengan harga normal. Jadi sekarang, saat yang tepat bagi penggemar untuk mengembangkan hobi mengoleksi tanam hias. Sementara Suharto pedagang tanaman hias asal Yogyakarta, mengatakan kondisi pasar saat ini akibat banyaknya pemain baru dalam bisnis tanaman hias yang terlalu berspekulasi tinggi tanpa melihat kondisi pasar riil.
Mereka semula adalah para penggemar tanaman hias yang mengembangkan hobinya mengoleksi berbagai jenis tanaman hias, namun setelah koleksinya banyak dan lengkap beralih menjadi pelaku bisnis sehingga mereka meramaikan bursa tanaman hias. Karena banyak bermunculan pelaku bisnis tanaman hias di daerah ini, kondisi pasar menjadi sepi pembeli. Meski sepi, tetap saja ada pameran dan bursa baru tanaman hias. ‘’Bisnis ini memang pasang surut dan sulit diprediksi, tergantung situasi. Karena itu pelaku bisnis tanaman hias di Yogyakarta banyak mengeluh akibat sepi pembeli. Mestinya pasar tidak diramaikan dengan para spekulan,’’ katanya.
Meski begitu, bisnis tanaman hias masih bisa dibangkitkan jika Yogyakarta dipromosikan sebagai daerah tujuan pembelian berbagai jenis tanaman hias. ‘’Jika musim libur banyak penggemar tanaman hias dari luar Yogyakarta yang datang membeli berbagai jenis tanaman hias sekaligus berwisata,’’ katanya. Yogyakarta sudah menjadi daerah tujuan utama para pedagang tanaman dari berbagai daerah bahkan datang untuk bersaing menjual tanaman hias.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Sudah Sampaikah Anda di Kediaman Otak Sendiri?

thumbnail
Judul: Psikologi Kognitif
Penulis: Robert J. Sternberg
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: Desember 2008
Tebal: xx + 585
Peresensi : Naqib Najah *
Di manakah letak jiwa manusia? Di badankah? Atau di kepala?
Terdapatlah legenda kuno dari daratan India yang menceritakan seorang perempuan bernama Sinta. Ternyata Sinta mempunyai keburukan yang sampai saat ini masih hinggap di jiwa masyarakat modern: sekalipun sudah bersuami, tapi tetap saja mencintai lelaki lain.
Pada suatu tempo, terbongkarlah keburukan Sinta. Sang suami tahu bahwa ada lelaki lain selain dirinya di hati Sinta. Kedua lelaki itu bertemu. Dan terjadilah pertengkaran yang berujung pada kematian. Ya, kedua-duanya meninggal dengan kepala masing-masing terputus.
Sinta merasa amat kecewa dengan kejadian tersebut. Dia menyesalkan keburukan sifatnya yang mengakibatkan kedua lelaki tercintanya itu meninggal.
Dengan penuh pengharapan, akhirnya Sinta meminta kepada Dewa Kali untuk menghidupkan keduanya. Sang Dewa mengkabulkan permintaan Sinta. Sang Dewa memerintahkan Sinta untuk menyambungkan kepala masing-masing ke tubuh masing-masing pula. Sinta riang, hatinya berdegup merasakan kebahagiaan itu.
Karena jiwa Sinta keburu melonjak dengan terkabulnya doa tersebut, maka salahlah dia dalam menyambungkan kepala dua lelaki itu. Kepala sang suami disambungkan dengan badan lelaki selingkuhannya, sedang kepala lelaki selingkuhannya tersambung dengan badan suami Sinta.
Maka bingunglah Sinta. Berpikirlah dia hendak menikah dengan yang mana? Dalam batinnya dia bertanya, siapa yang menjadi siapa?
Dari peristiwa di atas, muncullah rentetan pertanyaan yang amat lazim diudarakan di dunia para filsuf juga ilmuwan. Yakni, di manakah letak jiwa seseorang sebenarnya? Benarkah jiwa tersebut terletak pada tubuh manusia, atau bahkan di kepalanya saja?
Dan di antara kelanjutan pertanyaan tersebut, bagaimanakah kinerja tubuh dengan jiwa manusia? Bagaimakah otak turut andil dalam pergerakan manusia?
Nampaknya semua pertanyaan tersebut akan dikuak oleh dua bidang keilmuan: Psikologi Kognitif dan Neurobiologi. Dari kesinambungan antara keduanya, akan muncul beberapa penemuan yang menjawab beberapa pertanyaan tersebut.
Psikologi Kognitif yang mempelajari sistem gerak otak, mencatat bahwa otak tak lain adalah organ tubuh manusia yang mengatur pikiran, emosi, serta motivasi. Dari otak inilah, jiwa manusia terbentuk. Bila otak tersebut mempunyai daya kinerja yang buruk, maka buruk pulalah jiwa manusia. Oleh sebab itu, keterkaitan antara otak dengan jiwa sangatlah erat. Dan sulit dipisahkan. Namun kendatipun demikian, tidak bisa dikatakan bahwa otak adalah jiwa manusia, atau jiwa adalah otak itu sendiri.
Jiwa mempunyai komponen yang sangat banyak. Dan otak hanya sebagai Big Bos seluruh komponen tersebut. Seperti bos, dengan beragam organ lain merespon di bawah komandonya. Namun seperti bos yang lain, dia mendengarkan dan dipengaruhi juga oleh bawahan-bawahannya. (Hal. 28)
Oleh karena itu, otak bersifat direktif sekaligus reaktif. Tentu anda sadar dengan beberapa pertanyaan berikut. Bahwasanya pertanyaan di bawah ini adalah rangkaian keluhan yang sering dialami manusia:
Mengapa kita bisa mengingat seseorang yang kita temui beberapa tahun lalu tetapi kita (mudah) lupa dengan apa yang sudah kita pelajari dalam suatu kuliah? Mengapa orang-orang sering kali merasa pasti kalau mereka sudah benar dalam menjawab sebuah pertanyaan padahal faktanya tidak? Bagimana cara kita mengatur atensi untuk bercakap-cakap dengan seseorang di sebuah pesta sembari menguping percakapan orang lain yang lebih menarik di dekat kita? (Hal. xiii)
Tiga pertanyaan tersebut, tak lain adalah Pe-er bagi para ilmuan yang bernaung di bidang Psikologi Kognitif.
Selama ini, kita semakin banyak menemui sosok yang terjangkit gejala memfonis dirinya sendiri sebagai orang terhebat. Begitu mudahnya kita menemukan sosok yang bersifat sombong, yang mengunggul-unggulkan dirinya. Bercermin menatap diri sendiri, adalah perihal yang sangat sulit dilakukan oleh penduduk bumi dewasa kini. Dalam kata pengantar edisi bahasa Indonesia tertulis, membaca buku Psikologi Kognitif ini layaknya kita membaca diri sendiri. Kita diajak untuk memahami isi otak kita dan menelusuri serta mengingat berbagai bentuk kejadian dalam hidup kita sehari-hari.
Robert J. Sternberg yang adalah seornag Profesor Psikologi dan Pendidikan IBM di Yale University, menawarkan kepada pembaca beberapa teori yang menjembatani antara manusia dengan jiwanya sendiri. Bukan kepada orang lain. Dan betapa sulitnya mensampaikan langkah kita menuju pintu jiwa kita. Sebab menelusuri jiwa seseorang (image) terasa lebih mudah dan mengasyikkan ketimbang menelusuri jiwa sendiri. Maka teori Robert J. Sternberg menjadi sangat penting untuk dipelajari masyarakat sekarang.
Mengapa memori otak kita tidak seperti hardisk komputer, yang kuat menyimpan data yang sudah dimasukkan, serta dengan mudahnya kita memanggilnya kembali hanya dengan sekali menekan mouse? Kenapa kita mudah lupa dan data yang ada di otak kita sering kali tumpang tindih? (Hal. v)
Diskusikanlah pertanyaan tersebut dengan pakar psikologi yang juga seorang Direktur Center for the Psychology of Abilitise ini.
*)Editor dan penyunting buku,anggota Komunitas KUTUB Yogyakarta.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Kelestarian Budaya Jawa Tergantung Peran Generasi Tua

thumbnail
Kelestarian budaya Jawa tergantung peran dari generasi tua, sebab banyak generasi tua yang sudah tidak peduli dengan budaya Jawa. "Generasi tua saja sudah seperti itu, apalagi generasi muda," kata Ketua Yayasan Studi Budaya Jawa (YSBJ) Kanthil, Prof Soetomo WE, seperti dilansir ANTARA.
Ia mengatakan, kalau generasi tua aktif mengajarkan tentang keluhuran budaya Jawa, maka generasi muda pasti akan mengikuti dan melestarikannya. "Pemerintah, sebagai bagian dari generasi tua juga terkesan menganggap budaya sebagai bidang yang kalah penting dibandingkan dengan bidang yang lain, misalnya olahraga," kata dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPARI) Semarang tersebut.
Ia melihat terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara anggaran untuk kelestarian budaya dengan anggaran di bidang olahraga. Buktinya, kata Soetomo, anggaran yang diberikan untuk bidang olah raga mencapai sekitar Rp 22 miliar, sementara untuk pelestarian kebudayaan Jawa hanya mendapat alokasi dana Rp 50 juta per tahun. "Dengan anggaran hanya sebesar Rp 50 juta per tahun, upaya pelestarian kebudayaan Jawa tidak mungkin berjalan maksimal," tegasnya.
Ia mengaku, untuk sekali menyelenggarakan kegiatan minimal dibutuhkan dana sekitar Rp 5 juta, sehingga dengan dana Rp 50 juta, paling hanya cukup untuk menyelenggarakan kegiatan sekitar 10 kali. "Dengan menyelenggarakan kegiatan sebanyak 10 kali dalam setahun, rasanya sulit untuk mendukung pelestarian budaya Jawa," kata Soetomo.
Oleh karena itu, ia mengharapkan, pemerintah hendaknya ikut mendukung usaha pelestarian kebudayaan Jawa, salah satunya dengan mengalokasikan dana yang mencukupi. "Seandainya, kami diberikan anggaran sebesar Rp 22 miliar untuk dialokasikan di bidang budaya, setiap sekolah akan diupayakan memiliki perangkat gamelan dan tenaga pengajar yang berkualitas di bidang kebudayaan Jawa," katanya.
Sebab, lanjutnya, kendala lain di bidang ini adalah minimnya sarana serta banyak para guru yang kurang memahami budaya Jawa, sehingga bagaimana akan mengajarkan pada muridnya. "Sementara, untuk mengadakan sarana dan melatih para guru menguasai kebudayaan Jawa tentunya juga membutuhkan banyak dana," katanya.
Ia menambahkan, untuk membahas pelestarian budaya Jawa tersebut, pihaknya akan mengundang pemerhati budaya dari berbagai daerah di Jateng. "Rencananya, kami akan mengadakan pertemuan pada bulan Mei mendatang," katanya.
Pihaknya juga akan membentuk dewan penyelamat dan penjaga budaya yang bertugas merevitalisasi nilai-nilai budaya Jawa dan akan selalu pro aktif, misalnya, dengan mengusulkan hak paten batik Semarangan. "Kalaupun nanti upaya mematenkan batik Semarangan membutuhkan dana yang sangat besar, bisa dilakukan alternatif lain dengan menerapkan peraturan daerah (Perda) yang mengaturnya," kata Soetomo.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

TV Swasta Surutkan Kesenian Tradisional

thumbnail
Pelawak asal Jawa Timur, Kirun menyatakan, stasiun televisi swasta nasional memberi andil dalam menyurutkan kesenian tradisional, seperti ketoprak dan ludruk, dengan tidak menyiarkan pentas seni itu di layar kaca.
"Mereka tidak peduli lagi terhadap kesenian tradisional," kata Kirun saat ditemui ANTARA usai tampil dalam ketoprak jenaka di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Senin malam (21/4), untuk mengenang pelawak Timbul Suhadi (alm).
Menurut dia, tayangan kesenian tradisional di stasiun tv swasta, sekarang, sedikit. "Padahal TV menjadi benteng terakhir kesenian," kata Kirun
Dia mengatakan, stasiun TV swasta jangan hanya mencari untung, tetapi juga harus peduli terhadap kesenian tradisional. "Kesenian tradisional bukan hanya tanggung jawab seniman, tetapi juga tv swasta, jurnalis, dan masyarakat," katanya.
Meskipun saat ini tidak lagi tampil di TV swasta nasional, Kirun mengatakan dirinya masih bisa tampil di salah satu stasiun TV lokal di Jawa Timur. "Saya sekarang ada di acara Bakiak, Bareng Kirun Ayo Ngakak, tiap Sabtu malam jam 21.00 di JTV," katanya.
Selain manggung di tv lokal, Kirun mengatakan, dirinya masih sibuk menerima panggilan melawak di berbagai daerah di sekitar Jawa Timur. "Urusan pekerjaan melawak di daerah itu sudah jadi kebutuhan. Bahkan acara buka pengolahan pabrik gula juga dengan mendatangkan pelawak," katanya.
Senada dengan Kirun, pelawak Topan juga mengatakan dirinya masih aktif melawak dan menerima order di daerah-daerah di Jawa Timur.
Timbul
Kirun dan Topan, bersama dengan sekitar 120 pelawak dan artis yang sebagian besar merupakan pelawak eks Srimulat, menggelar pentas ketoprak jenaka di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Senin malam, untuk mengenang Timbul Suhadi.
Para pelawak yang tergabung dalam Himpunan Seniman Panggung Wayang Orang dan Ketoprak Jakarta "Adhi Budaya" menggelar ketoprak jenaka dengan judul "Mustika Dewandaru".
Sebelum pentas dimulai, Indro Warkop mewakili para pelawak Adhi Budaya mengatakan, Timbul merupakan pemain Srimulat yang berdedikasi tinggi untuk seni komedi Indonesia. Indro mengatakan, pementasan ketoprak tersebut sedianya digelar untuk menggalang dana guna membantu pengobatan Timbul, tetapi Tuhan berkehendak lain dengan memanggil pulang pelawak kelahiran 1942 tersebut sebelum acara itu dimulai. "Atas kesepakatan teman-teman seniman, pentas tetap digelar untuk memberikan empati kepada almarhum dan berapapun dana yang terkumpul akan diserahkan kepada keluarga almarhum Timbul," katanya.
Pentas ketoprak jenaka pun dimulai dengan para pemain, antara lain Tukul Arwana, Topan, Eko DJ, Kirun, Kadir, Doyok, Misye Arsita, Nunung, Yati Pesek, Mamiek Prakoso, Marwoto, Tessy, Rohanna, Polo, Ribut, Dudung, Yety Betet, Ali Nurdin, George Sapulete sampai dengan Mamiek Kies.
Selain itu juga terdapat bintang tamu yang ikut bermain yaitu dalang Ki Manteb Sudarsono, Staf Ahli Ekonomis Presiden RI Sutan Remy Sjahdeini, Direktur BRI Bambang Soepeno, dan Komisaris Bank Danamon Krisna Wijaya.
Pada jajaran penonton tampak Penasehat Persatuan Artis Seniman Komedi Indonesia Agum Gumelar beserta istri, Farhan, dan grup komedi P Project. Usai pementasan, pelawak Eko DJ mewakili rekan-rekannya memberikan uang sebesar Rp 40 juta, hasil penjualan tiket ketoprak jenaka, kepada Sukarti Timbul.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Memasyarakatkan (Kembali) Wayang

thumbnail
Oleh: A. Zaenurrofik*
Wayang, pernah begitu akrab dan membumi di masyarakat kita. Era sebelum tahun 70-an, kejayaan wayang masih bisa dirasakan. Begitu banyak orang punya hajat menyajikan wayang. Upacara-upacara adat juga banyak menampilkan wayang. Bahkan kegiatan penyuluhan juga banyak menggunakan wayang, sehingga lahirlah Wayang Suluh, yang diciptakan oleh Sukemi dari Madiun. Namun kini situasi telah berbalik. Wayang tak lagi akrab dengan masyarakat. Bahkan generasi muda sekarang mayoritas tak begitu mengenal tokoh seperti Subali, Gunawan Wibisono, Bisma, Kresna, Werkudara, Karna, dan tokoh pewayangan lainnya. Mereka lebih mengenal artis-selebritis dan tokoh komik dan kartun rekaan Jepang.
Bisa jadi, popularitas wayang Indonesia lebih populer di luar negeri daripada di dalam negeri sendiri. Kala Ki Ledjar Soebroto menggelar petunjukan Wayang Kancil di Belanda, Jerman dan Prancis, ia menjumpai banyak kartu pos dengan gambar Wayang Kancil bermotif batik. Apresiasi warga Eropa sangat besar terhadap budaya Indonesia. Suatu hal yang berkebalikan di negeri kita sendiri. Apresiasi serupa ditunjukkan oleh Tibor Weiner Sennyey, seorang penyair Hungaria, dalam acara bedah buku Ezster Tari, (seniman asal Hungaria yang mendapat beasiswa dari Pemerintah RI) berjudul “Wayang Jawa”, juga melayangkan pujian kepada budaya wayang Indonesia.
Eksistensi wayang semakin terdesak. Bahkan beberapa jenis wayang terancam keberadaannya, karena hampir-hampir tidak lagi bisa diketemukan wujud fisiknya ataupun pementasannya. Wayang Beber, yang dikreasi oleh Prabu Mahesa Tandreman, Raja Pajajaran misalnya, sudah sangat sulit dijumpai pertunjukan dan bentuk fisiknya. Begitu pula dengan Wayang Kidang Kencono. Wayang hasil kreasi Sunan Giri ini juga tidak bisa ditemui lagi. Keberadaannya yang tercatat dan terawat hanya bisa ditemukan di Museum Wayang Sendang Mas di Banyumas.
Sangat disayangkan bahwa budaya yang turut membentuk identitas nasional kita tersebut keberadaannya semakin terpinggirkan. Padahal budaya kita tersebut merupakan salah satu warisan budaya yang keberadaannya ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non Bendawi Manusia (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) yakni bentuk penghargaan badan dunia PBB (UNESCO) bagi karya budaya yang dianggap bernilai tinggi bagi peradaban umat manusia.
Upaya Memasyarakatkan
Banyak kalangan menyatakan bahwa petunjukan wayang dinilai menjemukan. Sedikit sekali kreasi yang dilakukan oleh dalang dalam penyampaian cerita. Pakem wayang yang kaku seperti alur cerita yang dianggap monoton dan berputar pada itu-itu saja dianggap menjadi mandeknya proses kreasi baru terhadap wayang. Tertutup dan mandeknya kreasi justru akan menjadi salah satu faktor pemercepat punahnya wayang dan dijauhi oleh masyarakat. Karenanya, kreasi, inovasi, terbuka pada perubahan, sangat penting agar wayang bisa diterima secara luas oleh masyarakat, sehingga ancaman kepunahan dapat ditangkal.
Kalau kita melihat kembali ke belakang, sebenarnya kreasi wayang bukan sesuatu yang ditabukan. Justru dengan mengkreasi, akan melahirkan dialektika sehingga tercipta keragaman jenis wayang dengan alur cerita yang sesuai dengan jamannya. Adalah Prabu Mahesa Tandreman Raja Pajajaran pada tahun 1350, yang memerintahkan untuk merubah dan memperbesar “gambar Wayang Purwo”. Sunan Bonang juga memperbarui Wayang Karucil atau Klitik yang sebelumnya diciptakan oleh Raja Brawijaya V. Beliau menambah cerita dengan memasukkan Damarwulan dan Ratu Ayu dari Majapahit. Wayang Keling di Pekalongan pun juga mengalami perubahan. Pementasan yang dulunya dilakukan hanya dengan menggunakan bahasa tutur dari dalang saja tanpa disertai dengan peralatan musik, dalam perkembangannya disertai dengan beragam perangkat musik dan diiringi dengan gending-gending.
Pada saat ini, muncul dalang-dalang yang secara cerdas mengkreasi wayang. Salah satunya adalah dalang Ki Enthus Susmono yang telah menciptakan Wayang Rai Wong atau Wayang Berwajah Manusia. Wayang Rai Wong hanya salah satu dari delapan jenis wayang ciptaannya. Ciptaannya yang lain adalah Wayang Ramayana Pesisiran, Wayang Planet Kombinasi, Wayang Wali dan tokoh terkenal, Wayang Prayungan (campuran gaya Solo dan Cirebon), Wayang Golek Purwa Rai Wong, Wayang Golek Cepak Rai Wong, Wayang Klasik Gubahan dan Aneka Gunungan. Koleksi Wayang Rai Wong ciptaan Enthus kini menjadi salah satu koleksi Museum of Folk Art di New Mexico (Amerika Serikat) dan MuseumTropen (Belanda).
Asep Sunarya, yang menciptakan tokoh Si Cepot, yakni wayang golek yang rahangnya bisa bergerak-gerak dan menarik busur panah tanpa bantuan dalang, juga telah melampaui pakem wayang golek. Kresinya ini membuahkan dianugerahinya gelar Professor oleh Institute International De La Marionnette di Charleville, Prancis.
Ki Mantep dan Ki Anom Suroto, juga kerap mengajak para pelawak, penyanyi dangdut dan campur sari dalam pementasannya. I Made Sidia bahkan mengombinasikan antara musik tradisional dengan musik kontemporer modern yang dimainkan oleh orang Amerika Serikat, tatkala menggelar pertunjukan bertajuk &idquo: Balinese Shadow Pupperty- Spring 2009&rdquo, di gedung Konsulet Jenderal Republik Indonesia, New York.
Penyampaian dalang dengan menggunakan bahasa yang tidak lagi akrab dengan khalayak, menyulitkan penyampaian cerita dan pesan yang disampaikan. Karenanya, tak ada salahnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak. Maharsi, dalang asal Semarang saat menggelar petunjukan di Hannover, Jerman, juga banyak menggunakan bahasa Jerman, meskipun terbata-bata. Dalang Ki Mantep Sudarsono juga tak menabukan penggunaan bahasa asing. I Made Sidia, dalang asal Bali juga tak alergi dengan penggnaan bahasa asing dalam pementasan wayang. Unsur yang terpenting adalah bagaimana agar gagasan dan pesan bisa dipahami secara luas oleh masayarakat.
Institusi pendidikan mengemban pula visi memasyarakatkan wayang. Nilai-nilai dan ajaran moral yang terkandung dalam wayang, merupakan nilai universal. Karenanya, sangat layak, wayang dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Wayang melalui tokoh-tokoh sentral dari lakon-lakon tertentu mengajarkan nilai-nilai yang secara dogmatis tidak sebagai suatu indoktrinisasi, tetapi ia menawarkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai kepada siswa dan guru pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Jika di Inggris wayang telah di masukkan dalam kurikulum pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan tingkat atas, di Indonesia pun sebenarnya bisa karena ragam wayang kita jauh lebih banyak dan terkandung nilai moral dan filosofis di dalamnya. Pelajaran moral yang bisa dipetik dari tokoh Bisma misalnya, adalah pentingnya kerjasama dan persatuan. Dalam nasehatnya kepada Raja Drestareta, ia mengatakan “Semut saja bisa bersatu, mengapa manusia tidak?”. Pernyataannya tersebut dilatar belakangi oleh ketidak setujuannya dalam mengatasi konflik antara pandawa dan kurawa dengan membagi negara Hastina menjadi dua. Resi Wyasa dalam tokoh Mahabarata, juga mengajarkan bagaiamana berbuat tulus dan ikhlas, mensyukuri anugerahNya, tidak berbuat aniaya terhadap orang lain meskipun telah menyakitinya.
Ikhtiar untuk memasyarakatkan wayang dengan kreasi dan inovasi, hendaknya jangan dianggap sebagai upaya subversi terhadap pakem. Namun sebagai bagian dari gerak maju wayang itu sendiri. Perkembangan masyarakat dengan budayanya semakin dinamis. Jika para pelaku dan pecinta wayang tak mampu mendinamisasikan wayang, bisa dipastikan bahwa wayang akan semakin dilupakan oleh masyatrakat. Dibutuhkan sinergi antara kreasi dari pecinta wayang dengan semua pihak seperti lembaga pendidikan, guna memasyarakatkan wayang.
*) Peneliti Center for Social Science and Religion( CSSR), Surabaya.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Pola Hidup Picu Radang Paru Anak

thumbnail
Anggota aliansi strategis negara-negara Asia untuk pencegahan penyakit pneumonia (ASAP), Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro, SpA(K) menyatakan, pneumonia atau radang paru pada anak banyak dipicu pola hidup. ‘’Pola hidup yang kurang baik itu antara lain dapur dalam rumah sehingga asapnya tidak keluar dengan baik, orang tua yang merokok di dalam rumah, penggunaan bahan semprot maupun obat anti nyamuk yang dibakar,’’ kata Prof Sri Rezeki pada simposium ASAP di Denpasar, Sabtu (25/4).
Konsultan penyakit kronis dan infeksi di FKUI/RSCM Jakarta itu menilai, anak-anak yang terserang penyakit yang lebih dikenal sebagai paru-paru basah itu banyak ditemukan di wilayah timur Indonesia. Penyakit ini tersebar akibat bakteri yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Di Indonesia, sebut Prof Sri Rezeki, penyakit itu sudah menyerang 6 juta orang per tahun dan dapat dicegah dengan makanan yang baik termasuk ASI. Prof Sri Rezeki mengajak masyarakat agar tidak anggap enteng penyakit yang ditandai dengan sesak nafas itu. Masyarakat diminta segera membawa anak ke rumah sakit jika diketahui sesak nafas. Di Asia Pasifik, sekitar 98 balita meninggal setiap jam.
Ditinjau dari burden of disease (besarnya angka kejadian penyakit), pneumokokus termasuk meningitis. Pneumonia dan bakteri kimia ini menyebabkan sekitar 2 juta nyawa melayang setiap tahun dan sekitar 700.000 sampai satu juta jiwa adalah balita. Penyebarap penyakit ini sangat mudah terjadi, karena bakteri pneumokokus hidup normal di dalam hidung dan tenggorokan.
“Penularan dapat terjadi melalui percikan ludah atau udara bebas, sehingga anak dapat dengan mudah terinfeksi tanpa memandang status dan lingkungan sekitarnya,” jelas Dr Ni Putu Siadi Purniti, SpA, dokter spesialis anak dari FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga diimbau agar memperhatikan kondisi masyarakat di negara berkembang yang rentan terserang pneumonia.
’’Jangan hanya negara maju yang diperhatikan oleh WHO. Kita semua juga harus bersatu bagaimana mengatasi keadaan ini, termasuk mencari dana jika pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk vaksinasi anak-anak. Semua pihak harus terlibat dalam penanggulangan penyakit ini, termasuk dokter, tenaga kesehatan dan wartawan. Semua kalangan harus memberikan advokasi kepada masyarakat bagaimana mencegah penyakit ini,’’ tandas dr Purniti yang juga didaulat menjadi salah satu pembicara itu.
ASAP Indonesia, katanya, memiliki komitmen untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pneumonia dengan cara saling tukar informasi dan melakukan pencegahan. Selain Prof Sri Rezeki, simposium itu menghadirkan pembicara Ketua IDAI Cabang Bali, dr Bagus Ngurah Putu Arhana, SpA(K), dokter dari RSUP Sanglah, dr Ni Putu Siadi Purniati, SpA(K), dosen FK Unud, Prof dr Soetjiningsih, SpA(K) dan Sri Rezeki sendiri. (Wayan Nita/Ant)
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Ribuan Warga Serang Tertular TBC

thumbnail
Sebanyak 3.739 warga Kabupaten Serang, Banten tertular penyakit Tuberkulosis (TB) akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta lilitan kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi asupan gizi yang baik. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan Kesehatan Paru-Paru, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Hj Oom Romlah, Jumat (24/4), mengatakan pihaknya terus melakukan pengobatan bagi penderita TB karena jika mereka tidak ditangani dipastikan menularkan penyakit itu kepada keluarga maupun warga lain.
Penyembuhan penyakit TB harus dilakukan dengan cara meminum obat selama enam bulan terus menerus. Obat itu diberikan secara gratis. Pengobatan penderita TB tidak boleh terputus dan harus diawasi melalui pengawasan obat minum (PMO) oleh keluarga, kader dan petugas puskesmas. "Bila pengobatan terputus mereka harus kembali menjalani pengobatan dari nol lagi," katanya.
Pengobatan TB harus terus menerus dilakukan selama enam bulan sesuai dengan rekomendasi dari WHO untuk penyembuhan penyakit tersebut. Selama penderita berobat secara teratur dan berkesinambungan maka penularan penyakit TB tidak akan menularkan penyakit itu kepada prang lain.
Karena itu, pihaknya mengingatkan kepada warga agar mewaspadai gejala TB, seperti batuk berdahak lebih dari tiga minggu, dada terasa nyeri dan sesak, demam lebih dari satu bulan, dan nafsu makan berkurang. "Jika gejala-gejala seperti itu dirasakan, sebaiknya diperiksakan ke rumah sakit atau puskesmas," katanya.
Dia menyebutan sebagian besar penyakit TB disebabkan kemiskinan dan buruknya kondisi lingkungan serta rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Ia mencontohkan, rumah yang tidak memiliki pintu jendela berpotensi menyebarkan kuman mycobecterium atau kuman TB. Karena itu, pihaknya meminta warga membangun rumah dengan ventilasi yang cukup sehingga sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan.
Penyakit TB merupakan jenis penyakit menular yang mematikan karena penderita akan terserang berbagai penyakit penyerta. Sepanjang 2008, lanjut dia, sebanyak 21 dari 3.383 penderita TB TB dilaporkan meninggal dunia dan selama Januari-Maret 2009 kasus temuan penderita TB baru mencapai 356 orang. "Penderita TB akan menjadi sumber penularan, sebab satu pederita bisa menularkan kepada 10 orang lain," ujarnya.
Rudi (50), seorang penderita TB asal Kecamatan Baros, Kabupaten Serang mengatakan, hingga kini masih dalam pengobatan TB selama enam bulan. "Selama masa pengobatan batuk-batuk saya semakin berkurang, padahal sebelumnya dari pagi sampai pagi lagi terus batuk-batuk," ujarnya.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

100 Ribu Bayi Meninggal Akibat Diare

thumbnail
Sebanyak 100.000 bayi meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh diare, penyakit yang mematikan nomor dua setelah infeksi saluran napas akut. Penyebab utama dari tingginya angka kematian bayi itu adalah disebabkan buruknya pengelolaan sanitasi dan akses air bersih, kata Kepala Sub-Direktorat Air Minum dan Air Limbah Direktorat Pemukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo dalam rangka City Summit Sanitasi V di Solo, Selasa (28/4).
Ia mengatakan, rendahnya akses pada sanitasi berdampak kepada naiknya angka kesakitan, rendahnya produktivitas, dan biaya tambahan berobat, ironisnya justru lebih sering menimpa masyarakat miskin. Kesadaran pembangunan sanitasi di perkotaan di Indonesia sementara ini pada umumnya masih rendah, dan ini bisa dilihat dari anggaran yang ada di APBD pemerintah kabupaten/kota.
Untuk pembangunan sanitasi ini di Indonesia diperlukan dana sekitar Rp 21,8 triliun setiap tahunnya. Sekarang baru 35 kota yang anggaran dari APBD untuk sanitasi melebihi dari 1%n, padahal yang perlu penanganan ada 265 kabupaten/kota. Buruknya sanitasi mengakibat 50% sungai yang melintasi perkotaan di Indonesia airnya sudah tidak layak dijadikan sebagai bahan baku air minum karena banyak limbah. Terkait pencemaran sungai, katanya, hampir 70% pencemaran sungai di Indonesia akibat limbah domestik. Untuk itu sanitasi harus terus digalakkan.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Biaya Berobat Karena Dampak Merokok Rp 145 Triliun

thumbnail
Wali Kota Bogor Diani Budiarto mengatakan, dikeluarkannya aturan kawasan tanpa rokok (KTR) di Kota Bogor dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan rokok karena biaya berobat masyarakat akibat dampak rokok sekitar Rp 145 triliun per tahun.
"Cukai rokok hanya menghasilkan Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun, padahal biaya berobat masyarakat akibat dampak yang ditimbulkan dari rokok bisa mencapai Rp 145 triliun per tahunnya," katanya seperti dilansir Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Bogor,ketika membuka sosialisasi KTR kepada kalangan kampus di Bogor, Kamis (23/4).
Ia mengatakan, sejauh ini yang terdengar luas bahwa cukai rokok cukup tinggi untuk pendapatan negara, justru sebaliknya nyaris tidak terdengar gaungnya berapa biaya berobat masyarakat akibat yang ditimbulkan oleh rokok per tahun. Meski begitu, sebutnya, tidak mudah untuk merealisasikan program KTR, karena rokok sudah menjadi komoditi masyarakat.
Buktinya, kalau melihat angka statistik sungguh sangat merisaukan, baik dilihat dari segmentasi usia di bawah umur maupun yang sudah lanjut usia, warga Indonesia banyak yang merokok. Sosialisasi KTR bagi kalangan kampus adalah program lanjutan setelah kepada ratusan tokoh agama setempat.
Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Dinkes dengan organisasi No Tobacco Community (No TC) yang gencar sosialisasi KTR di berbagai lembaga sekitar Kota Bogor. Menurut Firman Wijaya dari No TC, setelah mengikuti sosialisasi, 100 peserta dari berbagai kampus se-Kota Bogor melakukan deklarasi bersama dengan menyatakan siap menerapkan KTR di kampus. ‘’Kami sengaja mengundang kalangan akademisi karena di Kota Bogor telah ada Perda Nomor 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum yang didalamnya yaitu pasal 14,15, dan 16 mengatur mengenai KTR, dan salah satunya adalah larangan merokok di institusi pendidikan,’’ katanya.
Hanya saja, kata dia, pada kenyataannya, sejauh ini masih banyak citivitas akademika di Kota Bogor yang masih belum memahami penerapan KTR dengan baik. Karena itu, kegiatan sosialisasi tersebut sangat penting sehingga KTR di lembaga pendidikan diharapkan akan terwujud dengan baik.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009

Gema Berobat Gratis Mulai Dari Palembang

thumbnail
Oleh: Nila Ertina
Imah (19), warga Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan (Sumsel) kini mengerti kenapa pada 27 Januari kawasan kolong Jembatan Ampera dipadati ribuan warga. Mulai hari itu, Pemprov Sumsel meluncurkan Program Berobat Gratis--salah satu program populis yang pernah dijanjikan Alex Noerdin saat berkampanye sebelum menjadi Gubernur Sumsel.
Peluncuran program pengobatan/kesehatan gratis itu, dihadiri Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari, mendampingi Gubernur Sumsel H Alex Noerdin. ‘’Jadi sekarang saya nggak perlu membayar lagi kalau berobat di puskesmas ini ya bu. Alhamdulillah syukur ya Allah,’’ kata Imah, dengan logat Jawa yang masih kental saat bertutur kepada temannya yang sama-sama menunggu speedboat di kolong Jembatan Ampera, setelah merasakan sebagai pasien berobat gratis itu.
Perbincangan serupa saat ini dengan mudah bisa ditemui pada setiap kelompok warga Sumsel, baik yang bermukim di kawasan perairan, perkebunan maupun pengunungan. Padahal pengobatan gratis itu, pada awalnya menjadi hal yang mustahil bagi warga Sumsel untuk diterapkan, mengingat setiap puskesmas minimal membebankan biaya karcis untuk pelayanan Rp 2.000 setiap pasien.
Warga yang sakit gigi masih harus menambah biaya pengobatan sebesar Rp 15 ribu per gigi, tergantung dengan tingkat keparahan sakit yang dialami pasien itu. Begitu juga dengan ibu-ibu yang ingin menunda kehamilan dengan cara suntik KB, harus membayar dana tambahan Rp 15 ribu per orang, dan Rp 5.000 untuk KB pil. Kalau ingin memasang IUD atau spiral untuk KB (Keluarga Berencana) di salah satu puskesmas di Palembang, mewajibkan pasien membayar Rp 175 ribu sekali pasang.
Padahal selama ini telah diketahui secara umum di masyarakat bahwa peralatan dan obat KB di puskesmas dipasok secara gratis atau disubsidi BKKBN. Saat peluncuran program berobat gratis itu, Menteri Kesehatan mengajak pula pemda di tempat lain juga melaksanakan program serupa mencontoh Sumsel. "Sumsel menjadi pelopor yang menerapkan Jamkesmas daerah," ujar Fadilah Supari, ketika memberikan sambutan pada peluncuran program berobat gratis di bawah kolong Jembatan Ampera itu.
Ketika itu, Menteri yang terkenal cerdas tersebut juga mengingatkan kepada pemda setempat bahwa berobat gratis itu pasti ada saja kendala yang akan ditemukan di awal pelaksanaan. Namun secara bertahap masalah tersebut dipastikan dapat diatasi, dan program jamkesmas daerah bisa berjalan sesuai dengan ketentuan dan target yang diinginkan pemerintah, ujar Menkes.
Benar saja, setelah program itu berjalan, masih ditemukan sejumlah masalah dan kendala dalam pelaksanaan pengobatan gratis bagi sasaran sekitar empat juta jiwa--dari tujuh juta jiwa lebih penduduk Sumsel--yang selama ini belum mendapatkan layanan pengobatan secara memadai itu. Pada tahap awal pelaksanaan program ini, masalah transportasi dan fasilitas kesehatan menjadi kendala yang mesti dihadapi dan disikapi pemda. Beberapa masalah teknis dan pratis di lapangan juga terjadi, termasuk ketidaksiapan aparatur pelaksana dan pelayanan di lapangannya.
Perlu kesigapan pemda dan dinas terkait dalam menyikapi permasalahan tersebut agar dapat menjadi solusi bagi kesuksesan pelaksanaan program yang sangat populis bagi warga Sumsel itu. Gubernur Sumsel Alex Noerdin pada sejumlah kesempatan justru tak bosan-bosannya mengingatkan agar petugas pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas dan rumah sakit, untuk tidak memungut sepeser pun uang kepada pasien yang datang. "Kalau masih ada petugas medis di puskesmas dan rumah sakit yang memungut dana kepada pasien laporkan saja kepada saya, karena sesungguhnya pengobatan warga Sumsel telah didanai APBD daerah ini," kata Alex.
Alex meminta warga Sumsel yang ingin berobat menyertakan bukti identitas diri berupa KTP atau kartu keluarga, agar dapat dilayani dengan baik. Karena bukti identitas tersebut menjadi syarat bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan berobat gratis itu, karena program ini hanya untuk warga Sumsel.
Puskesmas Padat
Setelah program berobat gratis itu berjalan, di KotaPalembang sebagian besar dari 38 puskesmas yang tersedia di ibukota provinsi ini semakin dipadati pengunjung. Kecenderungan serupa juga terjadi pada umumnya puskesmas di seluruh Sumsel, termasuk rumah sakit yang menjadi rujukan dan masuk dalam jejaring layanan kesehatan gratis itu. Puskesmas Merdeka menjadi salah satu ujung tombak layanan kesehatan publik yang paling ramai, dan sampai saat ini masih tetap dipadati pasien.
Rosmina (63), warga 26 Ilir Palembang mengaku, baru memeriksakan sakit kepala yang telah dideritanya sejak beberapa tahun lalu, setelah diluncurkan berobat gratis tersebut. "Saya bingung harus berobat kemana karena tidak punya uang, tetapi ketika tetangga bisa berobat tanpa membayar sampai ke rumah sakit, saya pun mau mengobat sakit kepala yang sudah bertahun-tahun ini," kata dia.
Padahal jarak kediaman Rosmina dengan Puskesmas Merdeka tidak terlalu jauh, hanya dengan berjalan kaki nenek yang mengaku hanya tinggal berdua suaminya ini tiba di puskesmas milik pemkot setempat itu. Petugas memberi surat untuk diperiksa lebih lanjut ke Rumah Sakit Siti Khodijah, sehingga nenek tersebut harus minta tolong kepada tetangganya untuk mengantarkan ke RS itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang, Gema Asiani mengatakan, setelah diberlakukan berobat gratis memang terjadi peningkatan pengunjung di sejumlah puskesmas di kota itu. Sebanyak 38 puskesmas, rata-rata setiap hari melayani lebih dari 100 pasien yang datang mengobati berbagai penyakit, mulai demam biasa, penyakit dalam, hingga sakit gigi dan penyakit serius lainnya, kata Gema pula.
Guna memastikan pasien benar merupakan penduduk Sumsel, petugas di puskesmas meminta pasien menunjukkan bukti identitas, seperti KTP dan kartu keluarga. Bagi yang telah menjadi peserta Jamkesmas, Jamsostek atau Askes, mereka tetap harus menggunakan kartu yang dikeluarkan tiga lembaga tersebut sehingga tidak berhak memanfaatkan program berobat gratis atau jaminan sosial kesehatan (Jamsoskes) Sumsel semesta itu.
Dana Bersama
Namun program populis berobat gratis itu, tentu membutuhkan biaya sangat besar. Karena itu, untuk menopang pembiayaan Program Pengobatan Gratis atau Jamsoskes Sumsel Semesta, Pemprov Sumsel telah menganggarkan dana Rp 240 miliar pada APBD 2009. Selain itu, pemprov setempat juga meminta partisipasi 15 pemkab dan pemkot di daerah itu dengan besaran iuran bersama (sharing) tergantung kemampuan setiap kabupaten/kota.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Zulkarnain Noerdin mengatakan, sampai kini sebagian besar pemkab dan pemkot se-Sumsel telah berpatisipasi dengan kisaran dana mencapai 20 sampai 30% dari dana yang dialokasikan pemprov setempat. Tapi memang masih ada yang berpartisipasi hanya 2,5%, yaitu Kota Palembang, sehingga diharapkan bisa meningkatkan angka partisipasi sharing dana untuk menyukseskan program ini, kata dia lagi.
Zulkarnain menambahkan, pola pelaksanaan Jamsoskes Sumsel Semesta tidak jauh berbeda dengan Jamkesmas, sehingga rumah sakit yang menjadi jejaring program nasional tersebut juga bekerja sama dengan tim Jamsoskes. Setiap warga Sumsel yang ingin berobat dapat mengakses rumah sakit jejaring yang tersedia di seluruh kabupaten/kota se-Sumsel.
Bagi warga Sumsel yang tidak tercatat menjadi peserta Jamkesmas, Jamsostek atau Askes, mereka dapat berobat dengan menggunakan Jamsoskes. Pasien Jamsoskes wajib mendatangi puskesmas untuk mendapatkan pengobatan gratis, dan jika dinilai perlu maka dilanjutkan (dirujuk) ke RSU daerah dan RSUP Mohammad Hoesin Palembang. "Setelah melalui perawatan di RSUP Mohammad Hoesin masih perlu rujukan ke RS di Jakarta, seperti RS Cipto Mangunkusumo dan RS Harapan Kita, pasien Jamsoskes tetap dilayani secara gratis sampai mereka sembuh," ujar Zul. (Anspek)
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009