Oleh: Heni Kurniawati
Pagi itu (25/3), pukul 08.00 Wita, sekelompok wanita tua berjalan menuju sebuah rumah yang dijadikan tempat pertemuan di jalan Letda Reta no 3, Renon, Denpasar. Langkah mereka nampak tertatih-tatih dengan tubuh kurus terbungkus kulit keriput. Rona kehidupan masih berbinar di bola mata mereka. Ada asa yang menggelayut di kalbu meski tubuh telah renta digilas roda waktu.
Ya hari itu sedikitnya 30 orang manula asal Denpasar yang kurang mampu (dhuafa) menerima uluran bantuan dari Badan Amal Zakat Nasional, Lagzis. Sebuah lembaga donatur yang memperhatikan nasib para manula dan berbagi kasih dengan kaum jompo. Mereka menerima santunan sebesar Rp 100 ribu per kepala.
Margiyanto salah satu donatur Laqzis dengan terharu menyerahkan bantuan kepada para manula tersebut. Ia pun terkenang akan masa kecilnya yang bertabur kasih sayang ibunya. Keikhlasan yang ditunjukan seorang ibu membuatnya tergerak menyisihkan sebagian harta untuk para manula yang tidak memiliki anak selayaknya diri. ”Masih tergiang dalam ingatan ketika ibu saya tanpa pamrih melahirkan dan membesarkan kita hingga sekarang. Apa yang saya lakukan untuk ibu sekarang tidaklah cukup untuk membalas semua yang telah diberikannya,” ujar staf pemasaran Multimedia Metropolitan.
Bagi Margiyanto, berbagi dengan para manula salah satu bakti pada sesama yang kekurangan. Secara tidak langsung pula tanda bakti kepada orangtua sendiri. “Para jompo secara finansial dan fisik sudah tidak mampu untuk menghidupi dirinya. Kita harus ikhlas untuk membantu seperti yang diajarkan orangtua kita,” katanya.
Sementara Ida Aliyah, ketua programmer Laqzis pusat Surabaya, mengatakan helatan acara berbagi kasih dengan kaum jompo mengingat mereka (orang tua) yang tidak memiliki anak atau memiliki anak tetapi tidak dapat mengubah nasibnya. Mereka mendapat perhatian para donatur (komunitas peduli) dan laqzis. Santunan yang diberikan Rp 100 ribu, yang terbagi Rp 50 ribu berupa sembako dan sisanya dalam bentuk uang tunai.
Menurut Ida Alilyah, pihaknya menyeleksi kaum jompo yang benar-benar berasal dari penduduk tidak mampu. Orang tua merupakan cerminan kehidupan kita kelak di hari tua. Untuk itu, Laqzis ingin para donatur berinteraksi secara langsung dengan para jompo. Semua ide datang dari komunitas peduli. Karena Laqzis ingin agar para donatur dapat terjun langsung ke masyarakat dan merangsang donatur untuk terus berbagi dengan kaum dhuafa. “Laqzis hanya sebagai fasilitator donatur dengan kaum dhuafa. Bantuan yang diberikan merupakan bantuan aktif dan pasif. Untuk para dhuafa yang masih aktif diberi bantuan modal usaha. Sementara bagi para manula yang pasif hanya sesekali diberi sumbangan,” bebernya.
Pagi itu (25/3), pukul 08.00 Wita, sekelompok wanita tua berjalan menuju sebuah rumah yang dijadikan tempat pertemuan di jalan Letda Reta no 3, Renon, Denpasar. Langkah mereka nampak tertatih-tatih dengan tubuh kurus terbungkus kulit keriput. Rona kehidupan masih berbinar di bola mata mereka. Ada asa yang menggelayut di kalbu meski tubuh telah renta digilas roda waktu.
Ya hari itu sedikitnya 30 orang manula asal Denpasar yang kurang mampu (dhuafa) menerima uluran bantuan dari Badan Amal Zakat Nasional, Lagzis. Sebuah lembaga donatur yang memperhatikan nasib para manula dan berbagi kasih dengan kaum jompo. Mereka menerima santunan sebesar Rp 100 ribu per kepala.
Margiyanto salah satu donatur Laqzis dengan terharu menyerahkan bantuan kepada para manula tersebut. Ia pun terkenang akan masa kecilnya yang bertabur kasih sayang ibunya. Keikhlasan yang ditunjukan seorang ibu membuatnya tergerak menyisihkan sebagian harta untuk para manula yang tidak memiliki anak selayaknya diri. ”Masih tergiang dalam ingatan ketika ibu saya tanpa pamrih melahirkan dan membesarkan kita hingga sekarang. Apa yang saya lakukan untuk ibu sekarang tidaklah cukup untuk membalas semua yang telah diberikannya,” ujar staf pemasaran Multimedia Metropolitan.
Bagi Margiyanto, berbagi dengan para manula salah satu bakti pada sesama yang kekurangan. Secara tidak langsung pula tanda bakti kepada orangtua sendiri. “Para jompo secara finansial dan fisik sudah tidak mampu untuk menghidupi dirinya. Kita harus ikhlas untuk membantu seperti yang diajarkan orangtua kita,” katanya.
Sementara Ida Aliyah, ketua programmer Laqzis pusat Surabaya, mengatakan helatan acara berbagi kasih dengan kaum jompo mengingat mereka (orang tua) yang tidak memiliki anak atau memiliki anak tetapi tidak dapat mengubah nasibnya. Mereka mendapat perhatian para donatur (komunitas peduli) dan laqzis. Santunan yang diberikan Rp 100 ribu, yang terbagi Rp 50 ribu berupa sembako dan sisanya dalam bentuk uang tunai.
Menurut Ida Alilyah, pihaknya menyeleksi kaum jompo yang benar-benar berasal dari penduduk tidak mampu. Orang tua merupakan cerminan kehidupan kita kelak di hari tua. Untuk itu, Laqzis ingin para donatur berinteraksi secara langsung dengan para jompo. Semua ide datang dari komunitas peduli. Karena Laqzis ingin agar para donatur dapat terjun langsung ke masyarakat dan merangsang donatur untuk terus berbagi dengan kaum dhuafa. “Laqzis hanya sebagai fasilitator donatur dengan kaum dhuafa. Bantuan yang diberikan merupakan bantuan aktif dan pasif. Untuk para dhuafa yang masih aktif diberi bantuan modal usaha. Sementara bagi para manula yang pasif hanya sesekali diberi sumbangan,” bebernya.
0 komentar:
Posting Komentar