Home » » Bali, Citra Baru Pulau Organik

Bali, Citra Baru Pulau Organik

OLEH: INDAH WULANDARI
hadni_wulan@yahoo.co.id

Persaingan perebutan lahan pasar dan kesempatan kerja makin ketat akibat arus urbanisasi ke Bali. Hal ini menggerus kesempatan kerja penduduk asli Bali. Ketergantungan pada sektor pariwisata sebagai sumber mata pencaharian krama (orang) Bali bisa menjelma menjadi sebuah bom waktu pada satu dasawarsa ke depan.
Faktor budaya dan adat istiadat secara langsung mempengaruhi etos kerja orang Bali yang lemah. Selain itu lemahnya penguasaan IT dan manajemen yang kurang membuat posisi strategis usaha informal didominasi orang non Bali. Orang Bali pun makin termarjinalkan sehingga roh budayanya lenyap. Lenyapnya kekhasan tersebut bisa diamati dalam konsep wisata kota (metropolitan) yang terkesan monoton dan bergantung pada investor asing. Padahal sebelumnya tempat-tempat wisata unggulan seperti pedesaan Sanur, Kuta, Bualu (Nusa Dua), Ubud, Candi Dasa, Kalibukbuk (Lovina) dibangun oleh upaya penduduk lokal. Ketika investor asing masuk, mereka tidak lagi memperhatikan roh budaya yang hidup dalam komunitas masyarakat Bali. Kebutuhan infrastruktur obyek pariwisata internasional seperti tempat hiburan (diskotik, kafe) terus dibangun. Terjadilah perubahan pembangunan ekonomi di berbagai bidang yang berimbas pada kondisi lingkungan sekitar. ‘’Selama kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi penurunan kualitas potensi wisata Bali baik sumber daya alam maupun SDM-nya,” ujar Dr Ir GN Wididana, M.Agr, Direktur Institut Sumber Daya Alam (IPSA) saat ditemui di even workshop perbankan untuk jurnalis “Inflation Target Framework”, Sabtu (29/3) di Hotel Nikki Denpasar.
Penurunan kualitas tersebut, lanjut Wididana, berkaitan pula dengan konsep kultural tri hita karana (manusia menjaga hubungan dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia). Sikap hidup orang Bali di atas rupanya terkalahkan oleh ego kapitalis. Di mana pembangunan ekonomi tidak disertai usaha pelestarian dan peremajaan lingkungan hidup. ‘’Perlu visi baru untuk menumbuhkembangkan perekonomian Bali yang dihidupi dari sektor pariwisata yang stagnan dengan mengoptimalkan sektor lainnya dalam konteks kearifan lokal,” imbuh Wididana atau Pak Oles.
Visi yang dimaksud menerapkan sebuah rancangan baru untuk menarik investor, namun tetap dilingkupi batasan tertentu. Selain mendatangkan keuntungan materi, visi baru seharusnya juga mendatangkan keuntungan secara spiritual dengan adanya jaminan investasi bagi generasi mendatang. Aplikasinya, Pak Oles menggabungkan industri pertanian bersama nilai kultural berwujud konsep desa wisata. Ia pun mendirikan IPSA pada tahun 1997 di desa Bengkel, Buleleng, sebagai pusat studi pembangunan pedesaan, pengembangan teknologi pertanian organik dan EM (effective microorganisms) serta sentra tanaman obat. Proyek ini nyatanya telah membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa sekitar. Minat wisatawan digugah untuk belajar hal baru, mencari produk berkualitas dan sehat, serta melihat langsung perubahan sosial budaya lokal. Citra “Island of Gods” bakal bersanding dengan “Organic Island” yang makin harumkan Bali di mata internasional.
Thanks for reading Bali, Citra Baru Pulau Organik

0 komentar:

Posting Komentar