Home » » Bangunan Cagar Budaya Jadi Pusat Bisnis

Bangunan Cagar Budaya Jadi Pusat Bisnis

Banyak benda cagar budaya yang memiliki kekayaan historis, arsitektur kolonial, dan budaya di Indonesia berubah fungsi menjadi pusat bisnis, seperti hotel, perkantoran maupun pusat perbelanjaan.
Ini terjadi, akibat hukuman yang ringan yaitu penjara 10 tahun dan denda Rp100 juta, membuat banyak benda cagar budaya berubah fungsi dan situs sejarah berpindah ke tangan kolektor kaya, kata Edi Burhan, dosen dari Fakultas Sastra dan Sejarah Universitas Jember di Banyuwangi, Rabu, 10/12.
Misal, penjara Suka Miskin di Bandung yang sekarang berubah menjadi mal. Padahal di penjara tersebut, pernah mendekam para pahlawan kemerdekaan. Satu diantara tokoh yang pernah merasakan pengapnya penjara tersebut adalah Bung Karno.
Edi menambahkan, generasi muda juga tidak mengetahui lagi rumah Laksamana Tadeshi Maeda. Rumah tersebut sarat nilai sejarah, karena pernah dijadikan tempat merumuskan teks proklamasi. Belum lagi gedung Pelni dan BPD Makassar juga berubah menjadi pusat bisnis.
Rumah residen Besuki di Besuki, Situbondo yang dibangun sekitar tahun 1700-an, saat ini dikuasai Polres setempat beralih menjadi sarang burung walet.
Ironisnya, beberapa batu bata merah yang berukuran tebal sudah hilang. "Mungkin dijual oleh oknum, karena ingin mendapatkan banyak uang," kata Edi berasumsi.
Salah satu pemilik "supermarket" ingin menyulap penjara Jember menjadi mal. Bangunan yang dibuat sekitar tahun 1880 yang lokasinya strategis di depan alun-alun, menurut pemilik modal besar,sangat ideal untuk usaha perdagangan.
"Namun, berkat usaha Fakultas Sastra dan Sejarah Unej menggelar seminar cagar budaya dan melakukan dengar pendapat dengan DPRD Jember, berhasil menggagalkan rencana alih fungsi rumah tahanan Jember jadi mal," katanya dikutip Antara.
SMP Negeri 3 Surabaya yang berada di jalan Praban yang merupakan bangunan cagar budaya hingga kini tetap bertahan. "SMP ini dibangun sekitar abad XIX. Banyak siswa SMP ini yang ikut bertarung melawan penjajah dalam perang 10 November 1945," katanya menambahkan.
Banyuwangi memiliki benda dan situs bersejarah. Misalnya, situs Umpak Songo di Muncar diduga dibangun pada abad XIII. Situs ini merupakan peninggalan Wirabhumi.
Sedangkan topeng barong Kemiren yang dibuat ratusan tahun lalu hingga kini masih terawat, karena dikeramatkan oleh penduduk. Topeng ini hanya dipakai saat acara sedekah bumi atau ider bumi. "Bila tidak dikeramatkan, mungkin saja akan digunakan menjadi topeng monyet," kata Edi bergurau.
Upaya untuk melestarikan cagar budaya, menurut Edi, segera membentuk tim peneliti dan pelestarian situs Blambangan dan cagar budaya di Banyuwangi. Melakukan inventarisasi bangunan bersejarah dan studi lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kemudian bangunan bersejarah dibuatkan Perda. Terakhir, tim pelestarian situs dan bangunan cagar budaya mengusulkan situs budaya lokal berubah menjadi situs budaya nasional.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008
Thanks for reading Bangunan Cagar Budaya Jadi Pusat Bisnis

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar