Penyembuhan Alternatif Bagi Autis
OLEH: AGUS SALAM
Serangkaian penelitian di sejumlah negara menunjukkan, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncactus) ini memiliki kemampuan membantu terapi medik untuk sejumlah penyakit, terutama gangguan fungsi saraf motorik, autisme, dan cacat mental lainnya.
Terapi stimulasi saraf pada anak cacat mental dan fisik antara lain dilakukan di Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Israel, dan Ukraina. Di Gold Coast Queensland, Australia, anak cacat mental dan fisik dapat membaik setelah 18 bulan bermain di kolam dengan tujuh lumba-lumba.
Percobaan serupa di Florida, AS, menunjukkan anak tunawicara bisa bereaksi lebih baik dan mulai belajar membaca. Terapi itu merangsang otak mereka dengan suara lumba-lumba yang berfrekuensi tinggi sehingga anak-anak cacat dapat meningkat kemampuan koordinasi dan gerakannya setelah menjalani terapi tersebut.
Menurut pakar autis Melly Budhiman dari Yayasan Autisma Indonesia, mengatakan, autis merupakan gangguan neurobiologis yang diakibatkan oleh pengaruh biokimia, lingkungan buruk, dan psikologis. Gangguan perilaku dapat terjadi karena kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, dan kesulitan dalam berbahasa. Semua gangguan tersebut mempengaruhi fungsi otak. ”Dengan memperbaiki gangguan itu, maka fungsi otak pun akan membaik,’’ katanya.
Ada beberapa tahap yang perlu dilalui pasien sebelum menjalani terapi lumba-lumba. Tahap pertama adalah proses adaptasi dengan mamalia laut ini. Berada dalam kolam, pasien yang dilengkapi jaket pelampung akan dikelilingi dan disentuhnya.
Pada tahap berikutnya selama mengelilingi pasien, lumba-lumba akan mengeluarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi bagian-bagian yang mengalami gangguan, yaitu yang memiliki tingkat kekentalan atau masa jenis yang berbeda dengan bagian yang normal. Artinya, memantulkan frekuensi berbeda. Di bagian itu lumba-lumba akan mengeluarkan suara tertentu dan kadang kala mematuk dengan moncongnya sebagai bagian dari terapi.
Selama proses terapi itu suara-suara yang dikeluarkan lumba-lumba lewat lubang hidungnya direkam melalui hidrofon. Dalam analisis bioakustik diperoleh spektrum akustik gelombang optimal bagi obyek yang ditangani.
Mamalia yang masuk ordo Cetacea ini mengeluarkan daya akustik hingga 1 kilowatt. Ia juga dapat memancarkan gelombang radio 7 kilo hertz hingga 120 kHz, dan sebaliknya menerima 150 Hz hingga 150 kHz. Ada tiga jenis suara yang dikeluarkan yaitu siulan, klik dan lengkingan. Terapi lumba-lumba di tanah air yang ada saat ini adalah di Taman Ancol (Jakarta) dan Singaraja, Taman Lovina (Bali).
OLEH: AGUS SALAM
Serangkaian penelitian di sejumlah negara menunjukkan, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncactus) ini memiliki kemampuan membantu terapi medik untuk sejumlah penyakit, terutama gangguan fungsi saraf motorik, autisme, dan cacat mental lainnya.
Terapi stimulasi saraf pada anak cacat mental dan fisik antara lain dilakukan di Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Israel, dan Ukraina. Di Gold Coast Queensland, Australia, anak cacat mental dan fisik dapat membaik setelah 18 bulan bermain di kolam dengan tujuh lumba-lumba.
Percobaan serupa di Florida, AS, menunjukkan anak tunawicara bisa bereaksi lebih baik dan mulai belajar membaca. Terapi itu merangsang otak mereka dengan suara lumba-lumba yang berfrekuensi tinggi sehingga anak-anak cacat dapat meningkat kemampuan koordinasi dan gerakannya setelah menjalani terapi tersebut.
Menurut pakar autis Melly Budhiman dari Yayasan Autisma Indonesia, mengatakan, autis merupakan gangguan neurobiologis yang diakibatkan oleh pengaruh biokimia, lingkungan buruk, dan psikologis. Gangguan perilaku dapat terjadi karena kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, dan kesulitan dalam berbahasa. Semua gangguan tersebut mempengaruhi fungsi otak. ”Dengan memperbaiki gangguan itu, maka fungsi otak pun akan membaik,’’ katanya.
Ada beberapa tahap yang perlu dilalui pasien sebelum menjalani terapi lumba-lumba. Tahap pertama adalah proses adaptasi dengan mamalia laut ini. Berada dalam kolam, pasien yang dilengkapi jaket pelampung akan dikelilingi dan disentuhnya.
Pada tahap berikutnya selama mengelilingi pasien, lumba-lumba akan mengeluarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi bagian-bagian yang mengalami gangguan, yaitu yang memiliki tingkat kekentalan atau masa jenis yang berbeda dengan bagian yang normal. Artinya, memantulkan frekuensi berbeda. Di bagian itu lumba-lumba akan mengeluarkan suara tertentu dan kadang kala mematuk dengan moncongnya sebagai bagian dari terapi.
Selama proses terapi itu suara-suara yang dikeluarkan lumba-lumba lewat lubang hidungnya direkam melalui hidrofon. Dalam analisis bioakustik diperoleh spektrum akustik gelombang optimal bagi obyek yang ditangani.
Mamalia yang masuk ordo Cetacea ini mengeluarkan daya akustik hingga 1 kilowatt. Ia juga dapat memancarkan gelombang radio 7 kilo hertz hingga 120 kHz, dan sebaliknya menerima 150 Hz hingga 150 kHz. Ada tiga jenis suara yang dikeluarkan yaitu siulan, klik dan lengkingan. Terapi lumba-lumba di tanah air yang ada saat ini adalah di Taman Ancol (Jakarta) dan Singaraja, Taman Lovina (Bali).
0 komentar:
Posting Komentar