Home » » Sejahtera Dari Tanaman Kayu?

Sejahtera Dari Tanaman Kayu?

Oleh: Arief Pujianto
Kini, hari-hari Muhammad Alwi (63), ketua Koperasi Sumber Makmur, semakin mapan. Dia tak lagi hanya mengandalkan tanaman semusim untuk menupang seluruh kebutuhan hidupnya, tetapi juga tanaman kayu sengon. Di Desa Kandangan, Lumajang, Jawa Timur, dia kini mengolah satu hektare lahan peninggalan orang tuanya dengan tanaman pokok kayu sengon, atas binaan Dinas Kehutanan setempat.
Tanaman kayu dengan daur panenan maksimal tujuh tahun sekali itu telah mengubah jalan hidupnya. Meski demikian, tumbuhan semusim seperti jahe, pisang, kopi, dan talas yang ditanam di bawah sengon mampu memberikan uang lebih sambil menunggu panen kayu sengon.
Yang pasti, lelaki itu kini sudah menyandang sebutan haji sebagai hasil dari penjualan tanaman kayu sengon. Dia menceritakan bahwa perubahan hidupnya muncul ketika Dinas Kehutanan membagikan bibit tanaman keras seperti sengon, mindi, jati dan mahoni, terkait dengan program Departemen Kehutanan yang dikenal dengan nama Gerakan Rehabilitasi Lahan (Gerhan).
Gerakan yang dimulai pada 2003 itu awalnya memang lebih mirip dengan penghijauan, ketimbang usaha kehutanan, karena belum bicara tentang hutan tanaman rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi lebih sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis. Alwi menceritakan bagaimana pada mulanya mereka tidak mengerti cara menanam sengon. ‘’Yang kami tahu menanam kayu seperti yang dilakukan Perhutani menguntungkan,’’ kata Alwi.
Alwi juga mau menerima program itu, karena dia memiliki lahan yang tidak begitu bagus karena memiliki kontur miring dan mengandung pasir, serta sering longsor jika ditanami palawija. ‘’Berkat usaha baru itu, saya kini hidup lebih berkecukupan dari kayu sengon laut di lahan satu hektare yang bisa menghasilkan Rp 120 juta sekali panen,’’ ujarnya.
Menurut dia, kebutuhan hariannya bisa dipenuhi dari hasil tanaman musiman di bawah tegakan tanaman kayu sengon. Dari tanaman semusim ini, dia panen setiap delapan bulan sekali. Salah satu tanaman semusim yang dibudidayakannya itu adalah jahe, yang setiap panen bisa menghasilkan satu ton. Jahe ini antara lain dibuat jadi keripik. Bersama petani yang tergabung di Koperasi Sumber Makmur, dia mengembangkan ternak kambing dan sapi. Untuk lebih mengembangkan ekonomi, Alwi siap membeli truk untuk angkut hasil alam.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang, Indriati, petani memang sudah demam menanam pohon sejak mengetahui potensinya untuk mendongkrak kemakmuran. Saking bersemangatnya, mereka bahkan menanam pohon dalam jarak rapat di lahan-lahannya. Yang pasti, tanaman kayu rakyat ini telah berhasil mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat.
Yang lebih menggembirakan, keberadaan hutan rakyat di Lumajang yang dibangun dari Gerhan sejak 2003 dan Gerakan menanam 79 juta pohon tahun lalu itu telah mengundang 45 investor industri pengolahan kayu berusaha di daerah ini. Untuk lebih menjamin kelangsungan tata niaga yang bisa menguntungkan petani, pemerintah daerah setempat mengeluarkan aturan yang mengharuskan pengolahan bahan baku kayu dilakukan di daerah. Paling tidak, kayu sudah harus diolah menjadi venner atau balok sebelum dibawa keluar daerah. Tahun lalu, daerah ini memasok kayu sengon sampai 786.726,22 meter kubik, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 750.000 meter kubik.
Kekurangan pasokan kayu didatangkan dari luar daerah karena industri plywood, venner dan penggergajian membutuhkan pasokan sampai 950.000 meter kubik setiap tahun. Menurut Basilius Riyadi, Direktur Produksi PT Mustika Bahana Sejahtera yang berlokasi di Kecamatan Tempeh, Lumajang, pabrik pengolahan kayu yang dipimpinnya.(ANSPEK)
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008
Thanks for reading Sejahtera Dari Tanaman Kayu?

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar