Tanaman Obat Masuk Kurikulum?

thumbnail
Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) meminta materi tentang pengenalan tanaman obat dan pengetahuan manfaat jamu dicantumkan dalam kurikulum wajib di lembaga pendidikan. ‘’Kami mengharapkan melalui lembaga pendidikan yang dikelola Departemen Kesehatan seperti Akademi Perawat, Akademi Kesehatan, dicantumkan kurikulum wajib tentang pengenalan tanaman obat sekaligus pengetahuan manfaat jamu,’’ kata Ketua Umum GP Jamu, Dr Charles Saerang, di Jakarta, Kamis (11/12).
Pernyataan itu disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional GP Jamu 2008 yang dihadiri sejumlah pejabat dan para pengusaha jamu dari seluruh Indonesia. Charles mengatakan, kurikulum wajib tersebut diharapkan pula diisi penjelasan tentang berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai instansi penelitian. ‘’Dengan begitu siswa atau mahasiswa di sekolah atau akademi tersebut dapat mengikuti perkembangan dunia usaha jamu,’’ katanya.
Upaya itu juga perlu dilakukan untuk memperkenalkan produk-produk jamu yang berkhasiat dalam peningkatan kesehatan rakyat. ‘’Kami menyadari perlunya sumber daya manusia yang handal khususnya di bidang kesehatan,’’ katanya.
Sebab hingga kini belum banyak tenaga kesehatan yang mengenal khasiat tanaman obat apalagi peran produk jamu bagi kesehatan masyarakat. Sedikitnya tercatat 30.000 jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia dan hanya kurang dari 1.000 jenis yang diketahui berkhasiat obat.
Seperti yang dirilis ANTARA, dari 1.000 jenis itu sekitar 300 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan industri jamu dan 50 spesies telah dibudidayakan secara komersial. Charles menilai fakta itu menjadi potensi tersendiri bagi Indonesia termasuk SDM di Tanah Air untuk mengembangkan jamu sebagai salah satu produk unggulan bangsa.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Siswa SMA Darma Praja Belajar Pupuk Organik

thumbnail
Oleh: Wayan Nita
Untuk bisa bersaing di dunia wirausaha, para pelajar selain dituntut menguasai banyak ilmu secara formal, juga memiliki keterampilan spesifik. Menghadapi tantangan itulah, para pendidik di SMA Darma Praja Denpasar menggulirkan program pengenalan keterampilan wirausaha. Sebagai salah satu wujudnya, mereka mengajak para siswa mengunjungi kebun produksi dan percontohan tanaman obat di Jl Pulau Roti Denpasar.

Kunjungan yang menitik beratkan pada pengenalan dunia usaha ini, merupakan agenda wajib untuk siswa kelas tiga jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sekitar 40 pelajar didampingi oleh satu guru pembimbing, mengikuti pelatihan sehai. Widiarta selaku guru pendamping menyebut, kegiatan tersebut masih berhubungan dengan materi pelajaran.

‘’Tujuan kunjungan pelatihan ini untuk mengenalkan pada siswa berbagai macam tanaman obat dan kegunaan. Selain itu siswa diharapkan bisa belajar cara membuat pupuk organik dari sampah, minimal mereka secara swadaya menerapkan dari skala rumah tangga dulu. Dari kunjungan ini, para siswa diminta membuat laporan berupa karya tulis.

Ni Made Rina Sari, salah seorang siswi SMA Darma Praja menyatakan, banyak tanaman obat yang baru ditemui dan diketahui khasiatnya. Pengetahuan tentang pentingnya tanaman obat dapat memacu semangat mereka untuk membuat apotek hidup. “Ini dapat membantu memberikan pertolongan pertama bagi masyarakat sekitar. Ini sesuai dengan keinginan saya untuk membangun desa, membangun bangsa seperti Pak Oles,” tandas Rina.

Para siswa juga mendapat penjelasan sekilas tentang proses pembuatan pupuk organik di gedung pabrik pupuk Bokashi Kotaku. Pupuk itu dibuat dari gabungan bahan baku kotoran ternak, serbuk gergaji, sekam padi dan molasses yang difermentasi dengan campuran larutan EM4, di samping pengolahan sampah organik. “Dengan banyaknya pelatihan ini diharapkan siswa bisa praktek di rumah dan bisa mengajarkan kepada yang lain cara pembuatan pupuk,” ujar guru bahasa Jepang dan Inggris ini.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Produk Herbal Tetap Miliki Peluang Ekspor

thumbnail
Krisis keuangan di seluruh dunia diperkirakan tidak akan berpengaruh besar terhadap peluang ekspor di bidang kosmetika, aromatherapy dan ramuan untuk spa khas Indonesia. Nidiawati, pemilik perusahaan rumahan Narwastu yang memproduksi beragam aromatherapy saat ditemui di sebuah pameran di Pontianak, akhir November lalu mengatakan, hingga kini pihaknya masih rutin mengirim satu kontainer berukuran 40 feet berisi lilin aromatherapy ke Jepang setiap empat bulan. ‘’Memang ada penurunan omzet tapi di tingkat agen dalam negeri,’’ kata Nidiawati.
Namun penurunan tersebut kemungkinan bukan dipicu krisis keuangan. Karena bisa saja agen tidak fokus atau mengalami kendala dalam penjualan. Selain menjual dalam skala besar, Nidiwati juga melayani pembelian eceran karena dianggap relatif stabil. Untuk meningkatkan omzet, peluang pasar di sejumlah negara sudah dijajaki seperti Spanyol dan Belanda. ‘’Produk Indonesia masih harus berjuang untuk masuk pasar potensial Eropa. Mereka lebih menganggap produk Eropa lebih aman dibanding negara lain termasuk Indonesia,’’ katanya.
Pangsa pasar yang masih amat menjanjikan namun belum digarap di Asia adalah Malaysia dan Brunei Darussalam. ‘’Promosi belum dapat dilakukan dengan baik. Kami ingin memperkuat pasar dalam negeri dahulu baru fokus ke ekspor,’’ tandas Nidiawati menjawab Antara.
Nidiawati memulai usahanya itu sekitar tujuh tahun lalu. Kini, ia memperkerjakan sembilan karyawan tetap dan 15 tenaga kontrak. Booming bisnis produk-produk spa dan aromatherapy di Jawa sejak empat tahun lalu kini mulai melambat dan pertumbuhan relatif stabil. Kendala yang ia hadapi dalam usaha Narwastu adalah keterbatasan sumber daya manusia. Sewaktu mendapat pesanan dari Jepang, persyaratan yang diajukan oleh importir amat ketat.
‘’Hanya sedikit pengrajin yang mampu membuat pesanan seperti yang diinginkan mereka, itu pun harus dibantu oleh mesin buatan Cina. Padahal Indonesia amat kaya akan bahan baku. Data dari Departemen Pertanian, meski kaya bahan baku herbal namun Indonesia hanya menyuplai 37% dari total produksi di seluruh dunia.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Pupuk Langka, Petani Lirik Organik

thumbnail
Kelangkaan pupuk bersubsidi di berbagai daerah saat musim tanam hendaknya menjadi pemacu para petani memakai pupuk organik agar tidak terus direpotkan dengan pupuk pabrikan. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Daerah Istimewa (DIY) Bambang Wibowo di Yogyakarta, Kamis (11/12) mengatakan saat ini saatnya petani mengembangkan pupuk organik sendiri untuk antisipasi terjadi kelangkaan pupuk pabrikan bersubsidi.
‘’Kami mengharapkan petani mampu mengembangkan pupuk organik dari kotoran ternak melalui kegiatan kelompok petani, mengingat saat ini ketersediaan pupuk pabrikan semakin sulit diperoleh, bahkan distribusinya tidak menentu,’’ katanya.
Upaya tersebut selain agar petani tidak memiliki ketergantungan terhadap pupuk kimia, juga memang sudah saatnya petani memanfaatkan dan kembali menggunakan pupuk organik sebagai upaya mengembalikan kesuburan lahan pertanian. Diyakini dengan menggunakan benih unggul yang dipadu pupuk organik, produktivitas tanaman padi bisa tetap tinggi. Apalagi, beras yang dihasilkan dengan pupuk organik memiliki nilai jual tinggi ketimbang beras dari tanaman padi yang menggunakan pupuk kimia.
‘’Harga beras organik dengan beras yang memperoleh pupuk kimia banyak selisihnya atau lebih mahal beras organik. Kondisi itu akan mendorong masyarakat petani mulai sadar untuk kembali ke produk makanan yang alamiah dan menghindari unsur kimiawi,’’ katanya.
Ia mengatakan pihaknya merencanakan melakukan pemberdayaan kelompok tani di tiap kabupaten di seluruh wilayah provinsi ini guna membantu pengembangan pupuk organik. Dengan demikian diharapkan upaya yang dilakukan KTNA DIY dapat memberikan keterampilan kepada petani dalam mengolah pupuk organik guna memenuhi kebutuhan pupuk bagi lahan pertaniannya.
Selain itu, pihaknya memberi bantuan pupuk organik cair kepada para petani dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah pada lahan pertanian. Sosialisasi itu bukan dimaksudkan untuk mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik. ‘’Untuk sementara kami memberikan 50 liter pupuk organik cair berasal dari mikroba murni kepada petani di setiap kecamatan di wilayah DIY. Setiap empat liter pupuk organik cair bisa untuk tanaman seluas satu hektare,’’ jelasnya yang dikutip Antara.
Ia mengatakan sekarang ini petani sudah makin mengetahui manfaat pupuk organik bagi kesuburan tanah dan tanaman. Mereka juga mulai menggunakan pupuk kandang guna meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Dengan menggunakan pupuk organik memang mampu menaikkan produksi tanaman.
Bukti di lapangan, tambah Bambang, dengan menggunakan pupuk organik dan perlakuan sama dengan menggunakan pupuk kimia, hasilnya meningkat 500 kg hingga 1000 kg per hektar. Di sisi lain, kualitas produksi lebih baik. Misalnya produk padi organik bisa dijual Rp 2.000 hingga Rp 3.000/kg dibanding harga produk padi dengan pupuk kimia.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Kadin Minta Industri Jamu Dibantu

thumbnail
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai industri jamu dan tanaman obat merupakan salah satu sektor yang harus dibantu selama krisis finansial global. ‘’Industri jamu termasuk sektor yang harus diback-up selama dan setelah masa krisis,’’ kata Ketua Umum Kadin, MS Hidayat di Jakarta, Kamis (11/12).
Permintaan Kadin itu karena industri tersebut memiliki banyak persoalan fundamental, antara lain belum optimalnya riset dan penelitian terkait tanaman obat dan jamu, minimnya pengetahuan manfaat jamu bagi generasi muda dan rendahnya sosialisasi obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Selain itu, citra perjamuan kerap tercoreng oleh masalah jamu berbahan kimia dan belum adanya dukungan regulasi terkait ekspor-impor jamu. ‘’Saya sudah mempunyai kesepakatan dengan pemerintah untuk merumuskan aturan jangka pendek untuk menanggulangi krisis yang sudah ada di depan mata dan berpotensi membuat kondisi usaha semakin sulit,’’ katanya.
Pihaknya juga akan merekomendasikan pelurusan regulasi yang tumpah tindih agar iklim usaha di Tanah Air semakin kondusif. Jamu merupakan industri peninggalan nenek moyang yang berpotensi menjadi produk unggulan bangsa Indonesia. Terkait krisis global, Kadin merekomendasikan kepada pemerintah tentang ketahanan sektor keuangan dan perbankan, percepatan implementasi kebijakan sektor riil dan memperkuat ekonomi domestik.
Omzet Rp 10 Triliun
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan omzet usaha jamu dan obat-obatan tradisional akan mencapai Rp 10 triliun hingga tutup tahun 2008. ‘’Kadin memperkirakan jamu akan tumbuh hingga Rp 10 triliun pada 2008,’’ tegas Hidayat.
Seperti dilansir ANTARA, selama 2008 industri jamu di Indonesia tumbuh sebesar 25%, namun Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) sendiri memproyeksikan angka Rp 10 triliun itu baru tercapai pada 2010. Hidayat menilai industri jamu saat ini kian berkembang dan termasuk dalam industri berbasis tradisi dan budaya.
Data Kadin menunjukkan, omzet industri jamu di seluruh dunia mencapai 20 miliar dolar AS, dan 7,2 miliar dolar AS berasal dari kawasan Asia. Korea merupakan pemegang rekor terbesar dengan omzet usaha jamu 400 juta dolar AS. Di Indonesia, sebesar 90% usaha jamu merupakan industri UKM berskala rumah tangga atau pengecer dan sisanya pengusaha besar.
‘’Meski tumbuh pesat di Indonesia, tetapi kita masih kalah cepat dibanding Malaysia yang sudah mencapai 1,5 miliar dolar AS. Hingga kini pertumbuhan secara keseluruhan di Indonesia baru mencapai 720 juta dolar AS,’’ katanya. Menurut Hidayat, potensi industri jamu untuk tumbuh dan berkembang masih sangat terbuka karena bahan baku yang tersedia cukup melimpah di Indonesia.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Manfaatkan Onderdil Limbah

thumbnail
Yamaha Mio 2005
Keranjingan menonton acara impossible matic yang disiarkan saban sore di salah satu televisi swasta membuat Putu Eka Wijaya lupa daratan.
Motor hibah dari ortu yang semula nampak apik dengan tampilan standar dealer dirombak total dengan menyematkan konsep gado-gado. ‘’Saya tidak berpatokan pada satu pakem yang jelas. Semua konsep modifikasi bisa masuk, mulai audio, body work dan low rider,’’ ungkap salah anggota M1 yang bermarkas di seputaran Gunung Mulyawan, Monang-maning, Denpasar.
Motor Yamaha Mio yang semula agak culun dan lugu berubah garang dengan konsep body work sebagai landasan utama. Menyiasati pembengkakan biaya, pria yang diakrabi Eka ini tidak jor-joran menyuplai spare part dengan harga yang selangit. Bahkan, dana yang digelontor tidak terlalu banyak. ‘’Tidak harus dengan spare part baru. Yang bekas lebih oke dan irit ongkos,’’ tuturnya.
Hal pertama dilakukannya, merombak kelir motor dari warna merah menjadi warna hitam chery. Sematan curting stiker grafis yang ditonjolkan lebih memadankan konsep body work yang menjadi titel kuda besi lansiran tahun 2005 ini.
Pada bagian kaki nggak mau kalah keren. Peragaan hubless whell yang dipadukan dengan shock NTC semakin menambah apik bagian kaki besutan ini. Ditambah lagi perpaduan cakram Posh yang diselaraskan dengan kaliper Brembo semakin menambah komplit aksesoris penunjang bagian bawah. ‘’Biarpun tongkrongan agak berantakan tapi nggak malu-maluin deh, kalau diajak mejeng,’’ tegasnya. (Juli Arsana)

Data Modifikasi
Shock : NTC
Velg Dpn : Hubles Wheel
Ban : Misscel
Rem Blk : Multi Kaliper
Warna cat : Hitam cutting stiker
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Tampang Galak, Tapi Mantap

thumbnail
Putu Vini Damayanti
Penggemar motor custom di Indonesia bisa dibilang seabrek. Komunitasnya pun tak hanya kalangan orang Indonesia. Lihat saja di seputaran tempat-tempat pariwisata pulau Bali, motor custom setipe HD dan Chooper banyak berkeliaran di pusat-pusat kota wisata. Uniknya, komunitas pecinta motor custom (mocus) banyak dilirik wisatawan manca negara.

Dengan dandanan norak berciri khas koboi, mereka (wisman-red) tetap pede. ‘’Aku kagum sama orangnya, meskipun norak mereka terlihat gagah dengan kuda besinya. Sayangnya, gue nggak demen dengan suara ‘bising’ motor,” beber Putu Vini Damayanti, mahasiswi Extention Ekonomi Universitas Udayana ini.

Meski tidak suka dengan kebisingan mocus, tetapi cewek yang diakrabi Vini ini punya keinginan memiliki moge sekelas Harley Davidson. Lho kok? ‘’Gue tertarik penampilan HD. Karena nyentrik dan punya brand di kelasnya,” jelas alumnus SMA 2 Denpasar. Sekalian saja penunggangnya? “Nggak deh, guyon Vini, tampang mereka sok galak.” Tampang boleh galak non, tapi motornya tetap mantap. Eitt….. (Wiliz Zuraidah)

Biodata
Nama : Putu Vini Damayanti
Panggilan : Vini
Tempat/tanggal lahir : Denpasar, 7 Desember 1987
Tinggi/berat badan : 168 cm/53 kg
Nama Orangtua : Wayan Oky, BSC dan Kadek Oktarini
Alamat : Jl Teuku Umar Barat Adipura no 39, Denpasar
Pendidikan : Mahasiswi Extention Ekonomi Unud
Lokasi Pemotretan : Puri Asih Hotel
Jl Pantai Kuta No 40 (CP: Bayu/0817 343424)
Hair Stylist & Make Up : Hanzen (Puri Asih Salon)
Mobil :
- Karimun, Swift (Club Browniez)
- Jimny Katana (Club Fingers)
- BMW 318i (Club Victory)
- Escudo (Club Speed People)
Fotografer : Sustrawan & Putu Wirnata
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Waspadai Jamu Cespleng

thumbnail
Pakar Farmasi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Dra Nurul Mutma`inah, Msi.Apt menyatakan, bila ada jamu tradisional yang sesudah diminum langsung cespleng, menyembuhkan atau sangat manjur, maka justru perlu diwaspadai. ‘’Jamu seperti itu hanya sebagai penyembuhan sesaat, tapi justru perlu diwaspadai karena bisa dipastikan mengandung bahan kimia obat, kecuali jamu hasil racikan sendiri tanpa ditambah bahan kimia,’’ ujar Dekan Fakultas Farmasi UMS itu kepada wartawan, Minggu (7/12) saat diminta komentar tentang peredaran jamu tradisional yang berkembang pesat akhir-akhir ini.
Sebetulnya, lanjut Nurul, jamu tradisional jarang yang bisa menyembuhkan suatu keluhan penyakit secara cepat. Lain halnya, dengan bahan kimia obat, efeknya bisa cepat muncul. ‘’Maka perlu dicurigai jika setelah minum jamu, efeknya cepat sekali. Kita perlu curiga, di dalam jamu itu terdapat campuran bahan kimia obat,’’ tandasnya.
Selain itu, masyarakat saat memilih jamu tradisional hendaknya perlu melihat tanda registrasi. ‘’Termasuk apakah jamu itu terdaftar di Badan POM ataukah tidak, bagaimana aturan pakainya, digunakan untuk penyakit apa, komposisinya, dan sebagainya. Jika tidak ada hal seperti itu, atau minimal harus ada tanda registrasi BPOM, maka jangan dikonsumsi,’’ jelas Nurul.
Bahan-bahan kimia yang ditambahkan di dalam jamu tradisional, katanya, asal digunakan dengan dosis yang tepat, pada pasien yang tepat dan dengan indikasi yang tepat, sebenarnya tidak masalah. ‘’Tetapi untuk menentukan hal yang tepat itu, yang dapat melakukan adalah dokter. Bukan sembarangan orang. Jika dilakukan sembarang orang, menjadi tidak terukur. Dan itulah yang berbahaya,’’ katanya.
Terkait dengan jamu tradisional yang ternyata mengandung bahan kimia obat, pakar farmasi itu mencontohkan jamu tradisional penambah stamina pria. Ternyata di dalamnya ditambahkan bahan kimia obat seperti sildinafil dan padalafil. ‘’Bahan kimia tersebut dalam pengobatan modern sebenarnya untuk mengatasi disfungsi ereksi. Kemudian jika seseorang akan memakainya, seharusnya dipastikan dulu, apakah punya riwayat tekanan darah tinggi atau memakai obat lain ataukah tidak,’’ jelasnya.
Selain jamu tradisional penambah stamina pria, menurut Nurul Mutma`inah, juga yang perlu diwaspadai adalah jamu seperti jamu keju kemeng, jamu pegal linu dan sejenisnya. Biasanya jamu seperti pegal linu tersebut sering ditambahkan analgetik atau penghilang rasa sakit. Efek samping dari minum jamu tradisional yang dicampur bahan kimia obat, menurut Dekan Fakultas Farmasi UMS ini, bisa berakibat jangka pendek atau jangka panjang. Jangka pendek, biasanya muncul keluhan iritasi lambung atau lambung berasa perih. Efek jangka panjang, bisa menimbulkan gangguan ginjal dan sebagainya.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Instalasi Spontan Power Pada Yupiter MX Dan Supra Fit

thumbnail
Spontan Power (SP) adalah produk otomotif dengan teknologi EM Keramik untuk menghemat pemakaian BBM pada kendaraan roda dua dan empat.
Produk teknologi pengirit bensin dan solar ini diciptakan Dr. Ir. GN Wididana, M.Agr alias Pak Oles bisa juga dipasang pada mesin genset dan speadboat.
Berikut langkah pemasangan (instalasi) SP pada sepeda motor Yupiter MX dan Supra Fit. Peralatan yang harus disiapkan: tabung SP untuk sepeda motor, selang bensin ± 40 cm, dan tali krek plastik 2 buah.
Untuk sepeda motor jenis sport harus ada penambahan selang bensin. Agar posisi SP datar sehingga sirkulasi BBM tetap lancar.
Sedangkan pemasangan SP untuk semua tipe motor bebek pada prinsipnya sama yaitu hanya memotong selang BBM dan menghubungkan dengan kedua nepel in dan out SP.
Pada kendaraan Supra Fit, buka dek samping kiri. Lalu potong selang bensin tambahan sepanjang tabung SP dan hubungkan dengan SP (lihat gambar 1 dan 2) Sedangkan untuk kendaraan Yupiter MX, dek yang dibuka sama yaitu pada dek samping kiri belakang (lihat gambar 3 dan 4). Jadi pemasangan Spontan Power tidak merubah konstruksi mesin. Posisi SP berada di antara tangki BBM dan filter bensin.
(Keterangan Foto): Pemasangan SP diadakan di Nusa Penida, Klungkung, Bali saat menggelar branding Biotor bersama Ramuan Pak Oles, bulan lalu.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Konsumen Diminta Hati-Hati Pakai Kosmetik

thumbnail
Efek Instan
Konsumen kosmetik diingatkan untuk berhati-hati menggunakan produk kecantikan terkait maraknya peredaran kosmetik yang mengandung zat berbahaya. Peneliti dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Pusat, Ida Marlinda di Jakarta, Jumat (5/12) mengingatkan, kosmetik yang terdaftar dan harganya mahal, serta memiliki gerai penjualan khusus, pun tidak menjamin produk tersebut aman dan bermutu.
‘’Meskipun suatu merek atau produk kosmetik terdaftar, namun tidak menutup kemungkinan ada kandungan yang diubah setelah laku untuk mendapatkan efek atau hasil instan,’’ katanya.
Ia mengatakan konsumen harus jeli dan paham bahwa kosmetik yang dijual bebas tidak boleh memberikan efek instan atau cepat, meskipun harganya mahal. Kalau langsung menimbulkan efek setelah dipakai harus segera berhenti menggunakan. Misalnya dalam seminggu ada reaksi yang keras atau perubahan pada kulit, harus segera dihentikan pemakaiannya,’’ katanya.
Selain itu, kata Ida, konsumen juga memperhatikan tanggal produksi, bau, dan warnanya. Suatu produk meski terdaftar resmi, juga perlu dilihat kadaluwarsanya, atau minimal tahu tanggal produksinya, dan penyimpanannya pun harus diperhatikan.
Sementara masyarakat yang kerap mengunjungi klinik perawatan kulit, diingatkan Ida, untuk mencari klinik perawatan kulit yang memiliki dokter spesialis resmi. ‘’Yang lebih baik datangilah dokter spesialis kulit, karena klinik kulit tanpa dokter spesialis hanya dapat merawat saja, bukan melakukan perubahan pada kulit,’’ ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan 27 produk kosmetik berbahaya, karena mengandung mercuri, asam retinoat, zat warna Rhodamin (merah K.10) dan merah K.3. Kandungan ini dapat merusak kulit dan menimbulkan penyakit seperti kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal, gangguan perkembangan pada janin. Selain itu pemakaian dalam dosis tinggi dapat meyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal hingga meninggal dunia.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Pupuk Organik Diminati Pebisnis Bunga

thumbnail
Banyumas
Pemasaran pupuk organik dari kotoran ternak di Kabupaten Banyumas belum maksimal, meski wilayah tersebut memiliki potensi sebagai penghasil pupuk organik terbesar. ‘’Untuk sementara, kami hanya produksi pupuk organik dari kotoran ternak berdasarkan pesanan karena pemasaran belum maksimal,’’ kata Koordinator Produksi Pupuk Kelompok Petani Ternak Sawedyambo, Purwoto (20) kepada Antara di Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.
Menurut dia, Poktan Ternak Sawedyambo (sapi, kambing, ayam dan kerbau) yang didirikan tahun 1993. Populasi sapi saat ini sekitar 200 ekor. Sawedyambo mulai produksi pupuk organik sejak tahun 2006 berdasarkan pesanan. Setiap hari rata-rata produksi 500 kg pupuk yang dijual Rp 500 per kg. ‘’Sebenarnya produksi kami dapat dimaksimalkan hingga 1 ton per hari. Namun karena pemasaran masih sebatas memenuhi kebutuhan budi daya bunga di Baturaden, produksi hanya dilakukan berdasarkan pesanan,’’ kata Purwoto.
Mengenai proses produksi pupuk organik, membutuhkan waktu sekitar satu bulan, mulai pengeringan hingga pencetakan. Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Banyumas, Tjutjun Sunarti mengatakan, kabupetan itu cukup potensian menghasilkan pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing mencapai 600 ton per hari dari 1,5 juta ekor ternak.
‘’Potensi kotoran kambing dan sapi di Banyumas setiap hari mencapai 599.256 kg atau hampir 600 ton,’’ kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Banyumas, Tjutjun Sunarti, di sela-sela pelatihan pembuatan pupuk organik di Desa Menganti, Rawalo, Banyumas, Kamis (4/12). Dari jumlah itu yang telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik sekitar 50%.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Umur Pemakaian Spontan Power

thumbnail
Tanya:
Pak Yunus yang terhormat!
Saya pengguna tiga produk Biotor yaitu Hexon, Kudo dan Spontan Power. Hasilnya memang benar-benar tokcer. Saya ingin tahu, berapa lama usia pemakaian Spontan Power dan bagimana cara membersihkannya? Apakah Hexon (vitamin oli) bisa saya gunakan untuk campuran bensin pada kendaraan 2T bila Kudo (vitamin BBM) habis?
Dari: Sdr Hary, (HP 08186386xxx)
Jawab:
Usia pemakaian Spontan Power adalah 5 tahun atau 450.000 km (asumsi pemakaian rata-rata 250 km per hari). Jika jarak tempuh kendaraan hanya 100 km per hari, Spontan Power mampu bertahan selama 12,5 tahun. Sedangkan perawatannya sangat muda. Setiap enam bulan sekali tabung SP dibersihkan, bisa menggunakan kompresor angin atau masukkan bensin dalam tabung lalu dikocok-kocok. Ulangi beberapa kali sehingga tabung SP benar-benar bersih.
Sementara Hexon dapat digunakan untuk campuran bensin pada kendaraan 2T dan dapat pula digunakan atau dicampur dengan oli atas pada kendaraan 2T. Selamat mencoba.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Petani Menjerit, Harga Pupuk Rp 150 Ribu

thumbnail
Petani di pinggiran kota Semarang menjerit karena harga pupuk urea melambung mencapai Rp 150 ribu/zak atau Rp 30 ribu per kilogram. Kasmui (51), petani di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Minggu, 7/12, mengatakan, meski harganya dua kali lipat lebih mahal dibanding harga pupuk urea bersubsidi, petani sulit memperoleh penyubur ini.
Untuk mendapatkan pupuk urea, ia mencari hingga Mranggen, Kabupaten Demak. Sebelumnya, Kasmui membeli pupuk dengan harga Rp 120 ribu/zak namun tidak menyangka bila harga pupuk masih terus naik.
Bahkan, kalau bayarnya setelah panen, satu zak pupuk dihargai Rp 175 ribu, padahal harga pupuk urea bersubsidi seharusnya hanya Rp 60 ribu. Kasmui yang mengolah lahan sawah tadah hujan itu mengatakan, saat ini tidak ada pilihan lain kecuali tetap bisa memperoleh pupuk kendati harga penyubur ini jauh lebih mahal ketimbang harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Saat ini ia masih membutuhkan enam sak untuk menaburi tanaman padi yang ditaman di atas lahan seluas 3.000 meter persegi yang akan memberikan hasil sekitar satu ton gabah kering giling. Ia mengkhawatirkan, kalau taburan pupuknya berkurang, produksi gabah pada musim panen mendatang akan menurun. Selama musim tanam ia biasanya menaburkan dua hingga tiga kali.
Meski miliki 7 ekor kerbau yang kotorannya bisa diolah jadi pupuk organik, namun dirinya belum ingin mengganti urea dengan pupuk organik. Ketua Persaudaraan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Jawa Tengah, Riyono mengatakan, pemerintah tidak boleh membiarkan kelangkaan pupuk terus terjadi karena akan menyengsarakan kehidupan petani.
Pemerintah seharusnya bisa belajar dari pengalaman di masa lalu, sebab menurut dia, kelangkaan pupuk nyaris selalu terjadi pada puncak musim tanam.
Langkah pragmatisnya, sekarang juga PT Pusri harus menggelar operasi pasar agar petani bisa mendapatkan pupuk dengan harga sesuai HET.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Petani Ciptakan Pengusir Hama Alternatif

thumbnail
Yogyakarta
Petani di Desa Srihardono, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menciptakan alat pengusir hama yang sederhana namun efektif. ‘’Bahan-bahannya sederhana karena terdapat disekitar kita, seperti jamur, bambu, tanaman liar dan lain sebagainya,’’ kata ketua Regu Pengendali Tanaman (RPT) Srikaton, Hartoyo saat pameran di Kecamatan Imogiri.
Salah satu contoh, ramuan pengusir lalat buah. Bahannya terbuat dari daun selasih yang ditumbuk halus, dan diberi air kelapa dan tebu. Ramuan yang tercipta khas aroma lalat buah yang betina. ‘’Ramuan tersebut kita taruh di sebuah wadah, nantinya lalat buah jantan akan datang dan mengeluarkan sperma, setelah itu lalat tersebut langsung mati ditempat,’’ katanya.
Alat pengusir lalat buah di pasaran lumayan mahal, sekitar Rp 100.000 per botol, sedangkan ramuan alami yang dibuat Hartoyo, jika ditotal hanya mengeluarkan dana Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per botol, dengan isi 4 kali lipat lebih banyak.
Hartoyo mengatakan temuannya yang lain adalah ramuan pengusir hama tikus. Yaitu singkong direbus dengan air kelapa, dan jika tikus meminumnya, akan kehilangan nafsu makan dan beberapa hari kemudian tikus mati. Hartoyo mengatakan awal ia dan kesembilan temannya belajar banyak ramuan itu dari pelatihan yang diberikan oleh dinas pertanian Kabupaten Bantul, lalu ia kombinasikan dengan banyak membaca buku-buku yang terkait.
Alat-alat dan ramuan yang ditemukan berlaku untuk pengendalian hama untuk jenis apapun. ‘’Bahannya alami, dan mudah ditemukan dimanapun, misalnya untuk jamur beuferiabassiana sangat mudah ditemukan atau jamur trikodona sering berada di bawah bambu, hasilnya juga sudah diuji di laboratorium milik Provinsi DIY,’’ katanya.
Ia memamerkan alat-alat dan ramuannya di tiap ada kesempatan, seperti pameran pertanian. Ia juga mengatakan tidak akan mematenkan temuan ia dan teman-temannya itu, apalagi hingga menjual.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

DIY Terapkan Sertifikasi Produk Pertanian

thumbnail
Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberlakukan sertifikasi atas produk pertanian unggulan dalam upaya meningkatkan ekspor produk tersebut dan sebagai persyaratan standar mutu serta keamanan pangan di pasar internasional yang semakin ketat.
Kadistan DIY, Nanang Suwandi di Yogyakarta, Sabtu (6/12) mengatakan, beberapa standar pangan internasional juga sudah diberlakukan wajib oleh negara maju. Jadi. sertifikasi merupakan penilaian yang diberikan kepada petani atau pemilik lahan terhadap usaha tani yang mereka lakukan.
Hasil penilaian terhadap obyek tanaman itu dikelompokkan menjadi tiga produk yaitu Prima III, Prima II dan Prima I. Namun, sementara ini yang dikeluarkan Dinas Pertanian DIY hanya sertifikat Prima III dan Prima II. ‘’Sertifikat Prima III adalah menunjukan jika produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, dan Prima II adalah produk tersebut aman dikonsumsi dan bermutu baik,’’ katanya.
Sertifikasi digelar OKA-D yang merupakan lembaga sertifikasi mutu produk pertanian segar seperti buah, sayur dan hasil ternak segar di wilayah kerja Dinas Pertanian DIY. Standar prima itu, harus ada penunjukkan penanggung jawab dalam penerapan sertifikasi oleh satu atau sekolompok produsen, ada penetapan batasan lahan jelas dan jenis produk yang dihasilkan. Juga ada pencatat kegiatan produksi minimal tiga bulan dan ada inspeksi mandiri sebelum pengajuan sertifikasi prima. Mereka yang berhak mengajukan permohoman sertifikasi adalah kelompok tani atau perusahaan yang membudidayakan buah dan sayuran segar, rinci Suwandi.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Bupati Sumenep Minta Petani Pakai Pupuk Organik

thumbnail
Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, Mohamad Ramdlan Siraj meminta petani mulai membiasakan diri menggunakan pupuk organik. ‘’Saya pikir sudah waktunya para petani untuk tidak tergantung pada pupuk kimia. Pakai saja pupuk alternatif (pupuk organik) untuk menyuburkan tanaman dan tanahnya,’’ katanya di Sumenep, Selasa, 9/12.
Apalagi, kata Ramdlan, penggunaan pupuk kimia dalam waktu lama dan berlebihan bisa merusak kesuburan tanah pertanian. Kondisi itu tentunya merugikan petani sendiri. ‘’Kelangkaan pupuk urea (pupuk kimia) seperti yang terjadi sekarang ini memang membuat saya prihatin. Tapi, saya berharap petani bisa mengambil hikmah dari peristiwa itu,’’ katanya.
Untuk mencegah kelangkaan pupuk kimia, pihaknya sudah mengirim surat permohonan tambahan alokasi pupuk kepada Gubernur Jawa Timur sejak medio 2008. ‘‘Tapi, sekali lagi saya berharap para petani harus mulai belajar untuk membiasakan diri menggunakan pupuk organik, dan belajar untuk tidak tergantung pada pupuk kimia mulai sekarang,’’ ujar Ramadlan.
Sumenep, sebut Ramdlan, memiliki cadangan bahan baku pupuk organik berupa kotoran sapi yang melimpah. Petani seharusnya memanfaatkannya untuk dijadikan pupuk organik. ‘’Saya akan minta Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Disperta) Sumenep untuk lebih mengintensifkan sosialisasi agar penggunaan pupuk organik bisa dilakukan secara massal oleh petani,’’ katanya.
Di Banyuwangi, sekitar 50% petani di daerah gudang beras Jawa Timur itu siap-siap memakai pupuk organik pada 2009. Banyuwangi akan membuat daerah percontohan lahan persawahan yang menggunakan pupuk alam.
‘’Nenek moyang kita dulu bisa menghasilkan panenan yang melimpah, karena menggunakan pupuk kandang dan kompos. Kenapa kita tidak mencoba kembali gunakan pupuk alam,’’ kata Kadis Kehutanan, Pertanian dan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Ade Hidayat saat dihubungi Antara via telepon, Minggu (7/12). Petani yang membajak lahan dengan sapi dapat memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk. Dengan begitu ketergantungan petani pada pupuk kimia bisa berkurang. Banyuwangi miliki sekitar 61 ribu hektar lahan pertanian produktif.
Di Sulawesi Utara (Sulut), geliat petani untuk memakai pupuk kompos sulit diredam. Bahkan pemerintah siap berdayakan petani untuk menggarap pupuk organik via pelatihan, kata Wakil Kadistan Propinsi Sulut, Jantje Pongantung di Manado.
Pengelolaan pupuk alamiah sangat murah dan mudah, asal ada kemauan petani, karena bantuan pupuk subsidi setiap tahun terbatas. Pemerintah daerah mulai melakukan lokasi percontohan di Kabupaten Minahasa Selatan, yang dikenal sebagai daerah penghasil tanaman holtikultura terbesar. Kelangkaan pupuk di Sulut sangat meresahkan petani dan mengganggu kegiatan masa tanam. Sulut miliki ratusan ribu ekor sapi dan jutaan ternak unggas.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Hitam Putih Dunia Remaja

thumbnail
Judul : A Young Girl’s Diary (Catatan Harian Gadis Belia)
Penulis : Grete ”Rita”Lainer von Lainsheim
Penerjemah : Fauzia Wardhani
Penerbit : Visi Media, Jakarta
Cetakan : I, April 2008
Tebal : x + 286 Halaman
Peresensi : Edy Firmansyah*

Masa remaja adalah masa yang paling menentukan dalam pembentukan karakter manusia. Pada usia sekitar 11-15 tahun, selain mengalami masa pubertas, kaum remaja akan mengalami berbagai romantika dalam persahabatan, percintaan serta pasang surut hubungan keluarga dan sahabat-sahabatnya. Jika masa tersebut berhasil mereka lalui dengan gemilang, maka ketika dewasa mereka akan mudah menumbuhkembangkan pengetahuan (know-what, knowledge), sikap (know-why, attitude) dan ketrampilan (know-how, skill) sebagai bekal bertahan hidup dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Sayangnya, masih banyak orang tua dan masyarakat yang tidak paham dengan karakter remaja ketika memasuki masa pubertas. Buktinya sebagian besar anak-anak kita berada dalam posisi sub-altern; mereka kehilangan suara kemanusiaannya dan dibungkam. Dibuat tunduk dan takluk pada peraturan tertentu. Kasus pernikahan Lutfiana Ulfa, gadis belia berusia 12 tahun dengan Syech Puji alias Pujiono adalah sedikit bukti tentang posisi sub-altern anak-anak.
Seperti apa sebenarnya kehidupan anak-anak pada masa belia? Buku yang berisi catatan harian seorang gadis belia (muda) bernama Grete ”Rita” Lainer Von Lainsheim) dari kelas sosial menengah atas di Wina, Austria barangkali mampu memberikan gambaran yang utuh tentang masa pubertas yang penuh gejolak itu. Dalam buku ini, Rita (begitu orang-orang dekatnya memanggilnya) menceritakan bagaimana ia mengungkapkan perasaannya yang berkembang menuju ke arah kematangan.
Bagaimana dia memaknai perasaan bahagia, cinta, benci dan marah. Bagaimana dia menjalin hubungan dengan orang tua, saudara dan sahabat hingga bagaimana awal dia menjalin hubungan dengan lawan jenis sehingga menjadi hubungan yang serius terungkap detail dalam catatan harian ini. Bahkan tanpa tedeng aling-aling Rita juga menceritakan tentang kebingungan-kebingungannya soal seks. Sampai akhirnya ia menguak rahasia-rahasia kehidupan menurut pemahamannya sendiri.
Membaca catatan harian ini seakan kita berada di belakang Rita dan mengikuti setiap gerak geriknya dan masuk dalam perasan-perasaannya. Ditulis dengan cukup memikat dan runut dengan kepolosan khas gadis belia. Karena tak heran jika Sigmund Freud, sang penemu psikologi analis itu memuji catatan harian ini. ”Catatan harian ini laksana sebuah intan. Saya yakin, tidak pernah ada sebelumnya suatu karya tulis yang mampu membuat kita melihat sedemikian jelas ke dalam jiwa seorang gadis belia, selama menjalani tahun-tahun perkembangan masa puber. Karena catatan harian ini wajib diterbitkan.(hal. iv).
Buku ini layak dibaca para remaja, baik laki-laki maupun perempuan atau semua orang yang ingin memahami karakter dan pola pikir para ABG (Anak Baru Gede) pada umumnya.
*)Pustakawan Sanggar Bermain Kata (SBK) Madura. Direktur People’e Education Care Institutes (PECI) Surabaya
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Ramalan Tatanan Dunia Baru

thumbnail
Judul : Abad Prahara (Ramalan Kehancuran Ekonomi Dunia Abad Ke-21)
Penulis : Alan Greenspan
Cetakan : Pertama 2008
Tebal buku : xxviii, 555 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Peresensi : Erik Purnama Putra*

Dunia sedang menuju sebuah tataran baru. Ekonomi global yang cepat berubah memaksa masyarakat suatu negara harus beradaptasi secara cepat mengikutinya perubahan tersebut jika tidak ingin tertinggal. Pasalnya, untuk menciptakan kesuksesan ekonomi dan kemakmuran di suatu negara wajib dibarengi dengan sikap optimis dan menjadi bagian dari sistem globalisasi modern.
Abad Prahara hadir untuk menciptakan sebuah prediktif akurat hasil asumsi selektif Alan Greenspan tentang dunia modern. Buku ini adalah wujud kebijaksanaan dan wawasan seumur hidup pakar ekonomi tersebut yang akan tampil sebagai warisan pribadi dan intelektual Alan Greenspan, yang berisi pernyataan elegan berupa pandangan yang jelas terhadap dunia baru.
Masterpiece berupa catatan analisis ini merupakan sebuah kisah tak tertandingi mantan ketua Federal Reserve Board periode 1987–2006, yang banyak mengupas tentang sifat dari dunia baru yang bakal terjadi pada abad ke-21. Semuanya adalah hasil dari pengalamannya sendiri selama bekerja di ruang komando ekonomi global dengan pengaruh yang lebih lama dan lebih besar daripada pakar ekonomi lainnya.
Alan Greenspan menuturkan cerita kehidupannya yang ingin menuntun pembaca di sepanjang kurva pembelajaran sehingga pembaca bisa memperoleh pemahaman tentang berbagai dinamika dasar yang menggerakkan peristiwa-peristiwa dunia. Ia mulai dengan cerita tentang peristiwa tragedi 11 September 2001, hingga perjalanan kehidupannya yang luar biasa selama lebih dari delapan belas tahun saat menjabat sebagai Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Yang diakhiri ramalan suatu masa yang berisi perubahan besar-besaran dalam tatatan kehidupan global.
Menurut penganut libertarianisme ini, catatan yang dibuatnya ini adalah upaya untuk memahami sifat dunia baru. Era di mana dunia yang jelas berbeda dengan milenium sebelumnya. Sebuah gagasan konseptual yang akan dijadikan pegangan untuk memahami ekonomi global baru --dunia ekonomi kapitalis global yang jauh lebih fleksibel, liat terbuka, sanggup memperbaiki diri, dan cepat berubah dibanding dasawarsa sebelumnya.
Dr. Greenspan –panggilan akrabnya—memulai pembahasan yang menakjubkan tentang ekonomi global. Ia menyingkapkan berbagai fakta universal berkaitan pertumbuhan ekonomi, yang didasarkan pada bukti spesifik masing-masing negara dari berbagai wilayah penjuru dunia. Ke mana kecenderungan globalisasi akan menuju dan terjadi.
Misalnya, fenomena kebangkitan negeri Sang Naga, yang dipandangnya bakal muncul sebagai salah satu negara yang akan merebut supremasi ekonomi dunia dari tangan Amerika Serikat (AS). Pasalnya, dengan keberhasilannya yang secara konsisten menjaga pertumbuhan ekonominya seperti saat ini, maka Cina akan menjadi kompetitor utama dalam memperebutkan kapitalisme pasar.
Sementara, AS sendiri akan menghadapi tantangan ekonomi yang tak kalah berat. Karena pasca tragedi black 9/11, ekonomi negeri Paman Sam AS mengalami perlambatan. Anehnya, kesulitan akibat pembelanjaan konsumen tidak terjadi pada bidang perumahan. Bisnis properti makin marak dan terjadi ledakan pembelian rumah dikarenakan kredit rumah yang rendah.
Peningkatan pembelanjaan masyarakat yang didanai peningkatan kredit rumah beresiko tinggi (subprime mortgage), yang prosesnya dibuat mudah oleh lembaga keuangan membuat terjadi gelembung ekonomi. Banyak kalangan berasumsi kondisi itu akan memunculkan pertanda kengerian dan bisa berakibat kehancuran bisnis real estate itu sendiri, karena harganya melonjak tidak terkendali. Sebuah prediksi kehancuran ekonomi kapitalis yang kini terbukti.
Meskipun begitu, akan ada efek yang timbul akibat permainan pasar global yang serba kompetitif. Yaitu, memunculkan negara pemenang dan pecundang. Sehingga akan terjadi ketimpangan yang jauh lebih besar antara negara maju dengan miskin.
*)Aktivis Pers Koran Kampus Bestari UMM, tinggal di Malang.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Kenikmatan Lain Minum Kopi

thumbnail
Kopi Bali House
Oleh: Wayan Nita
Bagi sebagian besar orang, minum kopi merupakan acara wajib setelah bangun pagi. Kenikmatan minum kopi tak bisa dipungkiri, ada penyuka kopi asli ada pula penikmat kopi instan. Cita rasa kopi yang dihasilkan suatu daerah berbeda, hal itu membuat semakin bervariasi rasa kopi. Di Indonesia sendiri banyak daerah penghasil kopi terkenal, seperti Sumatra, Bali, Jawa dan Sulawesi. Tapi kopi asli lebih disukai karena rasa yang dihasilkan lebih murni.
Pecinta kopi di Bali juga banyak, terlebih bagi masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan tentu lebih mudah mendapatkan kopi asli yang sudah tersedia di swalayan. Menghadapi situasi meningkatnya pecinta kopi, Kopi Bali House memberikan penawaran lain dalam menikmati kopi.
Menurut Restaurant Manager Kopi Bali House Agung Bolin Paramadinata, kafe yang sudah berdiri sejak lima tahun itui menjadi pelopor pertama untuk Café/House yang menyuguhkan menu kopi murni dan koleksi barang-barang yang berhubungan dengan kopi. Selain aneka menu kopi yang disediakan, juga ada menu makanan internasional yang bisa mendampingi minum kopi. Ragam menu kopi seperti coffee mochacinno, coffee mocha, white mocca, frozen cappuccino dan frozen vanilla latte.
Penikmat kopi, baik dari dalam maupun luar negeri sering singgah di Kopi Bali House, yang terletak di Pertokoan Graha Niaga Sanur No. 4, Jl. By Pass Ngurah Rai 405E, Sanur. Bahkan, sebut Agung, beberapa artis top Indonesia dan mancanegara mengunjungi kedai kopi itu ketika mereka berada di Bali.
Sajian menu makanan internasional dan kopi yang khas buatan putra Bali ini tambah mendongkrak popularitas Kopi Bali House. Kopi asli ini disuplai langsung oleh perusahaan kopi Butterfly Globe (kopi cap Kupu-kupu Bola Dunia), yang sudah sangat terkenal di Bali dan mancanegara sejak tahun 1935.
Tak hanya kemurnian kopi yang dapat dinikmati disini, ungkap Agung, tersedia juga aneka produk yang berhubungan dengan kopi. Seperti biji kopi asli, cangkir + teko untuk minum kopi dan mesin penghalus kopi. Bahkan ada juga pajangan barang-barang antik tempo dulu pemanis ruangan, yang juga bisa dibeli jika ada kesesuaian harga. “Pengunjung juga bisa menikmati galeri kami yang terdiri dari produk seperti lilin dan parfum dari kopi, sepatu berlukiskan kopi juga berbagai lukisan dari kopi yang unik dan sulit di jumpai di tempat lain,”sebut Agung.
Kopi Bali House juga menawarkan kopi luwak yaitu kopi yang berasal dari ‘kotoran kopi’ luwak (musang) ini terkenal sangat nikmat dan juga harganya mahal. Karena luwak yang pemakan biji kopi Arabica ini benar-benar pintar memilih kopi terbaik berdasarkan nalurinya sebagai pemakan kopi. Meskipun ikut keluar dari kotoran luwak melalui proses fermentasi dalam perut luwak, tapi yang dihasilkan adalah kotoran yang masih berbentuk kopi utuh tanpa bau. Dari hasil penelitian, tegas Agung, juga tidak ditemukan adanya bakteri E. coli yang berbahaya. “Pengunjung bisa menikmati kopi luwak yang diseduh langsung dengan harga mulai Rp. 200.000/Pot. Kami juga menawarkan souvenir kopi luwak yang berupa bean (kopi masih dalam bentuk biji), dengan harga $150 per 50 gram. Harga mahal bukanlah patokan utama kami di sini, tapi kualitas produk dan pelayanan adalah bukti serta janji kami untuk memuaskan setiap tamu yang datang ke Kopi Bali House,” tambah Agung.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Kenapa Wanita Perlu Santai Sejenak?

thumbnail
Wanita Indonesia dianjurkan agar meluangkan waktu untuk santai di tengah kesibukan menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir.
"Tuntutan menjadi ibu rumah tangga adalah tetap cantik di depan suami dan bisa membereskan semua urusan rumah tangga seperti bersih-bersih rumah dan memasak," kata artis Maudy Koesnaedi di Yogyakarta, Rabu, 10/12.
Sementara itu, tuntutan wanita yang memiliki karir adalah bisa menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, dan tetap bisa menjaga penampilan di tengah kesibukannya.
Wanita kelahiran Jakarta, 8 April 1975 ini mengatakan menjadi wanita harus kuat perkasa. "Harus bisa tetap cantik dan tersenyum di tengah kepenatan, kesibukan, tuntutan pekerjaan dan segala masalah yang dihadapi," katanya.
Oleh karena itu, Maudy mengatakan wanita Indonesia wajib hukumnya untuk meluangkan waktu bersantai. "Bersantai banyak bentuknya, yang penting kita dapat melupakan sejenak segala urusan dan memanjakan diri, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan diri, seperti pergi ke spa atau salon, aura healing, yoga, meditasi, mendengarkan musik, pijat, atau kalau perlu berbagi cerita dengan sahabat," ujarnya.
Pemain sinetron yang mengawali karir di dunia entertainmen melalui ajang pemilihan Abang dan None Jakarta ini mengatakan wanita cantik harus memiliki satu paket. Yaitu cantik secara fisik yang diperoleh dari segala perawatan kecantikan, dan cantik secara dalam yang didapat dari wawasan dan ketenangan jiwa.
Maudy mengatakan, sayang apabila seorang wanita hanya memiliki kecantikan fisik, tetapi ketika diajak ngobrol tidak nyambung. "Kondisi seperti itu akan mengurangi `mood` yang mengajak bicara," katanya seperti dilansir Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Perempuan Kreatif Topang Ketahanan Pangan

thumbnail
Gaya hidup ramah lingkungan di antaranya menanam tanaman serba guna di pekarangan rumah. Ternyata aktivitas itu secara ekonomis bisa menciptakan ketahanan pangan keluarga. Masih banyak ibu rumah tangga yang tidak kreatif mengisi waktu luangnya di rumah.
"Di tengah sulitnya kondisi perekonomian saat ini, perempuan berperan strategis mendukung ketahanan pangan keluarga," ungkap Wakil Bupati Sleman, Sri Purnomo pada kegiatan perempuan tanam, tebar dan pelihara oohon di embung Karanggeneng, Purwobinangun, Pakem, awal bulan lalu.
Menurut dia, dukungan perempuan dapat diwujudkan antara lain dengan mengoptimalkan fungsi lahan pekarangan dan kebun di sekitar rumah.
"Program perempuan tanam, tebar, dan pelihara pohon selain mendukung ketahanan pangan keluarga juga bisa mengurangi dampak pemanasan global yang saat ini menjadi isu internasional melalui penanaman tanaman kehutanan dan `multy purpose tree`s species (MPTs) atau pohon serba guna," katanya.
Ia mengatakan, kaum perempuan juga harus ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mengurangi dan mengatasi lahan kritis khususnya di Kabupaten Sleman.
"Pada 2007 lalu di Kabupaten Sleman masih terdapat sekitar 840 hektare lahan kritis, sehingga diharapkan kegiatan perempuan tanam, tebar dan pelihara pohon ini bisa mengurangi lahan kritis tersebut," katanya.
Kabid Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Djafar Sudarno mengatakan, kegiatan ini untuk mendukung program pemerintah pada kegiatan hari Menanam Pohon Indonesia dan bulan menanam nasional.
"Kegiatan ini juga bertujuan untuk menunjukkan partisipasi kaum perempuan yang dipelopori Tim Penggerak PKK dalam penghijauan lingkungan," katanya.
Ia mengatakan, dalam kegiatan ini kaum perempuan yang dipelopori Tim Penggerak PKK menunjukkan partisipasinya dengan menanam 27.620 batang tanaman.
"Peran perempuan dalam penanaman pohon ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga kelestarian lingkungan," katanya dikutip Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Menanam Pohon Sebagai Gerakan Jiwa

thumbnail
Kelestarian lingkungan hidup sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan hidup karena merupakan investasi berharga bagi kelangsungan hidup generasi mendatang.
"Kita harus menyadari alam adalah anugerah Tuhan yang perlu dijaga dan dipelihara kelestariannya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia," kata Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X beberapa waktu lalu.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menghijaukan kembali Indonesia jika tidak ingin negeri ini berubah menjadi gurun yang gersang.
"Pembalakan liar tidak hanya dilawan dengan kegarangan hukum, tetapi juga dengan gerakan penanaman kembali. Menghijaukan kembali Indonesia adalah gerakan jiwa raga, bukan cuma sebuah proyek untuk mencari keuntungan," katanya.
Ia mengingatkan semakin beradab sebuah bangsa maka semakin tinggi pula adabnya pada lingkungan.
"Karena itu saya mengajak semua pihak untuk memulainya dari pohon, dan dari pohon cinta kasih bangsa ini harus disemai ke unsur hayati lainnya, menyayangi hewan, sungai dan laut," ujarnya.
Menurut Sultan, alam menjanjikan dua hal pokok, yaitu nilai ekonomi sumber daya dan kelangsungan hidup manusia. Secara fisik manusia hidup untuk kepastian hidup di masa kini dan masa datang, karena itu generasi mendatang juga harus diberi kesempatan memperoleh manfaat dari alam.
Sebelum melaksanakan penanaman pohon, setiap warga harus menyadari bahwa saat ini dan masa mendatang masih banyak anggota masyarakat yang belum sadar dan peduli lingkungan.
Penyadaran arti pentingnya pelestarian lingkungan juga akan dihadapkan pada permasalahan kehidupan sehari-hari yang terkadang tidak kondusif.
"Karena itu dalam upaya penyadaran masyarakat, selain diperlukan informasi tentang dampak negatif, juga membutuhkan sosialisasi yang mudah dicerna serta mudah dilakukan dan dirasakan manfaatnya," kata Sultan yang telah menyatakan dirinya siap tampil sebagai capres 2009.
Partisipasi masyarakat itulah yang dapat menjamin kelestarian lingkungan dan mampu menjawab tantangan dan setiap kendala. "Ini berarti bentuk pelestarian juga harus diubah dari orientasi yang berbasis negara menjadi pengelolaan yang berbasis masyarakat," kata Sultan sebagaimana dikutip Antara.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Ekspansi Pasar Jawaban Hadapi Krisis

thumbnail
Perluasan pasar tetap menjadi kunci jawaban untuk menghadapi krisis ekonomi global jika krisis yang bermula dari kredit perumahan di Amerika Serikat (AS) tersebut tidak kunjung berakhir atau bahkan harus berlanjut ke ronde kedua.
"Mau tidak mau, krisis global sangat berpengaruh pada dunia usaha di Yogyakarta sehingga semua pihak harus berhati-hati dan bersiap-siap. Perluasan pasar tetap menjadi jawabannya," kata Ketua Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukamto kepada Antara.
Menurut Sukamto, krisis ekonomi global yang berimbas kepada dunia usaha di Indonesia dapat diibaratkan sebagai komplikasi penyakit. "Saat kondisi ekonomi dalam negeri belum membaik, dunia usaha kemudian harus ditimpa oleh krisis global sehingga sangat memberatkan," ujarnya.
Jika pengusaha melakukan ekspor, lanjut Sukamto, harus bisa meluaskan tujuan pasarnya tidak hanya terpaku di satu benua saja, seperti AS, tetapi dapat meluaskan produknya hingga ke daerah lain, seperti Timur Tengah. "Mereka harus bisa menyebarkan produk ke seluruh negara di dunia," lanjutnya.
Selain itu, pasar domestik harus digarap dengan serius dan kunci utama yang harus dimiliki pengusaha adalah sikap percaya diri bahwa kualitas produk yang mereka hasilkan tidak kalah dengan produk luar negeri.
"Pengusaha harus bisa menyosialisasikan ke masyarakat untuk percaya dengan produk dalam negeri, sehingga masyarakat juga membelinya," tegasnya.
Penguatan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) utamanya dari sektor modal, dinilai Sukamto juga mampu meredakan dampak krisis ekonomi global di dalam negeri.
Dunia UMKM cukup kuat menghadapi tekanan krisis ekonomi terbukti mampu menjadi penyelamat Indonesia saat dilanda krisis ekonomi 10 tahun lalu.
"UMKM banyak yang kurang modal, sehingga pemerintah harus mengupayakan sebuah lembaga penjamin sehingga mereka mampu mencukupi modalnya dan kemudian mengembangkan usaha mereka," ujarnya.
Meski demikian, Sukamto berharap tidak akan ada krisis global ronde kedua sehingga dunia usaha terus dapat berkembang.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Restorasi Hutan, Bisnis Lestari Masa Depan

thumbnail
Tahun lalu, Bank Dunia menerbitkan laporan yang mengingatkan bahwa perubahan iklim global memunculkan risiko serius bagi Indonesia, termasukkemungkinan hilangnya 2.000 pulau saat permukaan laut makin tinggi. Walau skenario itu terdengar mengerikan, beberapa mekanisme diusulkan untuk mengatasi perubahan iklim. Kredit karbon dengan mengurangi laju penggundulan hutan menawarkan kesempatan unik bagi Indonesia.
Sir Nicholas Stern, penasehat ekonomi Pemerintah Inggris untuk perubahan iklim dan pembangunan, sejak beberapa tahun lalu mengingatkan perubahan iklim merupakan ancaman global yang serius dan membutuhkan tanggapan global yang mendesak. ‘’Efek dari tindakan kita sekarang menentukan perubahan iklim di masa yang akan datang. Yang kita lakukan sekarang akan mempengaruhi iklim ke 40-50 tahun mendatang. Sedangkan yang kita lakukan dalam 10-20 tahun mendatang akan memberikan efek yang besar pada iklim dipertengahan dan akhir abad ini dan seterusnya,’’ kata Pengamat ekonomi lingkungan dari Inggris itu.
Karena itu, menurut Stern, tindakan internasional akan menjadi penting dalam mendorong sebuah tanggapan yang efektif, pantas, dan dalam skala yang dibutuhkan. Bagi negara berkembang sangat tergantung dengan sektor pertanian yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, langkah internasional ini menjadi penantian yang diharapkan.
Menurut Direktur Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Dephut, Sunaryo, hingga kini pemerintah belum memutuskan apapun terkait penawaran sejumlah intitusi keuangan dan perdagangan karbon internasional. Beberapa institusi internasional seperti Merryl Lynch, Global Environtmental Resources (GER), Ecosecurities, dan Bird Life memang pernah menyatakan ketertarikannya untuk membeli kredit karbon yang dihasilkan dari hutan Indonesia.
Masalahnya, tawaran dari berbagai institusi internasional ini untuk harga pernyerapan karbondioksida dunia bagi negara berkembang saat ini jauh lebih rendah ketimbang di negara maju. Harga penyerapan karbon di negara-negara berkembang hanya 2-3 US dolar per metrik ton Karbondiaksida, sedang di pasar Eropa mencapai 15-20 US dolar. Bahkan, harga pada perdagangan CER di negara maju bisa mencapai 40 US dolar. "Kita ingin harga yang lebih adil," tegasnya.
Harapan
Sementara itu, kalangan pemerihati lingkungan menilai hutan terbukti menjadi salah satu tempat terbaik untuk menyerap CO2 dalam jumlah besar. Ironisnya, jumlah hutan di dunia terbatas dan cenderung semakin menyempit. Terkait dengan potensi peyerapan karbon itu, pengelola Hutan Harapan menjadi pionir dalam restorasi hutan tropis di Indonesia bahkan di dunia. Hutan Harapan yang terletak di Jambi dengan luas area 100.000 hektar mendapatkan izin konsesi untuk direstorasi dari pemerintah Indonesia selama 100 tahun untuk tujuan konservasi dan tidak ada penebangan pohon.
Salah seorang patron Hutan Harapan, Boedi Mranata mengatakan proyek yang terkait dengan penanganan global warming harus didorong dan ditunjang terus menerus karena membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk melakukan restorasi dalam jangka panjang. Kecuali untuk pendanaan berupa hibah atau sumbangan, kita perlu memikirkan adanya lembaga profit center, misalnya perdagangan karbon, hasil-hasil hutan nonkayu, ecotourisme dan bidang lain yang mempunyai nilai ekonomis.
Selain itu, pemerintah juga perlu menuntaskan sejumlah pertanyaan seperti pembagian hasil penjualan karbon antara pemerintah pusat, daerah serta pengelola hutan untuk membuat pasar perdagangan karbon yang semakin terbuka. ‘’Salah satu yang menjadi harapan para pecinta lingkungan adalah jika perdagangan karbon yang akan dimulai 2012 berjalan baik, mempunyai aturan-aturan jelas, serta memberikan insentif finansial untuk melakukan restorasi hutan. Semua itu akan sangat menentukan langkah kedepan. Sebab masalah apapun juga, termasuk pendanaan yang tidak memadai, akan mengakibatkan restorasi hutan dalam jangka panjang tidak tercapai,’’ ujar Boedi, Doktor Biologi lulusan Jerman ini.
Selain mampu menyerap Karbondioksida, bisnis Restorasi ekosistem dapat dikelola dalam jangka panjang dan diharapkan mampu menyediakan jasa-jasa lingkungan, seperti keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, pengaturan air yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang nyata bagi masyarakat, dan aktivitas ini mempunyai reputasi yang baik. Yang pasti, aktivitas konservasi menjadi makin terkenal dengan datangnya dukungan dari tokoh-tokoh dunia, bahkan salah satu hadiah nobel diberikan kepada El Gore karena jasanya terhadap lingkungan hidup.
Sementara salah satu public figure yang selalu membantu kami dalam proyek Hutan Harapan adalah Prince of Wales pengeran Charles dari Inggris. Hal ini, katanya, diawali pada tahun 2004 di Istana Buckingham di London, ketika Pangeran Charles dengan Board of Burung Indonesia, Royal Society for Protection of Birds (RSPB) sebuah organisasi yang mempunyai anggota satu juta orang di England, BirdLife International yang aktif di lebih dari 100 negara dan tokoh-tokoh lain bermaksud memperkenalkan proyek restorasi ekositem dan mencari pendanaannya. ‘’Pangeran Charles menunjukkan komitmen yang besar untuk proyek hutan harapan,’’ kata pengusaha sukses ini, usai mengikuti kunjungan Pangeran Charles ke lokasi Hutan Harapan di Provinsi Jambi dan ikut hadir dalam acara presidential lecture di Istana Negara belum lama ini.
Dalam acara yang dihadiri oleh presiden Indonesia, anggota kabinet, dan undangan terbatas, Pangeran Charles menekankan bahwa masyarakat harus menyadari kalau ekosistem dunia sekarang ini sudah tidak stabil dan dalam keadaan bahaya. Dia juga memaparkan tentang idealnya perdagangan karbon dimasa mendatang antara negara maju yang mengeluarkan karbon dan negara pemilik hutan luas yang menyerap karbon.
Menyangkut masalah ini, Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Nana Suparna, mengatakan, sejumlah pihak sudah mulai menawarkan pasar voluntary (sukarela) dalam skema perdagangan karbon, salah satunya berasal dari Inggris melalui perwakilannya Simon Ritberger dari The Prince Rainforest Project. Mereka siap mengalokasikan sejumlah dana untuk membantu mengurangi emisi dunia lewat hutan-hutan di Indonesia. The Prince Rainforest Project bisa menjadi jembatan perdagangan karbon yang masih dipersiapkan pemerintah RI.
Simon sudah meminta APHI mematangkan konsep perdaganagn karbon di luar skema Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD) yang dihasilkan pada pertemuan dunia tentang Perubahan Iklim (COP 13), Bali Desember 2007. Pihak Inggris meminta APHI sudah memiliki skema dan hitungan perdagangan karbon November ini, mereka tak mau menunggu lama draf yang sudah disepakati di Bali (REDD) atau protokol Kyoto dalam hal pengurangan emisi. ‘’Mereka meminta yang lebih riil,’’ kata Nana.
Jika sudah ada draf dan skema yang feasible, katanya, pada Februari-Maret 2009 pihak Inggris akan langsung mengajukan penawaran dan terlebih dulu akan disampaikan langsung pada Presiden RI. Melihat perkembangan tahun-tahun belakangan ini, menurut dia, Kami dapat mengambil kesimpulan bahwa pengaturan perdagangan karbon menjadi lebih kongkrit. Perdagangan karbon juga diharapkan sudah lebih bisa diterima secara internasional dan menjadi transparan diakhir dekade ini. (ANSPEK)
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Sejahtera Dari Tanaman Kayu?

thumbnail
Oleh: Arief Pujianto
Kini, hari-hari Muhammad Alwi (63), ketua Koperasi Sumber Makmur, semakin mapan. Dia tak lagi hanya mengandalkan tanaman semusim untuk menupang seluruh kebutuhan hidupnya, tetapi juga tanaman kayu sengon. Di Desa Kandangan, Lumajang, Jawa Timur, dia kini mengolah satu hektare lahan peninggalan orang tuanya dengan tanaman pokok kayu sengon, atas binaan Dinas Kehutanan setempat.
Tanaman kayu dengan daur panenan maksimal tujuh tahun sekali itu telah mengubah jalan hidupnya. Meski demikian, tumbuhan semusim seperti jahe, pisang, kopi, dan talas yang ditanam di bawah sengon mampu memberikan uang lebih sambil menunggu panen kayu sengon.
Yang pasti, lelaki itu kini sudah menyandang sebutan haji sebagai hasil dari penjualan tanaman kayu sengon. Dia menceritakan bahwa perubahan hidupnya muncul ketika Dinas Kehutanan membagikan bibit tanaman keras seperti sengon, mindi, jati dan mahoni, terkait dengan program Departemen Kehutanan yang dikenal dengan nama Gerakan Rehabilitasi Lahan (Gerhan).
Gerakan yang dimulai pada 2003 itu awalnya memang lebih mirip dengan penghijauan, ketimbang usaha kehutanan, karena belum bicara tentang hutan tanaman rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi lebih sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis. Alwi menceritakan bagaimana pada mulanya mereka tidak mengerti cara menanam sengon. ‘’Yang kami tahu menanam kayu seperti yang dilakukan Perhutani menguntungkan,’’ kata Alwi.
Alwi juga mau menerima program itu, karena dia memiliki lahan yang tidak begitu bagus karena memiliki kontur miring dan mengandung pasir, serta sering longsor jika ditanami palawija. ‘’Berkat usaha baru itu, saya kini hidup lebih berkecukupan dari kayu sengon laut di lahan satu hektare yang bisa menghasilkan Rp 120 juta sekali panen,’’ ujarnya.
Menurut dia, kebutuhan hariannya bisa dipenuhi dari hasil tanaman musiman di bawah tegakan tanaman kayu sengon. Dari tanaman semusim ini, dia panen setiap delapan bulan sekali. Salah satu tanaman semusim yang dibudidayakannya itu adalah jahe, yang setiap panen bisa menghasilkan satu ton. Jahe ini antara lain dibuat jadi keripik. Bersama petani yang tergabung di Koperasi Sumber Makmur, dia mengembangkan ternak kambing dan sapi. Untuk lebih mengembangkan ekonomi, Alwi siap membeli truk untuk angkut hasil alam.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang, Indriati, petani memang sudah demam menanam pohon sejak mengetahui potensinya untuk mendongkrak kemakmuran. Saking bersemangatnya, mereka bahkan menanam pohon dalam jarak rapat di lahan-lahannya. Yang pasti, tanaman kayu rakyat ini telah berhasil mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat.
Yang lebih menggembirakan, keberadaan hutan rakyat di Lumajang yang dibangun dari Gerhan sejak 2003 dan Gerakan menanam 79 juta pohon tahun lalu itu telah mengundang 45 investor industri pengolahan kayu berusaha di daerah ini. Untuk lebih menjamin kelangsungan tata niaga yang bisa menguntungkan petani, pemerintah daerah setempat mengeluarkan aturan yang mengharuskan pengolahan bahan baku kayu dilakukan di daerah. Paling tidak, kayu sudah harus diolah menjadi venner atau balok sebelum dibawa keluar daerah. Tahun lalu, daerah ini memasok kayu sengon sampai 786.726,22 meter kubik, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 750.000 meter kubik.
Kekurangan pasokan kayu didatangkan dari luar daerah karena industri plywood, venner dan penggergajian membutuhkan pasokan sampai 950.000 meter kubik setiap tahun. Menurut Basilius Riyadi, Direktur Produksi PT Mustika Bahana Sejahtera yang berlokasi di Kecamatan Tempeh, Lumajang, pabrik pengolahan kayu yang dipimpinnya.(ANSPEK)
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Petani Selalu Merana Karena Pupuk Langka

thumbnail
Oleh: Askan Krisna
Masalah kelangkaan pupuk setiap tahun selalu muncul, padahal pupuk merupakan komoditi strategis yang mestinya dijamin keberadaan dan kestabilan harganya. Ketersediaan pupuk juga terkait erat dengan sukses tidaknya pengadaan pangan nasional, karena itu kelangkaan pupuk, yang sudah seperti penyakit kronis itu, selalu menjadi sorotan dan kecaman banyak pihak. Setiap kali pupuk langka, sorotan masyarakat langsung tertuju pada pemerintah, yang dinilai tak becus mengurusi industri dan distribusinya. Seharusnya sebagai negara penghasil gas alam cukup besar, mestinya Indonesia memang tak perlu kekurangan bahan baku pupuk. Dan sebagai negara agraris mestinya Indonesia tak perlu lagi mengimpor beras, apalagi telah ada Balai Budidaya Benih di Sukamandi yang bisa memasok benih padi unggul kepada sektor pertanian di negeri ini. ‘’Selama ini pemerintah memang tidak serius menangani masalah ketersediaan pupuk,’’ kata Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRRI Jacobus Mayong Padang.
Dari tahun ke tahun, terutama setiap masuk musim tanam pupuk menjadi langka dan harga naik. Pemerintah, menurutnya, selalu kesulitan menghadapi masalah pupuk, di samping ketidaksiapan pasokan gas sebagai bahan baku dan sistem distribusi yang buruk.
Para anggota Dewan dalam Rapat Gabungan Komisi IV, Komisi VI DPR RI dengan Menko Perekonomian, Menperin, Mendag, Mentan dan Menneg BUMN, di Jakarta, baru-baru ini berpendapat perlunya studi mendalam mengatasi persoalan pasokan gas, distorsi distribusi pupuk, bisnis model subsidi pupuk, sehingga mulai 2008 petani Indonesia aman dalam melakukan aktivitas. Lemahnya koordinasi antara menteri terkait membuat sistem pengawasan dan distribusi pupuk hancur. Pupuk bersubsidi yang mestinya untuk petani justru ada yang jatuh ke tangan perusahaan besar, bahkan beredar di perkebunan di Malaysia, kata Azwir Dainy Tara (F-PG).
Mantan Wakil Ketua Komisi DPR yang membidangi pertanian, H Imam Churmen berpendapat, lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggungjawab di bidang industri dan distribusi pupuk juga hendaknya memperhatikan empat tepat distribusi pupuk (tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat guna). ‘’Pemerintah seyogyanya tidak mengumbar janji memperpendek distribusi pupuk, namun pelaksanaannya tetap menyulitkan petani, ini terbukti dengan maraknya kelangkaan pupuk di berbagai daerah pada akhir-akhir ini,’’ kata penasehat DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini.
Ia menilai, kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah pupuk lebih bersifat reaktif belaka, dan langkah-langkah yang ditempuh kurang menghasilkan hal positif bagi petani. ‘’Pada akhirnya, masalah pupuk menjadi masalah dari tahun ke tahun, meskipun kita punya industri pupuk yang cukup memadai,’’ katanya.
Untuk menangani distribusi pupuk sesuai empat tepat tidak sulit, karena pemerintah mempunyai gas alam yang cukup, mempunyai jaringan distribusi yang memadai, dan aparat yang banyak. Masalahnya, lagi-lagi pelaksanaan, sehingga pupuk sering langka, menghilang atau bahkan melonjak harganya. Padahal pupuk menjadi sarana penting untuk revitalisasi pertanian.
Kelangkaan pupuk, jelas berkaitan erat dengan ketahanan pangan nasional dan upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Sebagai negara agraris yang berpenduduk banyak, tentunya kita ingin ketahanan pangan kita solid, tak terancam karena kelangkaan pupuk. Tugas setiap instansi pemerintah yang berwenang di bidang pertanian bukan hanya menyelamatkan ketahanan pangan, tapi berkewajiban moral untuk meningkatkan kesejahteraan petani, yang hingga kini sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan.
Dari berbagai persoalan yang ada, penyuluhan terhadap petani tentang pemakaian pupuk tepat guna dan sasaran harus dihidupkan lagi. Sementara aparat keamanan diharapkan semakin aktif dalam memberantas penyalahgunaan pupuk. Di Jawa Timur saja, Kepolisian Daerah setempat telah menyita 800 ton pupuk bersubsidi dari hasil operasi selama setahun, yang terdiri 45 kasus dan melibatkan 48 tersangka pelaku penyimpangan. Celakanya, menghilangnya pupuk yang ditingkah dengan meroketnya harga, biasa terjadi pada musim tanam, saat para petani membutuhkan komoditi strategis di bidang pertanian.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Kualitas Pendidikan NTT, Ironi Yang Menyakitkan

thumbnail
50 Propinsi Sunda Kecil Berlalu
Oleh: Beny Uleander

Generasi tahun 80-an pasti bingung membaca judul, Provinsi Sunda Kecil. Apakah propinsi yang baru dimekarkan? Remaja muda saat ini lebih bingung lagi kalau dijelaskan bahwa kepulauan Sunda Kecil ialah gugusan pulau di sebelah timur Pulau Jawa, dari Pulau Bali di sebelah barat sehingga Pulau Timor di sebelah timur.
Provinsi Sunda Kecil bukanlah propinsi pemekaran di era Orde Reformasi. Provinsi Sunda Kecil atau Nusa Tenggara sudah berlalu 50 tahun silam sejak dimekarkan menjadi tiga provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 20Desember 1958. Ibukotanya provinsi terletak di Singaraja, Bali utara.
Pada masa pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT), pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba serta Timor dan kepulauannya telah merupakan "daerah" (menurut pengertian dalam UUDS 1950), yaitu Daerah Bali, Daerah Lombok, Daerah Sumbawa, Daerah Flores, Daerah Sumba dan Daerah Timor dan kepulauannya. Kemudian dibentuk Propinsi Administratip Sunda Kecil yang meliputi Daerah-Daerah tersebut (PP 21/1950). Propinsi Sunda Kecil terdiri dari Sunda Kecil Barat (meliputi ex keresidenan Bali dan Lombok) dan Sunda Kecil Timur (meliputi wilayah ex Keresidenan Timor dan pulau-pulau sekitarnya).
Topik jejak sejarah dan potensi ekonomi Provinsi Sunda Kecil kembali hadir dalam publikasi media setelah Harian Kompas bekerjasama dengan Harian Pos Kupang menggelar seminar "50 Tahun Sunda Kecil Berlalu" dengan menampilkan 14 pembicara dari Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) di Hotel Bali Dynasty Resort Kuta, Rabu (10/12).
Para pembicara di antaranya Gubernur NTB dan Gubernur NTT, Dr Fred Benu, Dr
I Nyoman Wijaya, Prof Dr Nyoman Erawan, Dr Prayitno Basuki, Sri Palupi, Lery Mboeik, Rm Edu Jebarus Pr, Lalu M Yamin dan Sebastian Salang.
Sebelum pemekaran Sunda Kecil, kondisi wilayah Bali, NTB dan NTT nyaris sama, miskin dan terisolasi. Namun setelah 50 tahun pemekaran itu berlalu, hadir berbagai ironi yang menyakitkan.
Di bidang pendidikan, dalam telusur sejarah yang dilakukan praktisi pendidikan Rm Edu Jebarus, Pr. Pembangunan sekolah di Keresiden Timor pada masa penjajahan kolonial dirintis oleh para misionaris Katolik dan Protestan. Data pemerintah tahun 1983 memperlihatkan angka perkiraan jumlah penduduk untuk 1 SD dengan rincian: Flores 1 SD per 2.800 penduduk, Timor 1 SD per 3.600 penduduk, Sumba-Sumbawa 1 SD per 3.000 penduduk, Bali Utara 1:5.900 penduduk, Bali Selatan 1 : 7.400 penduduk, dan Lombok 1 SD per 11.200 penduduk. Jadi perhatian pendidikan lebih difokuskan di Flores dan Timor. Tapi saat ini pendidikan paling maju dan berkembang pesat justru di Bali. Prosentase kelulusan siswa dalam UN, NTT berada di urutan terendah dari 33 provinsi. Kenapa kualitas pendidikan di NTT yang sempat mengalami masa kejayaan kini merosot? Ada apa?
Menurut pastor Edu Jebarus, kemerosotan pendidikan di NTT karena model dan sistem pendidikan ideal warisan swasta (misi) diabaikan sejak kehadiran sekolah-sekolah negeri pada tahun 1955. “Ada keharusan untuk mengembalikan roh pendidikan di Nusra dan lembaga pendidikan swasta perlu bangkit menjalankan perannya yang pernah unggul,” ujar penulis buku “Sejarah Persekolahan di Flores yang diterbitkan Ledalero tahun 2008.
Sementara budaya dan aktivis Lombok Heritage Lalu M Yamin melihat keterpurukan ekonomi lebih dipicu oleh etos kerja yang berbeda antara orang Lombok (Sasak) dibanding Bali. “Tidak ada kosmologi atau mitologi dalam sastra lisan suku Sasak soal etos kerja keras. Sehingga karyawan orang Lombok tidak kreatif dan kerja kalau disuruh. Sehingga SDM orang Bali bisa melakukan pekerjaan yang dikerjakan oleh 4 orang Sasak,” ujarnya melukiskan.
Karena itu, Lalu M Yamin mendesak pemerintah di tiga propinsi mengembangkan etika kerja sama dalam bingkai misi kebudayaan antarpropinsi di bidang dialog pluralisme agama dan budaya, kemitraan di bidang kemanusiaan dan pendidikan. Secara khusus, ia mendesak saatnya kurikulum lokal lebih sesuasi dengan lingkungan sekitar agar anak-anak dapat mengenal habitat hidupnya lebih baik. “Ya contohnya pekerjaan bagaimana merawat rumah atau untuk anak-anak di pesisir pantai bagaimana mengenal kehidupan nelayan dan laut,” ujarnya.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Bangkrut

thumbnail
Oleh: Pak Oles
Kata bangkrut memang pemali diucapkan karena bisa-bisa jadi kenyataan. Tapi itulah potret sekarang, di awal dekade abad 21. Di berbagai belahan dunia, banyak perusahaan yang didera bangkrut. Di Amerika, sejak krisis keuangan September 2008, setiap bulan hampir 100.000 perusahaan menyatakan diri bangkrut. Perusahaan yang bangkrut bisa hidup lagi beberapa tahun setelah dibebaskan atau diringankan dari berbagai kewajiban. Atau dijual dan atau dinyatakan bangkrut total tidak bisa dihidupkan lagi.
Bangkrut itu ibarat mati. Ada mati suri yang kemungkinan bisa hidup lagi, ada mati beneran yang benar-benar mati. Perusahaan yang menyatakan diri bangkrut di Indonesia berarti mati beneran. Siapa yang menyangka akan terjadi banyak perusahaan bangkrut di Amerika? Mungkin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Penampakan ibarat gunung es, --tampak kecil di bagian atas, tetapi sangat besar di bagian dasarnya. Atau mungkin seperti tsunami, yang muncul secara tiba-tiba. Tapi kita harus ingat, segala akibat pasti ada sebab. Mungkin saja akibatnya sangat nyata, tapi penyebabnya tidak kasat mata.
Perusahaan-perusahaan besar di Amerika yang menyatakan diri bangkrut cukup membuat kita tercekat. Dari mulut terkunci, hati kita bertanya “Bagaimana mungkin? Koq bisa begitu? Lho…?’’ Seperti mimpi. Memang demikian adanya. Itulah fakta-fakta.
Dalam kondisi keuangan yang kacau, apapun bisa terjadi. Kalau perusahaan besar saja bisa bangkrut, apalagi perusahaan kecil. Tapi jangan salah, dalam banyak kasus, perusahaan kecil lebih kuat bertahan daripada perusahaan besar karena perusahaan kecil mudah menyesuaikan diri dan hidupnya sudah terbiasa minim. Perusahaan besar sudah terbiasa hidup mewah dan mahal, lamban dan kurang peka perubahan.
Orang atau keluarga bisa juga bangkrut. Mungkin tidak tersiar media masa. Ciri-ciri orang yang bangkrut adalah hutangnya jauh lebih banyak dari aset. Dia hidup dari hutang, bukan dari produktivitas. Pertanyaannya, kenapa berhutang besar dan kenapa tidak produktif? Jawabannya, karena pola hidup dan gaya hidup. Pola hidup adalah kebiasaan hidup untuk berhutang. Gaya hidup adalah penampilan, pencitraan dan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari. Pola hidup berhutang dan dengan berhutang untuk memenuhi gaya hidup mewah menyebabkan kebangkrutan.
Masyarakat Amerika telah menjadi contoh nyata kebangkrutan di abad 21 ini. Masyarakat dibiasakan menghutang dan menghutang untuk meningkatkan pasar. Justru orang atau perusahaan akan dipercaya bank jika memiliki hutang banyak. Mereka yang tidak memiliki hutang berarti tidak konsumtif. Karena tidak konsumtif, dianggap tidak produktif. Memang hutang itu ada baiknya untuk mempercepat pertumbuhan, tetapi jika terlalu banyak, apalagi melebihi asset, dengan kemampuan bayar yang rendah, hutang justru berbalik jadi bahaya. Dapat membangkrutkan.
Kenyataannya terbalik. Masyarakat harus produktif terlebih dahulu, baru bisa menggunakan hasil produksi untuk konsumsi. Masyarakat yang dipaksa hidup konsumtif, lama kelamaan ketagihan Dan sakit jiwa untuk terus konsumsi, --membeli produk-produk yang tidak dibutuhkan. Mereka konsumsi apa yang dilihat, membeli apa yang orang lain beli. Jadi semacam digerogoti virus kehilangan jati diri karena tidak benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya yang diinginkan. Lama-kelamaan uangnya habis dan minus terus, karena digunakan melebihi kemampuan.
Perusahaan-perusahaan juga bisa bangkrut karena pola hidup dan gaya hidup. Salah investasi, salah kalkulasi, menanggung risiko tinggi ibarat judi, adalah pola hidup. Hidup lebih besar pasak daripada tiang, hidup mewah, mental lemah dan kurang gigih adalah gaya hidup. Semua itu diperparah dengan penjualan produk yang turun, daya beli masyarakat yang lemah, keuntungan yang kian menipis dan kerugian. Dalam kurun waktu tertentu, secara perlahan namun pasti, jika tidak lekas dilakukan perubahan menejemen, perusahaan pasti bangkrut.
Negara juga demikian. Negara yang rajin ngutang, boros, korup dan pembangunan tidak tepat sasaran akan terlilit hutang. Kondisi itu akan mengakibatkan masyarakatnya menjadi sakit, tergantung pada pemerintah, tidak mandiri, lemah dan tidak produktif. Sifat konsumtif adalah kebiasaan. Sifat konsumtif yang muncul karena produktivitas tinggi akan menunjang pasar. Akan tetapi, jika sifat konsumtif muncul tanpa ditopang produktivitas masyarakat akan menimbulkan korupsi dan masalah sosial. Ngutang adalah masalah kebiasaan. Hutang yang dipinjam Negara hendaknya digunakan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, bukan meningkatkan konsumsi masyarakat. Kalau itu tidak bisa dilakukan, jangan salahkan peribahasa ‘’Guru kencing berdiri, anak kencing berlari. Negara terbiasa ngutang untuk hidup, warga negaranya terbiasa ngutang untuk gaya hidup. Akhirnya, perlahan namun pasti, negara dan warganya terkubur hutang hidup-hidup.
Kalau ingin tidur lelap perkecil hutang atau jangan ngutang. Kalau ingin bahagia, hiduplah sederhana. Individu, kelompok, organisasi atau Negara pengutang hidupnya perlahan-lahan menuju kebangkrutan. Hutang itu bisa baik dan bisa juga jahat, tergantung cara menggunakannya. Hutang bisa digunakan untuk membesarkan individu, keluarga, usaha, organisasi atau Negara, atau bisa juga mengerdilkan dan sekaligus mematikan. Hati-hati, hutang itu bisa berbahaya…!
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008

Pupuk Langka, Kembali Ke Organik

thumbnail
Oleh: Rz Subagiyo
Setiap musim tanam tiba, keluhan kekurangan pupuk selalu muncul di berbagai daerah terutama kawasan sentra produksi padi di Indonesia seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan Yogyakarta. Mereka yang disebut petani seakan ‘’dikondisikan’’ terus menjerit karena sulit mendapat penyubur tanaman itu. Kalaupun ada, harganya sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Sialnya, sampai terjadi aksi pencegatan truk pengangkut pupuk dan bahkan petani ramai-ramai mendatangi gudang milik distributor pupuk.
Seperti di Madiun, Jawa Timur, ratusan petani dari beberapa kecamatan terpaksa mendatangi (geruduk) gudang pupuk Petrokimia di Desa Kaligunting Kecamatan Mejayan, yang terletak di pinggir jalan raya Madiun-Surabaya. Mereka memaksa pihak gudang melayani pembelian pupuk terutama jenis urea yang saat ini sangat langka di pasaran.
Konon, over pemakaian pupuk oleh petani dituding sebagai pemicu terjadinya kelangkaan pupuk. Data penyerapan pupuk bersubsidi yang terlihat tinggi untuk pupuk kimia bisa jadi pembenar sinyalemen bahwa penggunaan pupuk di kalangan petani sangat berlebihan. Hingga Oktober 2008, realisasi penyaluran pupuk bersubsidi jenis urea mencapai 3,45 juta ton (73,80%) dari rencana penyaluran 4,50 juta ton. Sedangkan untuk pupuk jenis SP-36 dan Superphos 800 ribu ton, hingga Oktober 2008 baru terealisasi 508.169 ton (63,52%). Realisasi penyaluran pupuk ZA, dari rencana 800 ribu ton per 2008 baru 620.747 ton (77,59%) serta NPK sebanyak 753.718 ton dari rencana 900 ribu ton. Sementara daya serap pupuk organik oleh petani baru 19% dari total volume yang dialokasikan per 2008, 345 ribu ton atau 50.247 ton.
Menteri Pertanian, Anton Apriyantono mengungkapkan, penggunaan pupuk organik sebenarnya mampu menekan tingkat pemakaian pupuk urea pada tanaman pangan. ‘’Namun rupanya pupuk organik ini belum begitu familiar bagi petani sehingga mereka lebih memilih pupuk urea,’’ katanya.
Kasmui, seorang petani asal Kendal, Jawa Tengah yang memiliki sawah seluas 3.000 meter membenarkan kalau tanaman padi tidak ditaburi urea, pasti hasilnya tidak baik. Selama musim tanam, Kasmui biasa menabur 2-3 kali pupuk urea untuk tanaman.
Meski memiliki 7 ekor kerbau yang kotorannya bisa diolah jadi pupuk organik, Kasmui belum berniat mengganti urea dengan pupuk organik. Meski harganya murah namun Dirjen Tanaman Pangan mengakui harga pupuk organik Rp 1000 per kg menjadi tidak kompetitif dibanding pupuk urea Rp 1200 per kg sehingga petani tetap memilih urea.
Selain sebagai upaya mengatasi kelangkaan pupuk urea, penyerapan pupuk organik yang minim pada 2008 menjadi alasan utama menaikkan subsidinya. ‘’Tahun depan kita balik polanya, jadi pemerintah memberi subsidi Rp 1.000 per kg sehingga petani hanya perlu mengeluarkan uang Rp 500 per kg," ujar Sutarto. Pola subsidi 2008, ditetapkan harga pupuk organik Rp 1.500 per kg di mana pemerintah memberikan subsidi Rp 500 dan petani membayar Rp 1.000 per kg.
Tambah Penghasilan
Dari penelitian Badan Litbang Pertanian Deptan, pemakaian pupuk kimia atau anorganik secara terus-menerus dalam jangka waktu relatif lama secara langsung maupun tidak langsung membuat struktur tanah mengeras dan rusak, serta kandungan unsur hara dalam tanah berkurang. Dengan merubah pola tanam dan memakai pupuk organik yang fungsinya sama dengan pupuk urea (anorganik) secara perlahan dapat mengembalikan kualitas tanah seperti semula.
Pengurus Lembaga Perguruan Pusaka Alam Lumajang, Jawa Timur, Widodo Djaelani menilai sudah saatnya petani membiasakan diri memakai pupuk organik. ‘’Bila selama ini bergantung penuh terhadap Pupuk Urea, sekarang harus belajar tanam menggunakan pupuk organik,’’ katanya.
Nenek moyang kita dulu bisa menghasilkan panen yang melimpah, karena memakai pupuk kandang dan kompos. Karena itu tidak ada salahnya jika petani coba kembali memakai pupuk alam. Keuntungannya, lanjut Djaelani, selain harga murah juga mudah diproduksi sendiri. Petani yang membajak lahan pertanian menggunakan sapi dapat memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk. Kalaupun petani tidak bisa membuat, mereka tidak kesulitan mencari pupuk organik karena sekarang sudah mulai banyak diproduksi sebagian petani.
Dari hasil pemakaian pupuk organik bagi tanaman padi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pupuk kimia, bahkan jika dilaksanakan secara kontinyu hasilnya jauh lebih banyak. Di samping itu, pemakaian pupuk organik mampu memberikan pendapatan tambahan buat petani. Sesuai hasil kajian Dinas Pertanian dan Peternakan Banyumas, Jawa Tengah, setiap peternak yang memelihara 2 ekor sapi akan memperoleh pendapatan sampingan lebih dari Rp 1 juta per tahun dengan memanfaatkan kotoran ternak.
Di Kabupaten Banyumas, potensi produksi pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing sekitar 600 ton per hari yang dihasilkan dari 1,5 juta ekor. Kadis Peternakan dan Perikanan Banyumas, Tjutjun Sunarti mengatakan, dari jumlah itu yang sudah dimanfaatkan sebagai pupuk organik baru 50%. Pemanfaatan kotoran hewan hingga kini baru dilakukan peternak besar (di atas 10 ekor) sehingga potensi kotoran hewan sebenarnya dapat dimanfaatkan lebih optimal.
Pengelolaan pupuk alamiah sangat murah dan mudah, asal ada kemauan atau niat petani, karena bantuan pupuk subsidi setiap tahun terbatas. Apakah petani mau kembali menggunakan pupuk alam atau tetap bergantung pada pupuk kimia yang tidak hanya merusak alam tetapi juga dihadapkan pada persoalan kelangkaan yang selalu tercipta di setiap musim tanam? (Anspek)
Koran Pak Oles/Edisi 165/Desember 2008

Menanti Holding BUMN Pupuk

thumbnail
Oleh: Roike Sinaga
Masalah kelangkaan pupuk di Indonesia tampaknya tidak akan pernah berujung. Dari tahun ke tahun terutama jelang musim tanam, bahan pemicu kesuburan tanah ini menjadi sulit diperoleh alias menghilang dari pasaran. Bisa dipastikan kelompok petani yang tetap jadi korban dan terus dibuat menjerit karena harus susah payah mendapat barang bersubsidi itu, dan bahkan dengan harga yang sangat menguras kantong petani.
Memasuki empat bulan terakhir tahun 2008, masalah pupuk kembali mengemuka bukan saja di pulau Jawa, tetapi telah merambat ke sejumlah wilayah. Buruknya potret distribusi pupuk menurut sebagian kalangan menjadi penyebab utama kelangkaan pupuk, namun di sisi lain ada juga beranggapan kapasitas produksi pupuk di dalam negeri masih relatif kecil.
Urun rembuk pun muncul ke permukaan, dari mencari solusi untuk meningkatkan produksi dengan menambah kapasitas produksi pabrik, mengawal distribusi hingga desakan agar Menteri Pertanian mundur karena dianggap gagal melaksanakan tugas. DPR sebagai representasi suara rakyat mendesak pemerintah agar kelangkaan pupuk bersubsidi segera diatasi karena makin meresahkan kaum tani.
Ketua Komisi IV DPR RI, Arifin Junaidi mengingatkan pemerintah agar lebih serius mengatasi kelangkaan pupuk sehingga tidak terus terulang. Menurut anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa ini, sebesar apapun subsidi pupuk, tidak akan cukup jika terjadi penyelewengan. Demikian seriusnya masalah pupuk, DPR memanggil Menteri Pertanian, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menneg BUMN dan Kapolri.
Hasilnya rapat tersebut tentu belum bisa membalikkan keadaan karena sangat dibutuhkan koordinasi intensif dari semua intansi terkait baik itu produksi, anggaran subsidi, distribusi hingga penegakan hukum. Masalah kelangkaan pupuk, sebenarnya tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi, tetapi lebih utuh. Semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam mata rantai perpupukan nasional harus berbenah, saling koreksi dan berupaya lebih serius agar fenomena seperti ini tidak terus merebak.
BUMN Pupuk
Setiap tahun, dari pemerintahan ke pemerintahan masalah perpupukan nasional sepertinya masih jadi masalah pelik. Padahal ditilik sisi kepemilikan, produsen pupuk nasional dimonopoli perusahaan pemerintah yakni Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski ada penyalur, kios pengecer dan distribusi di luar BUMN, namun regulator (pemerintah) tampaknya masih enggan bersikap tegas kepada penyalur maupun distributor curang penyebab kisruhnya tata niaga pupuk. Lima BUMN Pupuk seperti PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Kujang, PT Petro Kimia Gresik dan PT Pupuk Iskandar Muda. Dalam hal distribusi pupuk bersubsidi pemerintah tidak kehabisan akal karena selalu berupaya memperbaiki sistem rayonisasi yang dinilai tidak efektif dan menimbulkan birokrasi penyebaran pupuk.
PT Pusri bertanggungg jawab untuk wilayah Sumatera Utara, sebagian Jawa Tengah, Pupuk Kaltim sebagian Jawa Timur, Jateng, Bali, NTT, NTB, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra, Sulsel, Sulbar, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar. Sedangkan PT Pupuk Kujang meliputi Jawa Barat. Upaya lain, membentuk induk usaha (holding) BUMN Pupuk bernama PT Agro Kimia Indonesia yang ditargetkan terealisasi awal tahun 2009.
Menurut Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, pembentukan holding sebagai salah satu cara mengatasi masalah yang dihadapi industri pupuk nasional, selain mengatasi pasokan gas. ‘’Holding BUMN Pupuk nantinya fokus pada masalah investasi, produksi, pemasaran dan distribusi pupuk terutama dalam program pupuk subsidi,’’ katanya.
Selain menjadikan BUMN Pupuk sebagai perusahaan kelas dunia pupuk, petrokimia dan maksimasi nilai perusahaan, juga mendukung program ketahanan pangan nasional. Pertanyannya, apakah pembentukan holding BUMN Pupuk mampu mengatasi masalah tanpa masalah?
Produksi pupuk nasional saat ini diperkirakan 7 juta ton, sementara konsumsi sekitar 7 juta ton. Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan, target produksi pupuk 2009 dinaikkan menjadi 7 juta ton, sama dengan kebutuhan yang ada sehingga tidak terjadi kekurangan pupuki. Untuk mencapai 15 juta ton pada 2015, ujar Wapres, pemerintah harus segera merevitaliasi 7 pabrik pupuk yang sudah tua karena menelan biaya Rp 27,2 triliun. Pemerintah tentu sadar betul untuk mengatasi kelangkaan pupuk harus diikuti sinergi antar BUMN Pupuk dengan BUMN Gas, sehingga industri pupuk mendapat pasokan gas dengan harga lebih murah. Kelanjutan operasi BUMN Pupuk dengan hasil revitalisasi 7 pabrik pupuk harus diikuti jaminan pasokan gas sebagai bahan baku.
Zat yang mudah menguap ini merupakan unsur terbesar dari stuktur biaya produksi urea (50%-60%). Sejatinya, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak mengutamakan kebutuhan gas bagi industri pupuk nasional. Menneg BUMN, Sofyan Djalil selaku kuasa pemegang saham BUMN menegaskan, restrukturisasi pabrik pupuk perlu kepastian komitmen pasokan gas dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). ‘’Harus ada jaminan pasokan gas setidaknya 20 tahun untuk enam pabrik pupuk, termasuk satu unit pabrik baru yang akan dibangun,’’ kata Sofyan.
Wakil Ketua Komisi IV DPR (bidang pertanian) Suswono, berpendapat ada 5 faktor yang perlu dikaji sebagai sumber penyebab kelangkaan pupuk. Pertama, pasok pupuk tidak memadai. Kedua, kemungkinan penyelundupan atau perembesan pupuk keluar daerah atau keluar negeri. Ketiga, perluasan lahan pertanian, Keempat, penggunaan pupuk yang cenderung boros oleh petani. Kelima, penimbunan pupuk oleh oknum-oknum tertentu. ‘’Penyebab harga pupuk melambung tinggi harus dikaji mendalam. Bisa karena satu faktor atau beberapa faktor sekaligus,’’ ujar politisi PKS ini.
Menteri Pertanian Anton Apriyantono berpendapat, kelangkaan pupuk saat ini lebih dipicu kebutuhan yang meningkat sementara produksi tidak bertambah. Dalam jangka pendek pemerintah memutuskan menambah sebanyak 300.000 ton pupuk bersubsidi sehingga menjadi 4,8 juta ton hingga akhir tahun.
Tambahan 300 ribu ton terdiri atas 200 ribu ton dibagi ke tiap-tiap kabupaten, dan 100 ribu ton digunakan untuk operasi pasar bagi daerah-daerah yang membutuhkan. Seberapa efektif langkah tersebut, dan adakah jaminan bahwa momok pupuk langka itu akan kembali menghantui para petani?
Sejatinya, pemerintah telah menunaikan berbagai pendekatan, namun penyelesaian masalah perpupukan nasional tidak bisa diselesaikan secara parsial. Pola subsidi harga gas dengan subsidi harga menjadi dua faktor yang harus ditinjau penerapannya demi menjamin distribusi pupuk sampai ke tangan petani. Satu hal jika holding BUMN Pupuk berjalan sesuai rencana, bukan tidak mungkin kendala-kendala klasik segera teratasi secara permanen.
Koran Pak Oles/Edisi 165/Desember 2008

Jerit Klasik Petani Indonesia

thumbnail
Oleh: Eko Listiyorini
Betapa susahnya jadi petani. Musim tanam, pupuk langka. Musim panen, harga produk pertanian anjlok. Cerita dan jeritan klasik kaum petani yang selalu terulang setiap tahun selama belum berganti profesi. Kalau mau menghitung untung ruginya, mungkin petani jauh lebih memilih beralih profesi jadi pedagang atau buruh bangunan. Pada 1 Desember, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan upah nominal petani naik 0,25% selama November dibanding Oktober namun secara riil turun 0,33%. Sedangkan upah buruh bangunan naik 1,76% dan secara riil juga naik 1,63%. ‘’Jadi kalau boleh memilih, enak jadi buruh bangunan daripada petani karena upah buruh bangunan naik secara nominal dan secara riil,’’ ujar Kepala BPS, Rusman Heriawan.
Masalah kelangkaan pupuk tahun ini ditangani agak istimewa. DPR menggelar rapat khusus soal pupuk bersubsidi pada Selasa (26/11). Ketua DPR Agung Laksono langsung memimpin sendiri rapat bersama tiga menteri (Menteri Perdagangan, Meneg BUMN, Menteri Pertanian), perwakilan menteri (Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri) serta Wakapolri itu.
Masalah kelangkaan pupuk memang selalu muncul saat musim tanam tiba. Kali ini, bertepatan dengan dimulainya kampanye partai politik menjelang Pemilu pada April 2009. Semua fraksi yang hadir dalam rapat mendesak pemerintah segera mengatasi masalah kelangkaan pupuk. Bahkan, sempat muncul ide penanganan tanggap darurat layaknya bencana alam.
Keluhan kelangkaan pupuk bersubsidi sebenarnya persoalan yang sangat klasik. Terbatasnya anggaran negara menyebabkan adanya perbedaan besar antara alokasi dan konsumsi. Pada 2003, konsumsi urea bersubsidi sebesar 3,91 juta ton sedangkan alokasi hanya 1,28 juta ton. Tahun 2008, konsumsi urea sekitar 4,3 juta ton sedangkan alokasi hanya 2,94 juta ton. Menteri Perdagangan menjelaskan perbedaan antara rencana kebutuhan dengan kebutuhan (keinginan) petani antara lain karena terjadi gangguan alam (banjir) sehingga perlu dilakukan penanaman kembali. Sementara petani terbiasa memakai pupuk 400-600 kg per hektar. Jumlah itu jauh lebih besar daripada rekomendasi Mentan yang hanya optimal 200-250 kg per hektar.
Perbedaan harga yang cukup besar antara yang bersubsidi dengan non subsidi juga menimbulkan penyelewengan. Sebagai contoh, harga urea bersubsidi dipatok Rp 1.200 per kg sedangkan urea non subsidi dijual Rp 5.000 per kg. Hal itu lebih diperparah oleh belum berfungsi secara baik Komite Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) di setiap daerah.
Polri sendiri menemukan 7 modus penyelewengan distribusi pupuk bersubsidi. Wakapolri Makbul Padmanegara memaparkan, penyelewengan pupuk bersubsidi terjadi karena penimbunan stok, kemasan pupuk bersubsidi diganti, penyebaran isu kelangkaan pupuk, perdagangan antar pulau, penyelundupan fisik dan administrasi, pemalsuan kuota kebutuhan pupuk di daerah serta pergeseran stok dari daerah yang harganya murah ke daerah yang harganya lebih tinggi, bahkan pemalsuan pupuk. ‘’Kami juga menemukan dua pabrik pupuk palsu di Cianjur dan Sukabumi,’’ tuturnya.
Makbul memaparkan di Jawa Barat saja, sudah 33 kasus yang melibatkan 54 tersangka dan 869 ton pupuk bersubsidi. Dari 33 kasus tadi, sudah 24 kasus yang diajukan ke Kejaksaan. Makbul mengusulkan pupuk bersubsidi dibedakan warnanya dengan yang non subsidi untuk memudahkan pengawasan distribusi. Selama ini, pupuk bersubsidi hanya diberi label pada karung.
Sistem Tertutup
Sejak medio 2008, Menteri Perdagangan telah menerbitkan aturan distribusi pupuk bersubsidi terbaru yang lebih tertutup. Hanya petani atau kelompok tani yang sudah terdaftar pada pengecer di satu wilayah yang dapat membelinya. Pencatatan petani dan luas lahan sudah mulai dilakukan dan diharapkan selesai pada 2009. BPS lalu memverifikasi sebelum sistem tertutup diterapkan penuh di seluruh Indonesia pada 2010. Anehnya, kelangkaan pupuk justru terdengar lebih luas dan agak santer setelah sistem tertutup diterapkan. Oknum pelaku diduga memanfaatkan masa transisi sistem distribusi baru ini untuk mengeruk banyak keuntungan. Bahkan di Jawa Timur, ditemukan kasus kelompok tani palsu.
Sementara masih banyak kepala daerah yang belum memahami tugas dan wewenangnya dalam penyaluran dan pengawasan pupuk bersubsidi. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Subagyo mencontohkan bila terjadi keluhan kelangkaan pupuk, bupati dan gubernur bisa langsung bertindak untuk menggeser alokasi dari daerah yang masih memiliki stok ke daerah yang kurang stok. Sayangnya, pemda yang juga masuk dalam tim KP3 tidak melakukan pengawasan sehingga keluhan kelangkaan pupuk tetap bermunculan.
Pada 14 November 2008, pemerintah telah memutuskan penambahan cadangan pupuk urea 200.000 ton. Usai rapat istimewa bersama DPR itu, pemerintah kembali manambahkan alokasi urea 300.000 ton yang masih menunggu penetapan oleh Menteri Pertanian.
Produsen pupuk telah diperintahkan untuk melakukan Operasi Pasar (OP) di setiap wilayah distribusi. Pemerintah daerah benar-benar harus mulai memperketat pengawasan distribusi pupuk bersubsidi dan memastikan validitas pengumpulan data pembelian pupuk bersubsidi oleh petani di tingkat pengecer. Tanpa itu, sistem distribusi tertutup justru menjadi sumber penyelewengan pupuk bersubsidi. Komitmen pemerintah untuk mendukung petani harus diwujudkan dengan terciptanya sistem distribusi pupuk bersubsidi yang sempurna. Jangan lagi menunggu sampai para petani beralih profesi menjadi buruh dan Indonesia menjadi importir beras. (Anspek)
Koran Pak Oles/Edisi 165/Desember 2008