Semua juga tahu kalau akhir-akhir ini harga barang melambung tinggi. Katanya pemerintah mengganti minyak tanah ke gas. Tapi di lapangan semua itu tak ada realisasinya. Gas LPG yang seharusnya banyak ditemukan tapi ternyata hilang. Minyak tanah pun tak diketahui rimbanya. Bagi pengusaha kecil hal ini tentu dapat membunuh mereka.
Tapi saya bersyukur, karena meskipun harus berkejaran dengan waktu dan harga yang semakin mahal. Tapi saya tetap bertahan untuk keliling membawa donat ke warung-warung. Memang, bukan saya yang membuat donat itu, tapi secara tidak langsung saya ikut terlibat. Karena pembuatan donat itu kerjasama dengan teman yang pintar membuat donat. Saya hanya mengedarkan donat saja. Ya, meskipun hanya seputaran Kapten Japa, Letda Reta dan Kreneng saja tapi rupiah terus mengalir.
Kita tidak boleh mengeluhkan harga yang semakin melambung. Karena dengan kita mengeluh, harga tidak akan turun. Sama seperti ketika saya harus keliling mengantarkan donat sedangkan bensin tipis. Meskipun harus mengejar waktu dan ikut mengantri bensin tapi itu tetap saya lakukan. Demi mengepulnya asap dapur yang tidak boleh seharipun berhenti. Tapi saya beruntung tidak pernah sampai dorong motor. Meskipun harus antre dan mencari hingga daerah pelosok. Beruntung bensin saya dapatkan jadi saya tetap bisa kerja.
Pekerjaan mengantarkan donat tidak saya anggap remeh. Karena dari sana saya bisa membantu keuangan suami. Meskipun gaji suami cukup untuk makan sehari-hari tapi kami harus tetap punya tabungan. Untuk kelanjutan sekolah anak kami yang sekarang sudah kelas 5 SD. Dan sedikit membenahi rumah agar tetap nyaman untuk kami tinggalin. Saya berharap suplai bensin tetap lancar. Karena dari bensin saya menggantungkan hidup. Tanpa bensin saya tentu tak bisa mengantarkan donat ke warung langganan.
Komentar: Ibu Wiwik, pedagang kue keliling, Jl Kapten Japa No 6 (belakang asrama tentara Yang Batu). Denpasar.
Tapi saya bersyukur, karena meskipun harus berkejaran dengan waktu dan harga yang semakin mahal. Tapi saya tetap bertahan untuk keliling membawa donat ke warung-warung. Memang, bukan saya yang membuat donat itu, tapi secara tidak langsung saya ikut terlibat. Karena pembuatan donat itu kerjasama dengan teman yang pintar membuat donat. Saya hanya mengedarkan donat saja. Ya, meskipun hanya seputaran Kapten Japa, Letda Reta dan Kreneng saja tapi rupiah terus mengalir.
Kita tidak boleh mengeluhkan harga yang semakin melambung. Karena dengan kita mengeluh, harga tidak akan turun. Sama seperti ketika saya harus keliling mengantarkan donat sedangkan bensin tipis. Meskipun harus mengejar waktu dan ikut mengantri bensin tapi itu tetap saya lakukan. Demi mengepulnya asap dapur yang tidak boleh seharipun berhenti. Tapi saya beruntung tidak pernah sampai dorong motor. Meskipun harus antre dan mencari hingga daerah pelosok. Beruntung bensin saya dapatkan jadi saya tetap bisa kerja.
Pekerjaan mengantarkan donat tidak saya anggap remeh. Karena dari sana saya bisa membantu keuangan suami. Meskipun gaji suami cukup untuk makan sehari-hari tapi kami harus tetap punya tabungan. Untuk kelanjutan sekolah anak kami yang sekarang sudah kelas 5 SD. Dan sedikit membenahi rumah agar tetap nyaman untuk kami tinggalin. Saya berharap suplai bensin tetap lancar. Karena dari bensin saya menggantungkan hidup. Tanpa bensin saya tentu tak bisa mengantarkan donat ke warung langganan.
Komentar: Ibu Wiwik, pedagang kue keliling, Jl Kapten Japa No 6 (belakang asrama tentara Yang Batu). Denpasar.
0 komentar:
Posting Komentar