“Buang Sampah, Buang Uang”
OLEH: AGUS SALAM
‘’Saya ingin mengubah cara berpikir bahwa sampah tidaklah identik dengan bau atau penyakit. Membuang sampah berarti membuang uang’’. Ini ungkapan Wakil Bupati Tangerang terpilih masa periode 2008-2013, H. Rano Karno soal sampah.
“Si Doel Anak Betawi” kini berupaya menyadarkan masyarakat akan nilai ekonomis di balik sampah. Beda dengan para birokrat lainnya, aktor film yang menjadi wakil Bupati Tangerang ini mengajak masyarakat untuk berbisnis sampah. Rano Karno melihat sampah sebagai peluang bisnis yang belum dimanfaatkan.
‘’Sayang dong sampah yang sebenarnya menghasilkan uang jangan dibuang atau bakar, kumpulkan, pisahkan antara yang organik dengan yang anorganik. Anorganik bisa dikiloin dan yang organik bisa dibuat kompos,’’ katanya.
Ajakan Rano disampaikan pada kunjungan kerja pertama setelah terpilih sebagai Wakil Bupati Tangerang di Perumahan Vila Bintaro Indah (VBI), Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang.
‘’Sudah saatnya kita ubah mindset kita bahwa sampah tidaklah identik dengan ’bau’ atau ’penyakit’. Sampah adalah uang dan bersih jika kita mampu mengelolanya dengan tepat, dengan menjadikannya sebagai kompos,’’ kata Rano yang memberi penyuluhan selama 1,5 jam kepada sekitar 1.000 keluarga, lengkap dengan mesin penghancur sampah organik.
Wabup Rano juga meminta ibu-ibu rumah tangga yang disebutnya sebagai ‘manajer’ dalam urusan sampah, memilah-milah sampah terlebih dahulu sebelum dibuang, yakni sampah organik berupa limbah makanan dan tanaman serta limbah anorganik berupa plastik. Limbah organik diolah sendiri menjadi kompos, sedangkan yang anorganik dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul.
Menurut Rano, jika sampah dikelola dengan baik, bisa mendatangkan penghasilan yang cukup lumayan.‘’Saya sendiri memiliki usaha ini, satu kantong pelastik kecil dijual Rp 7500. Siapa sangka bisnis yang dipandang sebelah mata ini per bulannya bisa menghasilkan jutaan rupiah,’’ katanya bangga.
Karena itu, ia mengangkat para pemulung yang biasa mengangkat sampah di perumahan itu sebagai ”pengurus sampah”, yang bisa memperoleh tambahan dengan bekerja sama dengan warga. Ia juga meminta Paguyuban VBI menyediakan lahan 200 meter persegi untuk dijadikan pusat pengelolaan sampah menjadi kompos, sementara alat-alat penghancur sampah organik diupayakan secara swadaya.
Dan, atas nama Pemda Kota Tanggerang, Rano siap menampung kompos yang dibuat masyarakat Tangerang untuk menghijaukan kota Tangerang. ’’Saya akan merekomendasikan kepada Kepala Pertamanan Kota Tanggerang untuk memampung usaha kompos untuk penghijauan kota Tangerang,’’katanya.
Menyangkut program lingkungan hidup, orang nonor dua di Kota Tangerang ini akan berusaha untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan yang telah melebihi kapasitas yang ada di wilayah ini agar udara bersih dapat dihirup penduduk. ‘’Nanti kita buat proyek percontohan kompos untuk dijadikan pupuk sehingga petani tidak tergantung pada bahan penyubur tanaman yang mengandung kimia,’’ kata Duta Lingkungan Hidup yang ditetapkan PBB itu.
OLEH: AGUS SALAM
‘’Saya ingin mengubah cara berpikir bahwa sampah tidaklah identik dengan bau atau penyakit. Membuang sampah berarti membuang uang’’. Ini ungkapan Wakil Bupati Tangerang terpilih masa periode 2008-2013, H. Rano Karno soal sampah.
“Si Doel Anak Betawi” kini berupaya menyadarkan masyarakat akan nilai ekonomis di balik sampah. Beda dengan para birokrat lainnya, aktor film yang menjadi wakil Bupati Tangerang ini mengajak masyarakat untuk berbisnis sampah. Rano Karno melihat sampah sebagai peluang bisnis yang belum dimanfaatkan.
‘’Sayang dong sampah yang sebenarnya menghasilkan uang jangan dibuang atau bakar, kumpulkan, pisahkan antara yang organik dengan yang anorganik. Anorganik bisa dikiloin dan yang organik bisa dibuat kompos,’’ katanya.
Ajakan Rano disampaikan pada kunjungan kerja pertama setelah terpilih sebagai Wakil Bupati Tangerang di Perumahan Vila Bintaro Indah (VBI), Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang.
‘’Sudah saatnya kita ubah mindset kita bahwa sampah tidaklah identik dengan ’bau’ atau ’penyakit’. Sampah adalah uang dan bersih jika kita mampu mengelolanya dengan tepat, dengan menjadikannya sebagai kompos,’’ kata Rano yang memberi penyuluhan selama 1,5 jam kepada sekitar 1.000 keluarga, lengkap dengan mesin penghancur sampah organik.
Wabup Rano juga meminta ibu-ibu rumah tangga yang disebutnya sebagai ‘manajer’ dalam urusan sampah, memilah-milah sampah terlebih dahulu sebelum dibuang, yakni sampah organik berupa limbah makanan dan tanaman serta limbah anorganik berupa plastik. Limbah organik diolah sendiri menjadi kompos, sedangkan yang anorganik dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul.
Menurut Rano, jika sampah dikelola dengan baik, bisa mendatangkan penghasilan yang cukup lumayan.‘’Saya sendiri memiliki usaha ini, satu kantong pelastik kecil dijual Rp 7500. Siapa sangka bisnis yang dipandang sebelah mata ini per bulannya bisa menghasilkan jutaan rupiah,’’ katanya bangga.
Karena itu, ia mengangkat para pemulung yang biasa mengangkat sampah di perumahan itu sebagai ”pengurus sampah”, yang bisa memperoleh tambahan dengan bekerja sama dengan warga. Ia juga meminta Paguyuban VBI menyediakan lahan 200 meter persegi untuk dijadikan pusat pengelolaan sampah menjadi kompos, sementara alat-alat penghancur sampah organik diupayakan secara swadaya.
Dan, atas nama Pemda Kota Tanggerang, Rano siap menampung kompos yang dibuat masyarakat Tangerang untuk menghijaukan kota Tangerang. ’’Saya akan merekomendasikan kepada Kepala Pertamanan Kota Tanggerang untuk memampung usaha kompos untuk penghijauan kota Tangerang,’’katanya.
Menyangkut program lingkungan hidup, orang nonor dua di Kota Tangerang ini akan berusaha untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan yang telah melebihi kapasitas yang ada di wilayah ini agar udara bersih dapat dihirup penduduk. ‘’Nanti kita buat proyek percontohan kompos untuk dijadikan pupuk sehingga petani tidak tergantung pada bahan penyubur tanaman yang mengandung kimia,’’ kata Duta Lingkungan Hidup yang ditetapkan PBB itu.
0 komentar:
Posting Komentar