Pengin Dipermak

thumbnail
Tanya: Umur saya sudah 50 tahun. Belum menopause. Masih tokcer and hot menjalankan tugas. Kadang-kadang saya ingin lebih membahagiakan suami. Misalnya mereparasi vagina dengan operasi ringan, biar perawan lagi gitu loh...! Mohon saran....!
Dari: Ayuk, Surabaya.
Jawab:
Waduh Rek...! Wong masih tokcer and hot kok direparasi. Yang penting keluhan dari suami juga tidak ada, kok onderdilnya dipermak. Kalau salah permak gimana? Kan yang rugi mbak juga...! Jangan terlalu percaya bahwa vagina bisa direparasi, apalagi bisa perawan lagi. Jagalah berat badan dan postur tubuh anda yang ideal, misalnya denga diet dan senam yang tepat. Dengan demikian anda sudah menjaga kekenyalannya dan bentuknya seperti muda lagi. Yang penting rawatlah dia agar tetap sehat. Gitu aja sudah cukup. Jangan dipermak-permak segala.....! Nanti memble...!

KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Untung Dan Jujur

thumbnail
Oleh: Pak Oles
Untung adalah nilai positif dari selisih pendapatan dikurangi pengeluaran. Setiap usaha bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi tidak semua usaha bisa mendapatkannya. Diperlukan usaha yang keras, keahlian dan pengalaman untuk bisa meraih keuntungan. Jika tidak, maka bukan untung yang didapatkan, tetapi buntung, alias rugi sampai habis modal.

Keuntungan ada dua macam, yaitu keuntungan material dan spiritual. Keuntungan material bisa dilihat barangnya dan dihitung rupiahnya. Keuntungan spiritual tidak bisa dilihat barang dan duitnya, tapi dapat dirasakan berupa kenyamanan, kenikmatan dan kepuasan batin. Keuntungan material dan spiritual ibarat dua sisi mata uang yang harus diambil keduanya. Kadang-kadang kita berusaha hanya mengutamakan keuntungan material dengan mengesampingkan keuntungan spiritual. Hasilnya tentu bisa ditebak, yaitu berupa kesepian, ketidakpuasan, hilangnya harga diri dan perasaan tidak berguna. Contohnya: bagaimana perasaan kita jika kita mendapatkan untung dari usaha dengan mengorbankan nyawa orang lain, menyebabkan orang lain sakit atau mengalami kecelakaan; bagaimana perasaan kita jika kita mendapatkan untung besar, tetapi nama baik kita tercemar. Dalam hal ini kita merasakan bahwa ada nilai keuntungan spiritual yang hilang, yaitu merasa bersalah dan berdosa karena menghilangkan nyawa orang lain, serta merasa dikucilkan karena nama kita berbau busuk. Yang paling utama dalam mendapatkan keuntungan adalah bagaimana kita bisa mendapatkan keuntungan material dan spiritual. Untuk mendapatkan keduanya, maka dahulukan keuntungan spiritual, selanjutnya keuntungan material mengikutinya.
Dalam dunia usaha, bangsa kita termasuk bangsa yang tidak dipercaya oleh bangsanya sendiri dan juga oleh bangsa lain. Kenapa demikian? Mungkin salah satu jawabannya yang tepat, adalah karena terlalu banyak penipu bergentayangan dan terlalu banyak korban penipuan bergelimpangan, yang mengakibatkan keraguan dan sikap ekstra hati-hati untuk menangkal penipuan harus dilakukan. Barangsiapa yang lengah, maka siap-siap saja kena kemplang. Artinya, kalau keraguan dan ketidakpercayaan selalu mewarnai transaksi bisnis, maka pastilah bisnisnya kandas di tengah jalan, karena si penipu lari, dan yang ditipu bangkrut. Tentu saja biaya keraguan dan ketidakpercayaan jika dihitung secara materi menjadi sangat tinggi, karena bisa menimbulkan biaya siluman yang muncul tiba-tiba jika ada masalah, atau bisa juga menjadi usaha yang gagal total, jika masalahnya sangat besar dan tidak dapat ditanggulangi.
Contohnya: suatu kawasan perluasan kota sudah ditetapkan dalam bentuk perencanaan tata kota. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh calo tanah, investor atau pejabat yang ingin bermain, yaitu mengapling tanah terlebih dahulu dengan harga murah, kemudian menjualnya dengan harga tinggi. Semakin lama proyek tersebut terlaksana, maka harga tanah akan semakin naik, karena sudah terjadi transaksi tanah yang sama berkali-kali. Dari segi etika bisnis, jelas bisnis tersebut sudah tidak ada etikanya, karena ingin mendapatkan keuntungan dari informasi yang kacau. Bagaimana kalau proyek perluasan kota itu batal karena harga tanah yang tidak terjangkau? Tentu saja pembeli tanah yang terakhir akan rugi berat. Jika proyek perluasan kota itu dilaksanakan, tentu biayanya menjadi sangat besar yang menjadi beban masyarakat. Dalam kasus yang ekstrim, ada bupati atau gubernur yang bermain sendiri menjadi calo tanah dan sangat terpaksa berurusan dengan jaksa dan pengadilan karena kasusnya sudah tidak bisa ditutupi lagi.
Pernahkah anda mendengar berita tentang pabrik obat yang menjual obat palsu; obat dalam kemasan hanya mengandung tepung; pabrik jamu untuk stamina yang di dalam kemasannya mengandung obat kuat yang pada akhirnya bisa merusak ginjal orang; tahu dan bakso yang diawetkan dengan formalin; orang mengoplos BBM dengan cairan tertentu agar terlihat seperti solar dan bensin asli; orang menjual gas di dalam tabung yang dikentutkan terlebih dahulu; truk pasir yang “berak” di jalan; truk BBM yang “kencing” di jalan; daging limbah hotel yang sudah busuk dan diolah dengan formalin dan bumbu menjadi empal dan dendeng kemudian dijual. Kalau anda rajin nonton TV, berita seperti itu sudah menjadi menu mingguan. Inti beritanya adalah penipuan di dalam bisnis dan usaha. Masalahnya adalah si penipu tidak pernah bertobat merugikan orang lain; melalui berita, si penipu menularkan ilmunya kepada orang lain untuk bisa diterapkan secara bebas; polisi dan pemerintah selalu kalah gesit menghadang langkah penipu, karena korban selalu lebih dulu muncul daripada tindakan pencegahan; masyarakat yang ditipu selalu kecolongan sakit gigi sambil berkata “bangsat dan sialan lu!;” hukuman kepada si penipu juga tidak terlalu berat, sehingga si penipu ketagihan mengulanginya.
Saya mencoba merenung untuk mencari jawaban dari masalah tipu-menipu di dalam bisnis, yang mungkin sudah menjadi semacam peringatan merek dagang bagi pengusaha bangsa lain jika berbisnis di negara kita: “hati-hati bisnis di Indonesia, banyak penipunya!” Kenapa kita menjadi masyarakat yang susah dipercayai oleh orang lain , dan juga susah mempercayai orang lain? Jawabannya adalah karena kita kurang bertakwa. Takwa artinya mengagungkan Tuhan dan menjauhi larangannya. Takwa artinya memiliki iman yang benar, merealisasikan iman di hati dengan perkataan dan perbuatan, menjauhkan diri dari kekufuran dan perbuatan hina. Salah satu sifat orang yang bertakwa adalah memiliki kejujuran (shidiq). Kalau jujur saja tidak bisa, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa diri kita bertakwa, karena salah satu syarat bertakwa sudah tidak terpenuhi.
Mungkin takwa yang kita lakukan baru kulitnya saja. Baru mencoba jujur kepada Tuhan. Karena kita tahu Tuhan maha pemaaf dan pengasih. Sehingga walaupun kita tidak jujur kepadaNya, maka pastilah dimaafkan. Kita banyak lupa tentang pentingnya jujur kepada diri sendiri dan orang lain. Kita juga sering lupa bahwa praktek nyata kejujuran kepada diri sendiri dan orang lain merupakan bukti yang kita tunjukkan untuk jujur kepada Tuhan.
Dalam bisnis diperlukan kreativitas. Kreativitas itu penting untuk menghasilkan produk baru dan peluang baru untuk kehidupan baru. Menipu bukanlah bentuk kreatif. Menipu tidak menghidupkan usaha, tetapi mematikannya. Termasuk mematikan dirinya sendiri dan mematikan orang lain. Orang tidak jujur pasti masuk kubur. Bukan sebaliknya!
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Model Bukan “Bumbu Penyedap”

thumbnail
Saras Pingak
Dunia otomotif memang identik dengan dunia kaum pria. Wanita cantik justru jadi spirit inspirasi lahirnya sebuah karya. Dalam gebyar hajatan otomotif, mulai dari launching produk, balapan, acara klub, pameran hingga olah modifikasi, wajah cantik kaum hawa selalu hadir sebagai pemagnet. Konon, wanita cantik identik dengan gemerlap dunia otomotif. Mungkin itulah model cantik Saras Pingak kerap bersanding dengan produk otomotif.
Dara yang menyukai warna ungu itu, agak menampik jika wanita cantik sekedar “bumbu penyedap”. Tidak salah bila antara model dan produk erat kaitannya. “Membahas dunia otomotif, tanpa wanita akan jadi kering,” kata wanita yang gemar menggambar ini.
Saras juga getol mendalami trend fashion. Gara-gara fashion, mahasiswi arsitektur Universitas Udayana Denpasar ini pernah menabrak Honda City karena pandangannya dialihkan ke butik pakaian saat berkendara. “Jadi siap ganti rugi deh,” ujarnya mengenang.

Biodata:
Nama Lengkap : Saras Pingak
Panggilan : Saras
TTL : Depok, 13 April 1984
Tinggi/Berat Badan : 165cm/49kg
Orangtua : Danial R. Pingak & Ni Kadek Arsini
Pendidikan Terakhir : Mahasiswi Arsitektur Universitas Udayana
Prestasi : Paskibraka tahun 2000 di Jakarta Timur
Finalis Miss Accelera tahun 2007
Semi Finalis SCTV Goes to Campus tahun 2005
Lokasi Pemotretan : Puri Asih Hotel
Jl Pantai Kuta 40, Telp (0361) 755 330, 752 933
Hair Stylist & Make Up : Hanzen (Puri Asih Salon)
Kontak Person : : Bayu (0817 343424)
Mobil :
- Karimun, Swift (Club Browniez)
- Jimny Katana (Club Fingers)
- BMW 318i (Club Victory)
- Escudo (Club Speed People)
Fotografer : Gede Sustrawan & Putu Wirnata
(IGA Mayuni)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Bokashi Sekar Pupuk Spesial Tanaman Bunga

thumbnail
Oleh: Wayan Nita
Para penghobi tanaman hias kini boleh lega. Kelangkaan pupuk kimia dengan plus minusnya, tidak menjadi masalah bagi para hobis. Bokashi Sekar, sebagai pupuk organik yang khusus untuk bunga dan tanaman hias dapat diandalkan demi pengembangan usaha ini.
Pupuk organik ini diproduksi PT Songgolangit Persada dengan memanfaatkan teknologi EM. Kehadiran pupuk ini tidak terlepas dari banyaknya permintaan konsumen pada pupuk khusus buat tanaman hias. Selama ini, para hobis tanaman hias spesial anggrek memakai pupuk Bokashi. Dari desakan itu, staf ahli Teknologi EM (Effective Microorganisems) menggalakkan pertanian berbasis pertanian organik. Mereka meciptakan Bokashi Sekar sebagai pupuk organik, khusus tanaman hias.

Ir Nyoman Darma Asmara, staf ahli Teknologi EM, hadirnya pupuk Bokashi Sekar di pasaran sebagai jawaban terhadap permintaan penghobi dan pebisnis anggrek. Sebagian dari mereka mengeluh dampak yang dirasakan setelah pemakaian pupuk kimia, baik pada lingkungan maupun tanaman hias.
Sebelum dilempar ke pasaran, pihaknya telah melakukan uji coba sampel ke beberapa jenis bunga anggrek dengan campuran pupuk kandang kambing, larutan EM4 dan bahan organik lain. Hasilnya, tanaman anggrek yang diberi perlakuan dengan bahan campuran tadi hasilnya lebih bagus daripada tanpa perlakuan.
"Untuk pembuktian lebih lanjut, dicobakan pada stan Flora Bali yang khusus membudidayakan dan menjual anggrek juga di beberapa pemerhati bunga. Setelah lewat dua musim terlihat hasilnya lebih bagus daripada yang tanpa perlakuan," tegas Asmara.
Dari uji coba itu, dilanjutkan dengan pematenan produk campuran EM4, pupuk kandang kambing dan bahan lain yang akhirnya menjadi produk dengan nama pupuk Bokashi Sekar. Dipilih bahan pupuk kadang kambing, menurut Asmara, karena dari hasil penelitian, kandungan hara yang dibutuhkan tanaman lebih tinggi dibanding kotoran sapi maupun ayam.
Selain itu, kambing diternakkan sendiri oleh penduduk desa Bengkel, Buleleng dengan perawatan diawasi staf IPSA. Makanan kambing biasa dicampur cairan EM4. Untuk perawatan ternak dan kandang kambing sendiri juga memakai EM sehingga kotoran yang dihasilkan mengandung bahan organik yang baik untuk pupuk. ’’Itu yang menjadi nilai plus untuk pupuk Bokashi Sekar,’’ ujar Asmara.
Bentuk pupuk yang butiran halus memberi keuntungan bagi para penggemar anggrek. Aplikasinya, cukup ditaburkan di atas media anggrek, tidak menimbulkan bau dan tidak meningalkan residu. Pemberian pupuk Bokashi Sekar ke tanaman agar tersedia unsur hara bagi perakaran dan menjaga kelembaban media.
Untuk mendapat hasil yang maksimal, tanaman anggrek perlu disemprot dengan Sarula dan Saferto yang merupakan pupuk organik berbahan EM4. Sarula adalah bahan organik yang mengandung EM4 dan memacu pertumbuhan tanaman. Saferto adalah pestisida alami untuk mencegah serangan hama dan penyakit. "Setelah menggunakan perawatan dengan produk EM dan pupuk Bokashi Sekar daun tanaman lebih kilap, lebih tebal dan menjadi lebih sering berbunga," tambah instruktur pelatihan di IPSA (Institut Pengembangan Sumber Daya) di desa Bengkel, Buleleng itu.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

API Garap Taman Wisata Lebah

thumbnail
OLEH: Albert Kin Ose M
fukafehan@yahoo.net.id
Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) siap menggarap obyek wisata lebah di bumi perkemahan Pramuka Cibubur, Jawa Barat. Rencana tersebut sebagai ekpansi bisnis setelah sukses memasarkan dan membangun sentra-sentra perlebahan yang dikelola para peternak lebah di berbagai daerah di Indonesia.
Kepada media ini di Yogyakarta, Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), H Wawan Darmawan SE, MBA menjelaskan, untuk mewujudkan rencana bisnis tersebut, pihaknya sudah mulai menggarap obyek wisata lebah dengan merancang menu-menu obyek yang bisa menarik wisatawan dalam dan luar negeri ke daerah yang terletak di Jakarta Timur tersebut. Selain di Cibubur, juga dibangun di Suka Tani Cimanggis, Kota Depok.

‘’Kami membuat taman wisata lebah karena bisnis ini tidak berpengaruh dengan krisis ekonomi. Jadi ada dua jenis bisnis yang menarik yang tidak berpengaruh dengan krisis ekonomi yaitu bisnis wisata dan bisnis produk kesehatan. Karena nggak mungkin orang yang tidak mempunyai uang terhindar dari obyek wisata dan tidak mungkin orang yang tidak punya uang akan terhindar dari segala yang berhubungan dengan kesehatan,’’ tegas pria yang diakrabi Pak Lebah ini.
Selain memiliki potensi bisnis yang baik, kata Wawan, API ingin memperkenalkan dan menggarap wisata perlebahan dengan tujuan agar masyarakat bisa melihat langsung bagaimana lebah itu dibudidayakan sampai dipanen madunya. Sebagai pendukung taman wisata lebah, API bekerja sama dengan Pramuka Indonesia menghadirkan jenis-jenis lebah di Indonesia dan lebah-lebah luar negeri yang dilengkapi informasi centre perlebahan, baik secara lisan maupun tertulis berupa buku-buku dan literature kesusasteraan yang memadai.
Khusus pusat informasi, lanjut pria yang sudah mengunjungi berbagai negara penghasil lebah dan madu di dunia ini, API menyediakan juga mini teater yang menyajikan informasi tentang lebah secara langsung melalui pemutaran film berdurasi 5-10 menit. ‘’Setelah itu pengunjung diantar melihat mini farm. Di lokasi tersebut mereka bisa melihat lebah yang dibudidayakan dan teristimewa lebah-lebah liar. Bagaimana beternak lebah, bee pollen dan merasakan langsung panen madu.
Pakar lebah ini menambahkan, lebah tidak hanya diambil madunya tetapi apapun yang dihasilkan lebah sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kesehatan umat manusia. Seperti saat ini racun lebah sudah banyak diminati masyarakat untuk dijadikan obat. Untuk kesehatan, pengobatan dengan sengatan lebah bisa mengatasi berbagai penyakit seperti darah tinggi, stroke dan rematik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Kaum Ibu Malu Periksa Alat Reproduksi

thumbnail
Wanita terutama kaum ibu umumnya masih takut dan malu memeriksakan alat reproduksinya pada bidan maupun dokter. “Padahal, dengan rajin memeriksakan kesehatan organ penting ini, wanita dapat terhindar dari kematian akibat kanker mulut rahim," kata dokter spesialis kandungan dr Ade Amansyah di Medan kepada Antara.
Ia mengatakan seharusnya wanita lebih terbuka mengenai kesehatan alat reproduksinya, bukan sebaliknya merasa takut dan malu untuk memeriksakan secara rutin kepada bidan maupun dokter.
Menurut dia, pemeriksaan alat reproduksi tidak memakan waktu lama, hanya sekitar satu menit sudah selesai. "Pemeriksaan dilakukan dengan cara Inspecula Visual Asam Asetat (IVA), yaitu mengolesi leher rahim dengan cairan asam cuka," katanya.
Meski demikian, kata Ade, pemeriksaan tidak dapat dilakukan seorang diri, harus oleh perawat yang terlatih, bidan maupun dokter umum dan dokter spesialis.
Kata dia, cara pemeriksaannya juga biasa disebut `see and treat` (melihat dan mencoba). Pemeriksaan alat reproduksi minimal satu sampai tiga kali dalam setahun. "Jika terdeteksi tidak ada kanker, untuk selanjutnya bisa dilakukan setiap lima tahun sekali," katanya.
Selain memeriksakan kesehatan reproduksi seperti di papsmeer, menurut Ade juga dianjurkan wanita terutama mereka yang telah menikah dan melakukan hubungan suami-istri untuk selalu menjaga kesehatan kewanitaannya. "Dengan rajin membersihkan bagian kewanitaan dengan air bersih, dan memakai pakaian dalam yang kering serta bersih, mudah-mudahan terhindar dari penyakit," katanya.
Data dari World Health Organizations (WHO) mengemukakan bahwa kaum perempuan lebih rentan untuk terkena berbagai macam penyakit yang terkait dengan kesehatan reproduksi dibandingkan dengan kaum laki-laki.
"WHO mengestimasikan bahwa penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mencakup 33 persen dari beragam penyakit yang pernah diderita oleh kaum perempuan, sedangkan pada kaum laki-laki adalah 12,3 persen," kata Representative atau Perwakilan WHO Subhash Salunke dalam seminar kesehatan reproduksi di Jakarta.
Subhash juga mengutarakan, Indonesia telah menunjukkan arah penurunan yang signifikan di dalam tingkat fertilitas (kesuburan) dan mortalitas (kematian).
Meski demikian, ujar dia, rasio mortalitas maternal (ibu yang melahirkan) dan tingkat mortalitas neonatal (kematian bayi yang baru lahir) Indonesia masih termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. "Dari 5 juta perempuan di Indonesia yang melahirkan setiap tahun, sebanyak 15 ribu di antaranya meninggal dunia karena hal-hal yang berkaitan deengan kehamilan dan kelahiran, sedangkan angka kematian neonatal diperkirakan sekitar 120 ribu," katanya.
Menurut Subhash, sebenarnya sebagian besar dari berbagai penyebab kematian maternal dapat dicegah bila dideteksi sejak dini dan dipastikan adanya akses kepada pelayanan kesehatan yang berkualitas.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Hak Reproduksi Wanita Terabaikan

thumbnail
Mayoritas kaum perempuan di Indonesia belum terlalu mengetahui dan memahami mengenai sejumlah hak yang harus diterimanya terkait dengan fungsi reproduksi perempuan. Tak heran hak-hak terkait fungsi reproduksi terabaikan.
"Faktor yang menyebabkan kondisi perempuan di Indonesia menuntut keprihatinan antara lain mayoritas perempuan belum mengetahui hak-hak mereka," kata Kepala Badan Litbang HAM Departemen Hukum dan HAM Adhi Santika dalam seminar kesehatan reproduksi di Jakarta, pekan lalu.

Menurut Adhi, yang dikutip Antara, sebagian komunitas perempuan yang mengetahui akan hak mereka masih belum banyak yang menuntut pemenuhan hak tersebut pada negara.
Dalam masalah kesehatan reproduksi misalnya, berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 49 ayat (2), perempuan berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi perempuan.
Sedangkan pasal yang sama di ayat (3) juga berbunyi, hak khusus yang melekat pada diri wanita disebabkan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Adhi juga memaparkan, masalah kesehatan reproduksi itu sendiri menyangkut berbagai aspek antara lain kesehatan lanjut usia, aborsi, kanker leher rahim dan payudara, infertilitas, ketimpangan gender, dan kekerasan terhadap perempuan.
Sementara itu, Program Officer tentang Kesehatan dan Pengembangan WHO Indonesia Tini Setiawan mengatakan, kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.
Tini memaparkan, reproduksi termasuk isu yang penting bagi remaja antara lain karena dalam masa peralihan tersebut, meski fisik atau biologis telah dewasa, tetapi mental mereka masih belum cukup sehingga dapat terjerumus ke dalam perilaku yang berisiko tinggi. "Sekitar 70 persen dari kematian pada masa usia dewasa muda (15-24 tahun) disebabkan karena kesalahan berperilaku yang tercetus pada usia remaja," katanya.
Menurut data WHO, dari sekitar lima juta perempuan yang melahirkan setiap tahun, terdapat sekitar 15 ribu perempuan yang meninggal dunia karena penyebab yang terkait dengan kehamilan dan melahirkan.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Cape Sama Moge, Minum Jus Madu

thumbnail
Mahasiswi Jepang
Sekitar akhir pekan pertama September, tiga mahasiswi cantik asal Jepang yang sedang menghabiskan liburan di Bali bertandang ke kantor redaksi MONTORKU, di Jl Letda Kajeng 21D Denpasar. Selain ingin merasakan jalan bareng dengan motor gede (moge), juga mau menikmati aneka jus madu di Toko Madu Alam Pak Oles. Ketiga mahasiswi Mahasiswi Gakushuin Women College Tokyo itu adalah Maya Nishida (asli Jepang), Chuntzu Lin (Taiwan) dan Dewi Okinawa (Indonesia) kelahiran Jepang.

Selain minum Jus Madu, ketiganya diajak untuk jalan bareng moge berkapasitas 750 cc dan 1000 cc. Secara bergiliran mereka naik moge yang bersuara gahar sembari berpegang erat pada rider. ‘’Hajimete no kando, oogata no baiku sugoi, ne hontoni tanoshikatta! mata noritai. (Ini pengalaman pertamaku naik motor besar. Rasanya luar biasa, dan ingin mengulanginya lagi lain waktu),’’ seru Maya Nishida.
Ucapan serupa disampaikan Chuntzu Lin. Putri kedua dari tiga bersaudara ini mengaku tertarik pada motor ber-cc besar sekelas HD bukan saja saat ia mengisi liburan study di Bali. Gadis yang doyan turing ini mengaku, moge merupakan motor favorit bagi dirinya. Bisa menunggangi moge plus pose bareng moge membuat Jun, begitulah ia diakrabi kian betah tinggal di Pulau Dewata.
Seusai keliling dengan menunggang moge, para gadis cantik ini masuk ke Toko Madu Alam. Sembari menyeruput segarnya Es Lemon Madu dan Jus Madu, Maya mengaku ketagihan menikmati panasnya Pulau Dewata. Hanya, Maya agak gundah akan dampak pemanasan global. Untuk mengurangi emisi gas CO2, Jepang sejak tahun 2001 sudah mewajibkan setiap bangunan memiliki ruang hijau. ‘’Watashi tekini ha, narubeku eakon wo sukuname ni tsukaimasu (Kalau dari aku pribadi, siasatnya dengan sedikit pake AC),’’ ujar pecinta musik Hip Hop dan R&B ini.
Berbeda dengan Jun yang lebih memilih sepeda sebagai kendaraan harian ketimbang kendaraan bermesin sebagai penyumbang pemanasan global. Meski begitu, sebut Jun, dirinya sangat menyukai dunia balap dengan idolanya croser asal Jepang, Takuma Sato. Pembalap Formula 1 yang memiliki julukan man of the race di GP Jepang itu punya tampang oke plus aksi balap yang bagus. (Iga Mahyuni)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Remaja Rawan Penyakit Seksual

thumbnail
Remaja Indonesia rawan terkena penyakit menular seksual (PMS). Selain faktor pergaulan bebas, juga dipicu minimnya pengetahuan remaja seputar kesehatan reproduksi.
Hasil survei Program Officer Kesehatan dan Perkembangan Remaja WHO Indonesia yang dipimpin Tini Setiawan menunjukkan 18,3 persen remaja siswa SMA di Bogor, Jawa Barat, rentan tertular penyakit kelamin.

Survei yang berisi jenis kegiatan yang dilakukan perilaku remaja saat berpacaran itu dilakukan terhadap siswa yang terdapat di 10 SMA di kota Bogor. Jenis kegiatan yang kerap dilakukan remaja saat pacaran adalah berbicara/chatting (95,1%), nonton bioskop (69,7%), sekadar berjalan-jalan (77,7%), dan berpegangan tangan (66,4%).
Di dalam survei tersebut juga terdapat sejumlah perilaku seksual yang dapat dikategorikan menyimpang yang ternyata dilakukan oleh sekitar 18,3% dari populasi remaja.
Padahal, sejumlah perilaku tersebut, antara lain melakukan hubungan seksual, bisa membuat sang remaja itu berisiko tinggi terhadap penyakit menular seksual seperti HIV.
Tini mengemukakan, usia remaja memang merupakan periode peralihan masa anak-dewasa sehingga meski keadaan fisik atau biologis mungkin telah dewasa, secara mental atau sosial masih belum cukup.
Hal ini juga berpengaruh terhadap ciri-ciri remaja yaitu cenderung ingin bebas, ingin mencoba sesuatu yang baru, lebih suka berkelompok, dan mudah terpengaruh.
Mengenai cara mengendalikan dorongan seksual, ujar Tini, antara lain adalah dengan membuat remaja mau taat beribadah, memahami tugas utamanya misalnya belajar, dan mengisi waktu sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
Sementara Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Propinsi Bali, dr Made Oka Negara, seperti dilansir Antara, melihat remaja Indonesia masih minim mendapatkan pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena untuk penyampaian informasi mengenai hal itu masih dianggap tabu.
"Selain itu belum ada kurikulum kesehatan reproduksi dan pelayanan yang ramah terhadap remaja. Kita juga belum memiliki undang-undang yang mengakomodir hak-hak remaja," kata Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Propinsi Bali, dr Made Oka Negara yang dilansir Antara.
Ia mengatakan, pihak Depdiknas dalam kurikulum nasional 1994 telah menyetujui pendidikan kesehatan reproduksi remaja diberikan secara umum melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, IPA serta agama. Tetapi secara khusus masih sedikit yakni sekitar dua jam dalam seminggu. "Kenyataan pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang telah dituangkan dalam kurikulum nasional tersebut belum sepenuhnya dapat berjalan dalam proses belajar-mengajar," katanya.
Hal tersebut juga disebabkan karena ketidaksiapan tenaga pendidik, terbatasnya bahan pelajaran bagi guru, masih dianggap tabu dan banyaknya hambatan kultural. "Sehingga perlu sekali terobosan yang dilakukan baik lewat jalur kurikuler, ekstrakurikuler maupun kegiatan khusus kerjasama dengan lembaga lain," ucapnya.(Beny Uleander/Antara)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Di Bali, Setiap Dua Hari Seorang Bunuh Diri

thumbnail
Di Bali hampir setiap dua hari sekali terjadi satu kasus bunuh diri, karena dalam tahun 2008 sudah terdata 97 kasus, sedangkan sejak 2003 mencapai 1.000 kasus. Sejak tahun 2004, kejadian bunuh diri di Pulau Dewata setiap tahun terus berada di atas 150 kasus, demikian diungkapkan Lembaga Kesehatan Mental, Suryani Institute, di Denpasar.

Suryani Institute mencatat, pada tahun 2008 terjadi 97 kasus bunuh diri di Bali dengan angka bunuh diri terbanyak di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Buleleng. "Angka bunuh diri tertinggi pada 2004 mencapai 180 kasus. Maka dapat dikatakan setiap dua hari sekali, terdapat satu orang yang bunuh diri di Bali," kata Psikiater Suryani Institute, Cokorda Bagus Jaya Lesmana.
Berdasarkan data 2003 hingga 2008, di Bali terjadi 1.000 kasus bunuh diri, lebih dari setengahnya atau sekitar 66,5% jenis kelamin laki-laki dan 42,7% usia produktif yakni 20-39 tahun. Lembaga kesehatan mental itu mencatat fakta ironis yakni 13,7% di antara pelaku bunuh diri masih berusia muda, di bawah 20 tahun. "Pelaku bunuh diri memang sebagian besar laki-laki, namun angka percobaan bunuh diri pada perempuan juga tinggi," kata Lesmana.
Hampir 80% pelaku bunuh diri menggunakan metode gantung diri karena lebih cepat membawa ke kematian dengan angka keberhasilan yang sangat tinggi. Lesmana mengatakan, faktor tekanan mental, himpitan ekonomi dan derita fisik yang tidak tersembuhkan menjadi alasan para korban memilih bunuh diri. Faktor pemicu lain, tidak adanya teman berbagi dan berbicara. "Sebagian besar dari para pelaku sudah pernah berbicara ingin mati. Tapi mungkin karena sedikit yang memperhatikan, pelaku merasa sendiri dan akhirnya memilih bunuh diri," tambah Lesmana.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Sebaran Wisatawan Di Bali Belum Merata

thumbnail
Mulai bangkitnya kembali dunia pariwisata Bali, belum dirasakan merata di seluruh Pulau Dewata, karena pelancong masih terkonsentrasi di daerah selatan, seperti Nusa Dua, Sanur, dan Kuta. Padahal jumlah wisatawan mancanegara yang terbang langsung dari negaranya ke Bali selama Januari-Juli 2008, naik 21,64 persen menjadi sebanyak 1.110.251 orang, jika dibandingkan perioda sama 2007 hanya 912.720 orang.
"Wisatawan masih terkonsentrasi di selatan, sedangkan kunjungan ke daerah timur dan utara sangat kecil," kata sekjen Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali, Perry Markus yang dikutip ANTARA.
Hal itu terjadi, katanya, dikarenakan banyaknya acara-acara bertaraf nasional maupun internasional yang diselenggarakan di daerah selatan seperti Nusa Dua dan Kuta. Sehingga lebih banyak wisatawan mancanegara maupun domestik yang memilih berada di Bali selatan.

Markus berharap, pada masa mendatang, kawasan timur seperti Kabupaten Karangasem, dan kawasan utara, Kabupaten Buleleng, dapat dibanjiri wisatawan. Obyek wisata di Bali timur maupun utara tidak kalah menarik dibandingkan di kawasan selatan. Di Kabupaten Karangasem terdapat beberapa obyek wisata seperti Pura Besakih, Pantai Candi Dasa, dan tempat menyelam yang terkenal, Tulamben.
Selain menjual panorama yang indah, Karangasem pun mempunyai sisi eksotik dengan masih terdapatnya peninggalan kerajaan, seperti Taman Ujung, Permandian Tirta Gangga dan puri peninggalan raja pada zaman penjajahan Belanda.
Sedangkan di kawasan utara, terdapat Pantai Lovina, yang bisa untuk menyelam maupun wisata petualangan di laut, berinteraksi langsung dengan lumba-lumba di tengah laut. "Selama dua bulan ke depan, diprediksi jumlah wisatawan akan meningkat. Kami berharap akan dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke daerah timur dan utara," kata Markus.
Berdasarkan catatan PHRI selama tiga bulan terakhir, wisatawan mancanegara yang tiba di Bali mencapai 6.400 orang per hari. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat pada dua bulan ke depan bertepatan dengan ajang internasional yang akan diadakan di Bali.
Beberapa kegiatan di antaranya Asian Beach Games pada tanggal 18 hingga 26 Oktober 2008 yang melibatkan 45 negara. Pada saat yang sama juga diselenggarakan Nusa Dua Fiesta dan Kuta Karnival.
Wisman yang datang ke Bali, 95 persen hanya untuk berlibur, masih didominasi oleh masyarakat internasional asal Asia Pasifik seperti asal Jepang, Australia, Malaysia, Taiwan termasuk asal Republik Rakyat China (RRC).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Honor Guru Madrasah NTB Memprihatinkan

thumbnail
Gaji atau honor para guru madrasah di pondok pesantren yang ada di Nusa tenggara Barat (NTB) cukup memprihatinkan bahkan boleh dikatakan di luar prikemanusiaan. "Jumlah honor yang diterima guru-guru madrasah hanya Rp50.000 hingga Rp100.000 perbulan, sementara mereka sebagian besar telah berkeluarga," ungkap Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPRD NTB, TGH. Hazmi Hamzar kepada ANTARA.
Bahkan ada sejumlah guru yang mengajar karena "Lillahitaala" atau karena Allah, artinya kalau diberikan honor Alhamdulillah dan jika tidak mereka sabar, sementara guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) minimal menerima gaji Rp2 juta perbulan.
Walaupun begitu mutu pendidikan di pondok pesantren tidak mengecewakan, hal itu terlihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun 2008 yang mencapai angka kelulusan sekitar 70 persen.

Menurut TGH. Hazmi yang juga pimpinan pondok pesantren Marakit Taklimat, Mamben, Lombok Timur, dengan adanya kebijakan pemerintah yang akan menaikkan anggaran pendidikan menjadi 20 persen, maka diharapkan guru-guru honor madrasah ikut diperhatikan kesejahteraannya.
Di samping mengharapkan ada honor tambahan bagi para guru madrasah juga agar memperbanyak guru PNS yang ditugaskan di madrasah, terutama guru IPA dan Matematika. "Kalau dihitung sekolah swasta terutama madrasah jauh lebih banyak dari sekolah pemerintah, sehingga apapun alasannya harus mendapat bantuan dari pemerintah guna memperlancar kegiatan belajar mengajar," katanya.
Menanggapi keinginan Gubernur terpilih KH. M. Zainul Majdi agar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) NTB tahun 2009 disiapkan 20 persen untuk pendidikan, Hazmi menegaskan hal tidak ada masalah. "Jangankan 20 persen, 30 persen saja bisa karena sekarang dana pendidikan digabung menjadi satu baik itu sekolah, perguruan tinggi maupun dana pendidikan bagi karyawan yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bappeda NTB, H. Lalu Fathurrahman mengatakan, keinginan gubernur terpilih tentang dana pendidikan sebesar 20 persen, nampaknya belum bisa tercapai.
Memang pendidikan dan kesehatan penting, tetapi yang lain penting juga seperti infrastruktur, pertanian, perkebunan dan peternakan. "Kita sangat mendukung keinginan gubernur terpilih untuk menganggarkan sebesar 20 persen untuk pendidikan sesuai amanat UU, namun hal itu tidak bisa sekaligus," katanya.
Menurut dia, dalam APBD tahun 2008 sektor pendidikan mendapat alokasi dana sekitar delapan persen dari jumlah dana APBD Rp1,1 triliun, kalau di APBD tahun 2009 bisa naik menjadi 12 persen apalagi 15 persen saja sudah bagus. "Kita mengerti gubernur terpilih menginginkan dana pendidikan sebesar 20 persen dengan tujuan agar masyarakat terbebas dari biaya pendidikan, tetapi harus diingat yang bebas biaya pendidikan adalah masyarakat miskin, tetapi bagi yang kaya tetap bayar," katanya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Omset Penjualan Kerudung Di Bantul Naik

thumbnail
Pada bulan Ramadhan sekarang omset penjualan kerudung di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkat hingga 50 persen dibanding di luar bulan puasa.
"Biasanya peningkatan paling terasa ketika memasuki pekan kedua bulan Puasa hingga mendekati Lebaran," kata Wahyu, penanggungjawab pabrik sekaligus grosir kerudung `Az Zikra` di Bantul, yang dikutip ANTARA, pekan lalu.
Ia mengatakan kerudung semakin diminati, yang terlihat dari omset penjualan setiap bulan yang terus meningkat. Di bulan puasa sekarang omset penjualan kerudungnya meningkat hingga tiga kali lipat dibanding bulan-bulan biasa. "Biasanya omset penjualan setiap bulannya rata-rata 100 potong kerudung, tetapi sekarang di bulan puasa meningkat hingga tiga kali lipat dari biasanya," katanya.
Wahyu mengatakan kerudungnya juga dikirim ke beberapa daerah di Indonesia seperti Kalimantan, Riau, Padang dan sejumlah kota di Pulau Jawa. "Tampaknya kerudung produksi kami mulai diminati banyak orang, mungkin karena modelnya bervariasi, dan harganya terjangkau yaitu dari Rp5.000 hingga Rp80.000 per potong tergantung tingkat kesulitan pembuatannya," katanya.
Sementara itu, toko Arafah di Bantul juga mengalami hal yang sama. Di toko ini omset penjualan kerudungnya meningkat di bulan Ramadhan. "Toko kami tidak hanya menjual kerudung, tapi juga mukena, baju muslim dan beberapa aksesoris lainnya. Namun, setiap bulan Ramadhan peningkatan omset penjualan yang paling mencolok adalah kerudung," kata Imah Astuti, salah satu karyawan di toko ini.
Kata dia, banyak keuntungan dengan meningkatnya omset penjualan kerudung selama bulan puasa, dan harganya memang sengaja dinaikkan dari haga biasanya. "Namun, kenaikan harga hanya Rp2.000 dari harga biasanya," katanya.
Ia mengatakan jenis kerudung yang paling banyak dicari adalah model serutan dan dibordir. Pembeli kerudung model ini sebagian besar remaja putri. "Model ini praktis dipakai, karena langsung dimasukkan ke kepala," katanya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Jalur KA Diawasi Polisi 24 Jam

thumbnail
Cegah Sabotase Rel
Untuk mencegah terjadinya pencurian atau sabotase jalur kereta api (KA) jelang Lebaran 2008, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat (Jabar) mengadakan pengawasan khusus. Pengamanan yang dilakukan Polda Jabar untuk mengatasi aksi terorisme dan kriminalitas itu dilakukan hingga 24 jam penuh, kata Kapolda Jabar Irjen Pol Susno Duadji yang dilansir Antara.
Menurut Kapolda pihaknya juga sudah melakukan pengecekan kesiapan jajaran PT Kereta Api menjelang arus mudik, dengan melakukan pengamanan yang lebih intensif di jalur KA, guna menghindari kecelakaan alat transportasi massal itu.
"Maraknya kecelakaan KA belakangan ini terjadi karena adanya pencurian. Baik itu pencurian besi rel, kawat sinyal, pren roll, serta sarana dan prasarana lainnya. Untuk itu kami harus menjaganya," tukas Susno.
Kapolda mengatakan, pencurian sarana dan prasarana jalur KA sebenarnya tidak begitu menguntungkan bagi pencurinya, karena harga besi atau pun baja hanya bisa dijual seharga Rp20 ribu per kilogram.
Kendati demikian, kata Susno, dampaknya luar biasa, karena perbuatan itu bisa mencelakaan ratusan orang yang penumpang KA.
Menyinggung bentuk pengamanan yang akan diterapkan Polda Jabar di jalur KA ini, Susno menjelaskan, berbentuk operasi siaga, baik yang dilakukan malam hari, maupun siang hari.
"Yang melakukan operasi ini bukan saja anggota Polda. Namun petugas Polwil, Polres, dan Polsek akan dilibatkan," ujarnya.
Sedangkan dari pemetaan sementara, daerah yang paling rawan terjadi pencurian rel kereta api, katanya, yakni kawasan Rancaekek, Garut, dan Cirebon. "Pendeknya kami akan tindak tegas para pencurinya," tandas Kapolda.

KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008




Puasa Dan Ritus Kesalehan Sosial

thumbnail
Oleh: Yanuar Arifin*
Data Tim Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Tim P2E-LIPI) menyebutkan bahwa warga miskin Indonesia pada tahun 2008 bertambah menjadi 41,7 juta orang (21,92%). Data tersebut tentunya sangatlah memprihatinkan bagi kita. Pasalnya bangsa Indonesia kaya sumber daya alam, tetapi rakyatnya hidup dalam lembah kemiskinan.
Bulan Ramadhan kiranya layak untuk kita tafsirkan sebagai momentum koreksi dan perbaikan diri personal sekaligus komunal. Sejatinya ibadah puasa mengandung banyak pesan bagi manusia. Pesan ketuhanan dan kemanusiaan. Secara syar’i, ritual puasa adalah menahan diri dari kebutuhan jasmani semisal makan, minum dan seks sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Namun alangkah naifnya, bila dari ibadah mulia ini yang kita dapatkan hanyalah rasa lapar. Dalam hal ini perlu banyak interpretasi baru sehingga banyak hal positif yang bakal kita peroleh nantinya.
Di bulan suci Ramadhan, jasmani kita dilatih untuk bisa melawan keinginan nafsu hewani pada diri kita. Al-Ghozali mengkiaskan hal ini dengan perumpamaan yang cukup rasional. Seumpama seekor hewan tunggangan yang liar, maka perlu baginya untuk dikurangi jatah makan dan minumnya agar keliarannya bisa teratasi. Keliaran tersebut juga berlaku pada nafsu manusia. Agar nafsu diri manusia tidak bertambah liar, maka Tuhan memberi solusi berupa puasa. Dengan demikian, pesan ketuhanan dari ibadah puasa adalah tirakat manusia untuk meniru sifat Tuhannya yang tidak makan dan minum. Selain itu, manusia juga diajari sikap disiplin, jujur dan bertanggung jawab atas dirinya. Lebih dari itu, terdapat pesan kemanusiaan yang hendak disampaikan oleh ritus ibadah ini (Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an).
Seseorang yang berpuasa secara tidak langsung telah diajarkan agar bisa bersikap empati sekaligus peduli terhadap orang lain. Inilah relevansi yang seharusnya menjadi spirit utama dilaksanakannya ibadah puasa. Sebagai misal, dengan menjalankan ibadah puasa, kita, para pejabat atau para wakil rakyat diharapkan lebih peka atas problem rakyat kecil. Salah satu wujud kepedulian itu adalah dengan menyantuni mereka. Namun ironisnya, hingga kini masih banyak dari kita yang terjebak pada makna puasa sebagai ritus kesalehan individu. Akibatnya, kita merasa tak lagi punya tanggung jawab untuk memperjuangkan nasib orang lain dan akhirnya kita sibuk mengurusi isi perut sendiri.
Tanggung Jawab Sosial
Selama ini kita tidak dapat mengelak bila pesan kemanusiaan dari ritus ibadah puasa belum sepenuhnya kita transformasikan dalam kehidupan keseharian. Wujud tanggung jawab sosial seakan menjadi perkara yang teramat sulit untuk dilakukan. Kitapun tenggelam dengan ritus ibadah yang sifatnya ritualistik semata. Menjalankan puasa hanya sekadar menahan rasa haus dan lapar serta menunggu kapan datangnya waktu berbuka. Bila makna puasa dipahami dengan baik, puasa pada hakikinya akan menjadi ritus kesalehan sosial bagi pelakunya.
Sebenarnya ritus kesalehan sosial ini adalah sisi lain dari ritus kesalehan individu. Seperti halnya dua sisi mata uang logam yang sama. Seseorang yang sebelumnya belajar bertanggung jawab atas diri individu, maka ia juga harus memiliki tanggung jawab sosial yang baik. Berpuasa yang implementasinya adalah “kelaparan”, menurut Moeslim Abdurrahman adalah ungkapan sosial yang paling tragis dari harkat dan harga diri kemanusiaan. Ini berarti bahwa manusia yang pernah merasakan lapar maka akan secara mudah tergugah rasa kemanusiaannya. Dengan berpuasa kita akan bisa berempati pada orang lain, terlebih terhadap mereka yang saban waktu, saban hari, minggu bahkan saban tahun sering merasakan kelaparan.
Pada saat berpuasa kita selalu ditekankan agar meningkatkan amal ibadah kita, semisal memperbanyak bersodaqoh, berinfak atau menyantuni anak yatim piatu. Semua itu kita lakukan agar ibadah puasa menjadi ritual ataupun pengalaman yang paling berkesan sekaligus bermakna bagi diri kita. Kita pun mengetahui bahwa di bulan Ramadhan ini seluruh umat Islam juga diperintahkan mengeluarkan zakat. Perintah tersebut tentunya juga mengandung pesan yang sama dengan ibadah puasa, baik yang sifatnya ritual maupun yang sosial. Dengan menjalankan perintah tersebut, manusia diharapkan terlahir sebagai pribadi yang unggul sekaligus mobilisator/pemakarsa sosial yang hebat.
Akhirnya, kehadiran bulan Ramadhan harus kita jadikan sebagai momentum perbaikan dengan wujud mengeluarkan rakyat kecil dari beban kemiskinannya. Hal ini hanya bisa kita wujudkan bila seluruh elemen kebangsaan, dari pemerintah hingga masyarakat berkenan bahu membahu menahan diri dari keinginan pribadinya yang acapkali merugikan kepentingan bersama. Marhaban Ya Ramadhan.
*) Pemerhati Budaya, Sosial Politik dan Keagamaan pada Hasyim Asy’ari Institute Yogyakarta.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Dakwah Yang Kehilangan Konteks

thumbnail
Oleh: A. Zaenurrofik*
Ramadhan semakin semarak dengan berbagai program dan kegiatan. Kegiatan tadarus, pengajian selepas tarawih, dan pembagian ta’jil, menjadi penyemarak bulan Ramadhan. Tak ketinggalan pula, media elektronik turut menyemarakkan bulan ini dengan beragam program yang bernafaskan dan berunsurkan Ramadhan. Hampir semua televisi dan radio mengagendakan program dakwah yang disuguhkan dengan kemasan yang menarik pemirsa. Antara media yang satu dengan yang lain berlomba-lomba seolah-olah bersaing untuk menampilkan sosok da’i yang mampu menghipnotis massa dengan dakwahnya tersebut.
Namun muatan materi dakwah antara da’i senantiasa berisikan seruan-seruan normatif yang tekstual. Jarang, seorang da’i menyerukan bagaimana dengan ayat-ayat tekstual tersebut ditautkan dengan konteks sosial ekonomi. Nampaknya hal tersebut bukan merupakan ladang garapan mereka. Mereka tidak mempunyai cukup nyali untuk melakukan koreksi sosial dengan analisa teks. Tema-tema sosial senantiasa dihindari. Barangkali juga tema-tema kontekstual seperti ini tidak laku jual di pasar media, atau mungkin juga terlalu riskan untuk profesi mereka. Barangkali juga mereka beranggapan bahwa kewajiban syi’ar telah berakhir setelah disampaikan nasihat-nasihat dan ajakan-ajakan normatif, setelah menyerukan sabar, ikhlas menerima cobaan, menerangkan tatacara berwudhu dan thaharah.

Ajaran agama Islam bukanlah melulu menerangkan hubungan dengan Tuhan, melainkan juga memberikan porsi yang besar terhadap mu’amalah (hubungan dengan manusia dalam rangka mengabdi kepada Tuhan). Ibadah yang pertama bersifat ritual, sedangkan yang lainnya berdimensi sosial. Untuk urusan ritual seperti shalat, puasa, zakat, dzikir, do’a, menutup rapat adanya kreasi dan inovasi, kecuali memang ada nash yang mengukuhkan hal tersebut. Yang berjenis mu’amalah, mengkreasi dan menciptakan kebaruan justru merupakan keharusan karena realitas terus memparbahaui dirinya sendiri, sehingga sikap kita juga akan berubah manakala menghadapi perubahan realitas tersebut.
Muatan isi dakwah para da’i di televisi atau media elektronik lainnya lebih mengeksplorasi ayat-ayat yang berkenaan dengan ibadah ritual. Tindakan tersebut tidaklah salah. Namun, juga tidak salah juga jika seandainya para da’i mengeksplorasi ayat-ayat mua’amalah. Terdapat kesepakatan tak tertulis yang menjadi konsensus di masyarakat bahwa urusan muamalah biarlah menjadi urusan politisi, negara, atau komponen masyarakat lain di luar eksponen para da’i. Terdapat pemisahan yang tegas antara tugas da’i dengan tugas eksponen non da’i. Masing-masing mempunyai wilayah yang berdaulat, sehingga pelanggaran batas-batas wilayah tersebut akan memantik reaksi dari pihak yang wilayahnya terlanggar.
Pemisahan tersebut membawa implikasi dakwah da’i kurang merespon isu-isu sosial. Mereka cenderung untuk menyokong tema-tema sosial yang tidak populis. Padahal para da’i adalah agen untuk membumikan nilai-nilai Islam. Baik nilai-nilai ibadah ritual ataupun nilai-nilai muamalah. Kecenderungan mengabaikan tema-tema muamalah merupakan sesuatu yang patut kita kritisi. Dikatakan oleh Imam Khomeini, proporsi antara ayat-ayat ibadah dengan ayat-ayat muamalah, lebih banyak dimensi ayat-ayat muamalahnya, di samping tentunya juga mempunyai dimensi ritual, mistikal, idelogikal, dan intelektual —yang menjadi penanda eksistensi bagi sebuah agama.
Islam hadir di tengah masyarakat dunia bukan untuk mengukuhkan status quo. Kehadiran Islam untuk membebaskan manusia dari berbagai kegelapan kepada cahaya. Penegasan ini bisa ditemukan di berbagai ayat-ayat Al-qur’an seperti pada surat al-Maidah ayat 15, al-Hadid ayat 9, ath-Thalaq ayat 10-11, al-Ahzab ayat 41-43, dan al-Baqoarah ayat 257. Kata “Zhulumat’merupakan bentuk jamak zhulm yang berarti kegelapan dan kezaliman. Kezaliman mewujud dalam bentuk ketidakmengertian syari’at, pelanggaran atas syaria’at, dan penindasan. Karenanya, hadirnya Islam untuk membebaskan manusia dari ketiga bentuk kezaliman tersebut.
Yang senantiasa luput dari materi dakwah da’i adalah segi yang berkait dengan pembebasan dari penindasan. Tema seperti ini seakan-akan tabu untuk didakwahkan. Padahal, Islam juga menandaskan bahwa kemunduran umat Islam juga disebabkan oleh timpangnya struktur sosial dan ekonomi. Penjelasan Al-qur’an mengenai kemiskinan dinyatakan dalam surat al-Fajr ayat 18-22 yang menjelaskan kemiskinan karena absennya usaha kolektif untuk membantu kelompok yang lemah, kerakusan atas kekayaan dan kecintaan berlebihan terhadap kekayaan. Sebagai jalan keluarnya, Islam menghendaki kekayaan tidak berputar pada kalangan orang kaya saja (surat al-Hasyr ayat 7).
Para da’i yang mengkhotbahkan agama tanpa disemangati dan dikorelasikan dengan tema-tema mu’ammalah, berarti mereka tidaklah menciptakan nilai baru. Nilai-nilai lama yang telah tertanam dalam masyarakat --yang menjadi sumber kemunduran umat tidak didekonstruksikan. Tema-tema lama tetap dieksplorasi dengan kemasan dan polesan yang baru. Esensinya tetap sama, namun berubah kemasannya saja. Muhammad Iqbal pernah mengatakan bahwa manusia adalah pencipta kedua setelah Tuhan. Melalui limpahan kreativitas tak terbatasnya, Tuhan menganugerahkan kemampuan mencipta kepada manusia, sehingga nilai-nilai baru akan terus diproduksi oleh manusia sesuai dengan semangat jaman. Iqbal memberikan metafor manusia sebagai pedang, dan batu sebagai asahan. Ketika pedang ditajamkan oleh ketahanan batu, maka manusia juga harus melepaskan personalitasnya dalam menafsirkan dan merekonstruksi realitas, sehingga bisa memproduksi nilai-nilai baru tersebut. Nilai-nilai baru inilah yang menjadi materi atas gerak perubahan relitas sosial-ekonomi.
Sudah waktunya para da’i menyatukan syi’arnya dengan konteks jaman. Anggapan bahwa tugas da’i adalah hanya mendakwahkan ibadah ritual saja semestinya layak untuk ditinggalkan. Aculah misalnya pada haji Misbah, Soekarno, atau Muhammad Iqbal, yang senantiasa mengkorelasikan antara ayat-ayat tekstual dengan konteks jamannya, untuk menafsirkan dan merubah realitas sosial-ekonomi.
*)Peneliti Center for Social Science and Religion (CSSR), Surabaya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Belajar Makna Hidup Dari Santiago

thumbnail
Judul : The Old Man and The Sea
Penulis : Ernest Hemingway
Penerjemah : Dian Vita Ellyati
Penerbit : Selasar Publishing, Surabaya
Cetakan : I, April 2008
Tebal :xii + 132 Halaman

Karya sastra adalah disiplin ilmu yang paling lekat dengan kehidupan manusia. Sebab sastra berurusan langsung dengan kepercayaan, harapan, dan simpati manusia. Manusia dengan segala keperkasaan dan kerapuhannya mampu dilukiskan dengan baik dan memikat. Bila kita berulang-ulang membaca karya sastra selalu mendatangkan inspirasi baru. Sebagaimana membaca Novel berjudul The Old man And The Sea ini.

Novel ini adalah karya utama (masterpiece) Ernest Hemingway, penulis kelahiran Illionis, Chicago , yang telah banyak menyita perhatian dunia. Karya ini berhasil memenangi Pulitzer tahun 1953 untuk kategori fiksi. Ia juga memperoleh Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters pada tahun yang sama. Yang paling bergengsi, ia memperoleh Nobel Sastra tahun 1954 untuk keahlian luar biasanya pada seni narasi dan untuk pengaruh yang telah dihasilkan atas gaya penulisan kontemporer.
Kisah The Old man And The Sea memang inspirasional. Ada kebersahajaan, kesabaran, kekuatan hati serta semangat yang tak pernah menyerah pada keadaan. Kisah nelayan tua bernama Santiago yang telah berhari-hari bertarung mendapatkan ikan Marlin benar-benar menyentuh. Santiago, seperti hendak menantang anasir Soren Kierkegaard, seorang filsuf asal Denmark yang menyatakan bahwa hal yang paling ditakuti manusia sebenarnya adalah mengalahkan diri sendiri dan melakukan perubahan radikal dalam hidup.
Pantas jika cerita yang pertama kali muncul sebagai bagian dari majalah Life edisi I September 1952 ini langsung menuai sukses besar. Majalah tersebut melejit luar biasa. Dalam dua hari 5,3 juta eksemplar majalah itu ludes terjual.
Cerita ini dibuka dengan narasi lelaki tua bernama Santiago yang telah melaut selama 84 hari tetapi tanpa berhasil menangkap seekor ikanpun. Pada 40 hari pertama sebenarnya Santiago ditemani seorang bocah bernama Manolin. Tetapi setelah 40 hari tidak mendapatkan hasil, Manolin dilarang orangtuanya untuk berlayar dengan Santiago. Sebab dalam masyarakat nelayan pantang berlabuh tanpa membawa hasil. Nelayan yang demikian akan divonis salao, yakni sebutan untuk nelayan yang dianggap sial seumur hidupnya.
Namun Manolin tidak peduli dengan tudingan masyarakat tentang Santiago. Anak laki-laki gubuk itu setiap malam selalu setia membantu Santiago menarik peralatan pancing, memberinya makan dan mendiskusikan baseball—terutama idola Santiago, Joe DiMaggio.
Sedangkan Santiago juga tak terlalu ambil pusing dengan vonis salao itu. Bahkan olok-olok anak-anak muda di sekitarnya sebagai orang tua yang aneh ditanggapi dingin. Ia tidak marah. Karena ia mengerti jiwa anak muda. Lagipula tak ada orang lain yang bisa meraba kemampuan manusia kecuali dirinya sendiri, begitu falsafah hidupnya.
Falsafah itulah yang kemudian membuatnya nekat menjelajahi selat untuk memancing seorang diri. Dengan satu keyakin bulat dalam dirinya; bahwa nasib sial yang dituduhkan masyarakat akan berakhir. Bahkan falsafah tersebut mirip ungkapan Thomas Alfa Edison, penemu lampu pijar, bahwa keberhasilan berasal dari satu persen bakat dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras.
Benar. Di tengah laut Santiago berhasil menangkap seekor ikan Marlin yang besar dan kuat. Berhari-hari ia berjuang menaklukkan ikan tersebut seorang diri. Dikerahkan semua kemampuannya, semua pengalamannya dengan penuh kesabaran. Dengan gaya naratif Ernest Hemingway yang begitu kuat, pembaca seakan-akan berada di samping Santiago dan merasakan sendiri kesepian, penderitaan dan kesendirian di tengah laut.
Membaca kisah ini mengingatkan kita pada kisah pewayangan, Mahabharata. Dalam salah satu riwayat dikisahkan seorang raja muda bernama Bambang Ekalaya yang marah dan sakit hati kepada Arjuna (dari Pandawa) karena Arjuna telah secara kurang ajar menggoda istri Bambang Ekalaya yang bernama Dewi Anggraini sewaktu dalam perjalanan menuju Hastina.
Bambang Ekalaya tahu Arjuna tidak pernah terkalahkan dalam menguasai ilmu panah. Untuk bisa menandingi Arjuna, tidak ada cara lain kecuali berguru pada orang yang melatih Arjuna, yakni Pendeta Durna. Sayangnya Pendeta Durna sudah bersumpah tidak boleh menerima murid selain dari keluarga Hastina dan Pandawa. Dengan kata lain, Pendeta Durna menolak menerima Bambang Ekalaya sebagai murid.
Tentu saja Bambang Ekalaya kecewa berat. Namun terdorong rasa dendam yang membara, ia kemudian masuk hutan dan membuat patung dari kayu yang menyerupai Pendeta Durna. Patung itu yang kemudian dianggap sebagai gurunya. Ia memperlakukan patung itu sebagai guru yang sesungguhnya. Patung itu disembah, dipuja, diberi makan seperti orang memberi sesaji dan dimintai doa restu tiap kali Bambang Ekalaya belajar memanah. Hasilnya? Luar biasa.
Dalam kisah itu diriwayatkan, ilmu memanah Ekalaya tidak kalah dengan ilmu memanah Arjuna. Mereka setara. Bahkan dalam sebuah pertarungan Arjuna nyaris tewas oleh panah Ekalaya. Memang akhirnya Bambang Ekalaya menemui ajal. Tetapi bukan karena kehebatan panah Arjuna, melainkan tipu muslihat Bathara Krisna.
Bagaimana nasib Santiago? Memang Santiago tidak sesial Ekalaya. Benar memang ia tidak berhasil membawa ikan Marlin itu utuh ke daratan. Karena ikan tersebut diserang hiu. Tapi kerangka ikan yang masih menyangkut dikailnya sudah cukup memberikan bukti betapa kemampuan manusia tidak bisa diprediksi hanya dengan melihat bentuk fisiknya saja. Sebagaimana kata Pramoedya Ananta Toer dalam Novelnya Bumi Manusia; "Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput( baca: sempurna). Sungguh buku yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
(Peresensi: Edy Firmansyah, pustakawan di Sanggar Bersastra Kita (SBK), Madura).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Jeritan Dari Pinggir Pantai

thumbnail
Judul: Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan; Sebuah Penelitian Sosiologis
Penulis: Sabian Utsman
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: I, 2008
Tebal: xxiv + 274 hlm.

Ketika peraturan-perundangan tidak lagi menjamin rasa keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan masyarakat, maka saat itu pula mulai bersemi benih-benih konflik yang sulit dicarikan solusinya. Demikianlah yang dirasakan para nelayan sekarang ini. Kaum nelayan merasa dimarginalkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang hanya menjadi cita-cita di benak negara, akan tetapi tidak pernah dirasakan oleh kaum nelayan.
Tentang buku yang membahas kemaritiman di Indonesia sejauh ini sudah sangat banyak. Namun, tidak ada yang memberikan sebuah pencerahan baru tentang terhadap kehidupan para nelayan. Selama ini yang terjadi dengan pembahasan kemaritiman hanya bertujuan meningkatkan kepantaian Indonesia agar para wisatawan ikut andil menikmatinya. Tidak ada usaha meningkatkan orang-orang yang telah lama berkecimpung dengan pantai yang menggantungkan hidupnya dengan penghasilan dari laut.
Soeharto memang “berjasa” membawa Indonesia beranjak dari negara yang stagnan dan miskin ke dalam dunia modern, yang bisa mengimbangi negara-negara Eropa dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Namun bagi masyarakat pinggir pantai, keberhasilan Soeharto membuat masyarakat nelayan menjerit. Kurangnya perhatian dari pihak pemerintah menimbulkan masyarakat nelayan menggantungkan nyawanya di atas laut semata, serta tidak ada inisiatif dan tidak ada yang berani melabarkan sayapnya di daratan. Karana mereka didoktrin harus hidup di laut dan menjaga laut sepanjang hidupnya.
Kepasrahan terhadap nasib hidup membuat sebagian keluarga nelayan bersikap pasif, dengan kata lain sebagian orang tua tidak memiliki inisiatif untuk bekerja sampingan agar mendapat penghasilan tambahan yang dapat digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka. Kepasrahan itu, harus dibayar mahal oleh keluarga para nelayan dengan mempekerjakan anak-anaknya yang masih dini untuk mencebur ke laut demi kekayaan yang ada di dalamnya. Sehingga kehormonisan dalam keluarganya kurang terlihat dan anak-anak kurang menikmati indahnya masa kanak-kanaknya. Kebahagiaannya hanya dirasakan tatkala tangkapan ikannya lebih dari cukup.
Kehadiaran buku ini mencoba menemukan benang merahnya atas kelangkaan publikasi problematika yang dihadapi masyarakat nelayan yang sebagian besar adalah kantong-kantong kemiskinan struktural dan fungsional yang sensitif terhadap api konflik, serta memotret sulitnya para nelayan keluar dari fatalisme marginalisasi kubangan lumpur kemiskinan.
(Peresensi Ainur Rasyid, Ketua Lembaga Kajian Peduli Publik (LK2P) Yogyakarta)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Menelisik Rival-Rival Politik SBY

thumbnail
Judul: Rival-rival Politik SBY
Penulis: D Dany H Simanjuntak
Penerbit: Narasi, Jogjakarta
Cetakan: I, 2008
Tebal:167 halaman

Hiruk pikuk dunia politik menjelang pemilihan presiden 2009 kian terasa panas. Hingga pertengahan 2008, setidaknya sudah ada sejumlah tokoh yang disebut-sebut bakal mencalonkan diri pada pilpres nanti. Tokoh seperti Megawati, Gus Dur, dan Sutiyoso, dapat dipastikan akan mencalonkan diri. Ketiganya diperkirakan kuat akan menggedor "benteng" pertahanan politik SBY.

Buku Rival-rival Politik SBY ini merekam jejak jago-jago politik Indonesia yang dipastikan akan bertarung dengan SBY di ring politik yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Di mana aktor-aktor tersebut telah melancarkan barbagai manuver politik demi meraih kemenangan dalam pemilihan yang akan dilangsungkan pada 2009 nanti.
Tidak bisa dipungkiri, manuver-manuver politik Megawati yang nyaris selalu berlawanan (oposisi) dengan kebijakan pemerintahan SBY menjadi bukti nyata bahwa ia masih penasaran dengan kekalahannya pada pemilu 2004.
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur juga masih menyimpan libido politik yang tinggi. Kalah sebelum bertarung pada Pilpres 2004, bukan berarti kiamat bagi mantan presiden RI ini. Tokoh yang belakangan berseteru dengan keponakannya sendiri, Muhaiman Iskandar, dalam setiap jumpa pers senantiasa bersesumbar bahwa dirinya tetap menjadi harapan bangsa dan negara.
Pimpinan Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Jendral Wiranto, bakal ikut menguji kredibilitas SBY. Sebagai senior SBY di TNI, Wiranto tentu cukup penasaran dengan melesatnya SBY. Apalagi, jika dibandingkan SBY, masih lebih berpengalaman Wiranto, baik dalam kepemimpinan di TNI ataupun di dalam partai politik. Tentu saja hal itu semakin melegitimasi Wiranto sebagai "macan" yang bisa saja menghabisi kekuatan SBY.
Wapres Jusuf Kalla kiranya menjadi ancaman terbesar bagi SBY. Sejak terpilih pada 2004 lalu, kiprah Ketua Umum Partai Golkar ini terlihat lebih dominan ketimbang SBY. Bahkan ia berani menandatangi beberapa surat kebijakan yang seharusnya menjadi wewenang SBY. Dalam hal tawar-menawar politik, Kalla juga memiliki kekuatan besar, baik dari segi massa partai atau pun finansial.
Nama Yusril Ihza Mahendra, akhir-akhir ini juga disebut-sebut sebagai penantang SBY. Tokoh PBB dikenal cukup berpengalaman menjadi menteri di bawah beberapa presiden. Terpecatnya ia dari kabinet SBY tentu menjadi amunisi sendiri baginya untuk maju bersaing dengan SBY.
Ada juga beberapa nama lama yang tetap diperkirakan akan mencuat jelang Pilpres 2009. Mereka antara lain Prabowo Subianto, Siti Hardianti Rukmana (Mbak Tutut), Akbar Tandjung, Sri Sultan HB X. Mereka adalah stok lama yang kemungkinan dapat berkibar.
Ada juga pendatang baru, misalnya Sutiyoso. Mantan Gubernur DKI yang pernah menjadi atasan SBY ini memiliki tekad yang kuat juga untuk menuju RI 1. Sejumlah tokoh politik seperti Hatta Radjasa dan Sutrisno Bachir disebut-sebut juga punya peluang. Ada lagi ''kuda hitam'' yang suatu saat bisa berpotensi mengalahkan capres mana pun. Buku ini melihat potensi Kapolri Jenderal Sutanto dan Din Syamsuddin cukup besar. Nama Adang Daradjatun juga dinilai cukup menjual.
Itulah nama-nama jago politik yang diprediksi oleh D Dany H Simanjuntak menjadi rival-rival SBY. Namun demikian, buku setebal 167 halaman ini tak terisi tentang jejak politik M Amien Rais dan Hidayat Nur Wahid. Padahal keduanya masih potensial untuk memimpin negeri ini. Amin Rais adalah tokoh reformis yang mengangkat bangsa Indonesia dari "kekelaman" Orde Baru ke alam reformasi yang lebih humanis dan demokratis. Hidayat Nur Wahid juga termasuk tokoh politik yang masih layak jual, terutama di kalangan umat Islam.
Baik Amin ataupun Hidayat Nur Wahid masih menjadi tokoh yang diidolakan banyak rakyat negeri ini, dan potensi mereka menjadi presiden belumlah tertutup. Tetapi barangkali penulis buku ini mempunyai alasan lain sehingga tidak memasukkan mantan Ketua MPR (Amin Rais) dan ketua MPR RI incumben (Hidayat Nur Wahid) tersebut. Barangkali Dany H Simanjuntak memiliki alasan yang cukup lain atau menganggap keduanya tidak marketable. Entahlah, siapakah yang bakal memenangkan pemilu 2009, hingga kini masih menjadi tanda tanya besar.
(Peresensi Gus Imam, Aktivis PMII Yogyakarta)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Wisatawan Dapat Pelayanan Bis Gratis

thumbnail
Wisatawan yang berlibur ke Kota Denpasar akan menikmati pelayanan "Shutlle Bus" yang atau bis gratis dari Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Pelayanan bis gratis tersebut mengantarkan wisatawan untuk melihat obyek-obyek wisata yang ada di Denpasar.
Fasilitas bis gratis itu, menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Putu Budiasa sudah diluncurkan sebulan lalu, ketika kegiatan Sanur Festival. “Namun masih banyak wisatawan yang tidak tahu dan tak mau naik kendaraan tersebut mungkin dikira bayar,” kata Putu Budiasa yang dikutip ANTARA.
Untuk mendukung pelayanan bis gratis, Dinas Pariwisata Kota Denpasar menggelar rapat persiapan pengoperasian bis bersama utusan manajemen hotel yang ada di Denpasar. Pihak manajemen hotel diminta untuk ikut serta menginformasikan kepada tamunya.
Kendaraan ini juga sebagai penunjang tiga event besar tahun ini, yaitu Maha Bandana Prasada pada 18-20 September, Asian Beach Games (ABG) 16-26 Oktober dan Gajah Mada Festival pada Desember mendatang. "Khusus untuk event ABG akan dihadiri sekitar 10.000 atlet dan 2000 dari ofisial serta media massa. Tentu kesempatan tersebut kita manfaatkan untuk mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada di Denpasar," ucap Putu Budiasa.

Budiasa menyebutkan, jumlah bis yang disiapkan sebanyak dua unit kendaraan dengan kapasitas 40 tempat duduk. Jalur yang dilalui mulai Banjar (dusun) Semawang Sanur menuju Grand Bali Beach, Hotel Griya Santrian, dan Restoran Pergola Sanur.
Dari Restoran Pergola menuju Monumen Perjuangan Rakyat Bali Renon - Matahari Departemen Store, lapangan Puputan Badung dan Taman Budaya. Selanjutnya dari Taman Budaya kembali Ke Banjar Semawang Sanur. "Kami sudah buatkan jadwal, untuk pemberangkatan pertama di mulai pukul 09.00 sedangkan bus kedua pukul 10.00 waktu setempat, demikian seterusnya," kata Budiasa, sembari menambahkan dalam tahap ujicoba ini lebih diprioritaskan kepada wisatawan mancanegara dan nusantara.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Nusa Dua Fiesta 2008 Angkat Tema “Green Tourism”

thumbnail
"Nusa Dua Fiesta 2008", salah satu kegiatan promosi pariwisata dan budaya tahunan di Bali yang digelar 10-14 Oktober mendatang, mengangkat tema lingkungan "Green Tourism".
"Tema Nusa Dua Fiesta kali ini mengingatkan bahwa Desember 2007 lalu kita sebagai tuan rumah dalam pertemuan perubahan iklim (UNFCC). Terus terjadi perubahan iklim akibat rusaknya lingkungan," kata Dirut Bali Tourism Development Corporation (BTDC), Ir I Made Mandra yang dikutip ANTARA.

Kegiatan itu bertujuan untuk promosi pariwisata sebagai salah satu industri dunia dan penggerak ekonomi Bali pada umumnya. Tema tersebut juga sebagai bukti pengembangan Pariwisata Bali (BTDC) di kawasan pariwisata yang pertama memperoleh sertifikat Green Globe. Di samping itu pihaknya juga mempromosikan berbagai kegiatan keragaman seni dan budaya yang ada di Indonesia serta mempererat hubungan dengan semua penggerak pariwisata terkait.
Menurut Mandra, tema ini akan menjiwai sejumlah kegiatan di antaranya seni, budaya, olahraga, musik, pameran maupun pertunjukan lainnya. Peserta yang sudah dipastikan ikut serta dalam kegiatan yang dipusatkan di Pulau Peninsula, Nusa Dua, yakni 17 propinsi, 29 kabupaten/kota, 41 instansi pemerintah, 16 hotel dan tiga departemen, yaitu Depbudpar, Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian.
Dalam parade budaya nanti, kata Mandra, akan menampilkan iring-iringan ribuan peserta dengan mempromosikan karya terbaik dari wilayah masing-masing. "Pada kesempatan ini kami kampanyekan upaya pemberantasan sampah plastik dari lingkungan masyarakat. Permainan kuis yang materinya mencakup penanganan sampah padat dan penanggulangan demam berdarah," kata Mandra.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Verifikasi Standar Keamanan Hotel Melati Di Denpasar

thumbnail
Pemkot Denpasar melakukan sosialisasi standar keamanan hotel melati dalam upaya menjaga kenyamanan wisatawan yang menghinap di hotel tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Putu Budiasa kepada ANTARA mengatakan, setelah dilakukan sosialisasi akan dilanjutkan dengan langkah verifikasi terhadap semua hotel melati di Denpasar. "Perlunya standarisasi keamanan dan keselamatan di hotel melati, terlebih Denpasar merupakan daerah tujuan wisata yang ada di jantung Pulau Dewata," kata Budiasa usai melakukan sosialisasi terhadap pemilik hotel melati.
Ia mengatakan, sektor pariwisata merupakan sumber daya yang memberi kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan pembangunan dan perekonomian di Kota Denpasar.
Untuk itu diperlukan sarana pendukung yang memadai agar mampu memberikan kenyamanan, keselamatan dan keamanan bagi para wisatawan mancanegara maupun nusantara, sehingga mereka akan betah untuk tinggal lebih lama lagi.
Karena itu pemerintah perlu mendorong para pemilik hotel agar lebih memberikan perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan kenyamanan, keselamatan dan keamanan para tamunya.
Dikatakan, dari verifikasi ini nantinya hotel yang sudah memenuhi standar keamanan dan keselamatan akan diberikan sertifikat emas, perak atau perunggu sesuai dengan kreteria dan nilai yang di peroleh. "Semua hotel katagori melati II maupun III memiliki sertifikat mengenai keamanan dan keselamatan hotel tersebut," ucapnya.
Sehingga dengan sertifikasi ini para tamu tidak lagi ragu-ragu untuk menginap, sebab standar keamanan dan keselamatannya telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah.
Budiasa menambahkan, bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Bali semakin meningkat, bahkan tingkat hunian yang tercatat akhir Agustus mencapai 80 persen. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni 65 persen pada bulan yang sama. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan oleh hotel-hotel melati yang ada di Denpasar. "Peluang ini harus dimanfaatkan, mengingat pada Oktober mendatang ada event internasional yakni Asean Beach Games (ABG) yang melibatkan ribuan peserta dan ofisial," ucapnya.
Ia menyebutkan, Denpasar memiliki 179 hotel melati II dan III, tahun ini yang diverifikasi sebanyak 65 hotel melati. "Aspek-aspek yang dinilai meliputi, aspek kesiapan terdiri dari fasilitas pengamanan, peralatan dan perlengkapan gedung, piranti lunak dan aspek pelatihan," ucap Budiasa.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Jelang TIME 2008 Wisman Berdatangan Ke Makassar

thumbnail
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Makassar, Sulsel, mengalami peningkatan 318 orang.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Bambang Suprijanto, jumlah wisman ke Makassar ini, dapat dilihat dari perbandingan tingkat kunjungan pada Juni 2008 hanya 112 orang, lalu naik pada Juli 2008 menjadi 430 orang.
Menurut catatan ANTARA, peningkatan kunjungan wisman ini karena dampak "peak season" dan tahun ini juga merupakan tahun dicanangkannya Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008 (Visit Indonesia Year 2008). Jumlah kunjungan wisman ke Makassar, diperkirakan akan terus meningkat hingga pelaksanaan Tourism Indonesia Mart and Expo (TIME) 2008 yang akan berlangsung Oktober 2008.
Sejumlah wisatawan dari mancanegara seperti Australia, Afrika, Jerman dan Belanda memadati anjungan pantai Losari Makassar. Mereka tiba di Makassar sejak Selasa (2/9) sore dengan menggunakan kapal layar (yacht).
Sambil menunggu pelaksanaan TIME 2008 di Makassar, mereka mengunjungi beberapa objek wisata, seperti Tana Toraja. Secara persentase, jumlah kunjungan wisman ke Makassar pada bulan Juli ini paling tinggi di Indonesia. Namun bila dibandingkan dengan sejumlah kota di Indonesia, Makassar masih tergolong kota dengan jumlah kunjungan wisman yang paling sedikit dibandingkan dengan Bali, Jakarta, Kalimantan dan Menado.
Bali masih menempati urutan pertama dengan jumlah kunjungan wisman saat ini sebanyak 190.662 orang, Jakarta 145.535 orang dan Batam 85.560. Namun diperkirakan, saat pelaksanaan TIME Oktober mendatang, jumlah wisman yang berkunjung ke Makassar, mencapai sekitar 1.000 orang yang berasal dari 20 lebih negara.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Jadilah Guru Plus

thumbnail
Saat masuk kuliah di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1985, kami mendapat nasehat dari dosen yang sangat dihormati mahasiswanya yaitu Bapak Drs. G. Moedjanto, M.A. Beliau menasehati para mahasiswanya agar kelak menjadi guru yang plus dengan berbagai ketrampilan yang dikuasainya untuk meningkatkan penghasilan. Ia juga menasihati kami agar tidak berorientasi mengejar status pegawai negeri. Sebab pada waktu itu gaji guru relatif masih sedikit.
Setiap hari kita sering mendengarkan berita di televisi atau membaca surat kabar tentang sertifikasi guru. Patut kita acungkan jempol kepada para guru yang telah berhasil meraih sertifikasi profesi guru. Mereka memang bekerja keras tanpa mengenal berbagai hambatan. Pengabdian yang tanpa mengenal lelah dan pengorbanan lahir maupun batin untuk memajukan generasi muda Indonesia agar masa depan negara ini menjadi lebih baik.

Sementara guru swasta yang tidak memperoleh sertifikasi profesi sampai pensiun lebih berupaya menjadi guru plus. Ada juga banyak guru yang mengalami berbagai kendala dalam meraih sertifikasi profesi guru. Bahkan banyak pula yang kemungkinan besar hingga pensiun tidak mungkin bisa meraih sertifikasi. Karena adanya kendala seperti ijasah, pengalaman kerja dan lainnya. Jika akan kuliah lagi meraih program S1 atau S2 mengalami kesulitan biaya. Sedangkan anak dan istri juga membutuhkan biaya untuk sekolah atau kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk menjadi guru plus tidaklah sulit, asal guru mau ulet dan pantang menyerah. Sebagai contoh menjadi guru sambil bekerja sebagai pedagang. Kegiatan tersebut dapat dilakukan setelah selesai mengajar atau di luar jam kerja. Sehingga tidak menganggu aktifitas dalam persiapan mengajar. Berdagang dapat menambah penghasilan bagi keluarganya.
Alternatif lain untuk meningkatkan sesejahteraan bagi guru plus yaitu rajin menulis di media massa. Dengan karya tulis tersebut, penulis (guru) akan mendapat honor. Guru plus juga dapat membuat berbagai alat peraga yang dapat mendatangkan uang.
Guru tidak usah patah semangat dalam bekerja mendidik generasi muda. Percayalah rejeki akan selalu ada, jika kita mengajar dengan sungguh-sungguh tanpa pantang menyerah.
(Komentar: Dra. Endang Sri Suryanti, alumni Jurusan Pendidikan Sejarah, IKIP Sanata Dharma Yogyakarta).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Macet, Cari Jalur Alternatif

thumbnail
Jalur alternatif untuk mengantisipasi kemacetan arus lalu lintas di jalur-jalur utama telah disiapkan Polda Jateng selama masa angkutan Lebaran 2008. "Hampir di semua satuan wilayah (polwil), kita sudah menyiapkan jalur alternatif mengingat hampir semua wilayah juga terdapat titik-titik kemacetan terutama saat puncak arus mudik Lebaran," kata Dirlantas Polda Jateng, Kombes Pol. Gatta Chaeruddin.
Seperti dikutip ANTARA, Gatta Chaeruddin menyebutkan, untuk wilayah Polwil Banyumas terdapat lima jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas di Lumbir (Kabupaten Cilacap), yaitu Wanareja-Sidareja-Karangpucung atau Wanareja-Sidareja-Kedungreja-Jeruk Legi.
Untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas di Patikraja sudah disiapkan jalur alternatif Purwokerto-Kebasen-Sampang atau Banyumas-Patikraja, kemudian kemacetan di Purbalingga sudah disiapkan jalur alternatif Klampok-Susukan-Somagede-Banyumas.
Kemudian di Polwil Pekalongan sudah disiapkan 13 jalur alternatif, seperti apabila ada kemacetan di Bulakamba (Brebes) bisa melalui jalur alternatif Pejagan-Ketanggungan-Jatibarang-Slawi, di Petarukan (Pemalang) terdapat jalur alternatif Loning-Sidokare-Kebagusan-Semarang.
Apabila terjadi kemacetan di Wiradesa (Pekalongan) bisa melalui Pait-Buaran-Sudirman-Semarang atau Gunatex-Kampil-Sragi-Comal-Pemalang, kemudian jika terjadi kemacetan di Surodadi (Tegal) bisa melalui Kramat-Tarub-Kedungjati-Babadan-Pemalang.
Untuk wilayah Polwiltabes Semarang terdapat empat jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan di Sayung (Demak) bisa melewati Demak-Godong-Gubug-Mranggen-Semarang atau Demak-Buyaran-Karangawen-Mranggen-Semarang.
Jika ada kemacetan di Mangkang (Semarang) bisa melalui Kendal-Kaliwungu-Boja-Mijen-Semarang, kemudian jika ada kemacetan di Kaliwungu bisa melalui Weleri-Sukorejo-Singorojo-Boja-Mijen-Semarang.
Untuk wilayah Polwil Pati sudah disiapkan 10 jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan di Kudus, Juawana, Tanjungangin, Simpang 7, Lasem dan Kragan.
Apabila Juwana macet akibat banjir bisa melalui Pati-Wining-Jaken-Rembang, kemudian jika di Kudus macet bisa melalui Pati-Jepara-Kedung atau Pati-Wedari-Juwana.
Untuk Polwil Kedu sudah disiapkan 11 jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan di Jalan Pemuda (Magelang), Secang, Palbapang, Jalan Pemuda Muntilan, Jalan Purworejo-Kutoarjo, Margoyoso, Kutowinangun, Gombong, Rejosari, Banaran, dan Sigandul (Wonosobo).
Kemudian untuk Polwil Surakarta ada 11 jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan di Pasar Legi-Pasar Klewer, Kartosuro, Pasar Sukoharjo, Delanggu (Klaten), Pasar Ampel (Boyolali), Sunggingan, Jetis (Sragen), dan lain sebagainya.
Ia mengatakan, untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas pihaknya akan menerapkan sistem 3-1, artinya akan membuka tiga jalur dari arah barat (Jakarta) dan hanya membuka satu jalur dari arah timur.
Kemudian untuk jalur-jalur yang sempit akan diterapkan dengan sistem 2-1, artinya dua jalur dibuka untuk arus mudik dan satu jalur untuk arus yang berlawanan. "Untuk arus balik sistem itu tinggal dibalik, 1-3 atau 1-2," katanya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


954 Balita Lebak Menderita Gizi Buruk

thumbnail
* 12 Orang Meninggal
Sebanyak 954 anak bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Lebak, Banten diidentifikasi sebagai penderita gizi buruk. Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita di Lebak kepada Antara, Jumat (12/9) menjelaskan, total penderita gizi buruk itu dilaporkan petugas gizi di puskesmas per Juli. Ada kemungkinan jumlahnya bisa terus bertambah karena belum semua petugas gizi yang tersebar di 38 puskesmas memberi laporan. ‘’Jumlah balita penderita gizi buruk itu kemungkinan bertambah, karena hasil pemantauan status gizi tahun 2007 mencapai 1.450 balita,’’ katanya. Sedangkan anak yang mengalami kekurangan gizi tercatat 12.660 orang. ‘’Saya kira angka itu kemungkinan meningkat menyusul belum pulihnya ekonomi masyarakat,’’ katanya.

Sudita menyatakan, tingginya penderita gizi buruk disebabkan himpitan kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu, anak memiliki penyakit bawaan seperti jantung, TB, HIV/AIDS, paru-paru dan lain-lainnya. Karena itu, penanggulangan kasus ini harus melibatkan semua komponen baik pemerintah, pengusaha maupun masyarakat. Apalagi, saat ini di Kabupaten Lebak masih tinggi angka kemiskinan.
Ditegaskan, selama ekonomi masyarakat belum sejahtera, penderita gizi buruk tidak akan hilang karena rendahnya daya beli masyarakat. Biasnya, anak atau balita tidak mendapat asupan gizi yang baik. ‘’Banyak orang tua memberikan makanan anak cukup dengan garam dan kerupuk,’’ katanya.
Rohim (3), warga Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, adalah penderita gizi buruk yang kini berat badanya menyusut, sehingga perlu adanya makanan tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan kesehatannya. ‘’Kami tak mampu membelikan makanan yang bergizi karena sebagai pekerja buruh tani,’’ ujar Samin, orang tua Rohim.
Sudita merinci, sejak Januari hingga Juni, tercatat 12 balita penderita gizi buruk di Lebak meninggal dunia akibat terserang berbagai penyakit penyerta. Sebagian besar balita yang meninggal karena terserang penyakit penyerta seperti diare, TB, paru-paru, demam tinggi dan kelainan jantung. Selain itu, keterlambatan mendapatkan akses pelayanan medis. Mereka banyak penderita gizi buruk yang tidak tertolong jiwanya oleh tenaga medis, karena kondisinya sudah sangat parah. ‘’Saat dilarikan ke rumah sakit banyak balita gizi buruk sudah memasuki stadium III,’’ katanya.
Sementara Humas RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung, Hj Rostarina menyatakan, sebagian besar pasien gizi buruk yang meninggal dunia akibat keterlambatan mendapat pengobatan. Selama ini, ujar dia, pasien gizi buruk yang dirawat rumah sakit dalam kondisi parah karena terserang penyakit penyerta. ‘’Saya kira jika cepat penderita gizi buruk dilarikan ke rumah sakit tentu bisa terselamatkan jiwanya,’’ ujarnya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Satukan Indonesia Dengan Cinta

thumbnail
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang plural, dengan beragam latar belakang agama, kultur, bahasa, etnis, ideologi dan seabrek perbedaan lainnya. Ini sesungguhnya adalah prestasi yang patut kita banggakan. Bahkan atas keragaman itu, dunia telah mencatat nama bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mampu hidup secara damai dan berdampingan di dalam perbedaan. Sehingga sangat kita sayangkan jika di kemudian hari justru kitalah yang telah mencabik-cabik sejarah bangsa ini dengan catatan kelam kekerasan yang bernuansa agama.

Siapapun tidak menyangkal bahwa toleransi dan kerukunan hidup terutama terkait dengan kerukunan antarumat beragama di Indonesia merupakan faktor yang sangat penting dan strategis. Sebab tanpa adanya toleransi dan kerukunan hidup, hubungan antar umat beragama akan menjadi rawan dan mudah terganggu. Gangguan ini bisa mengakibatkan terjadinya instabilitas dalam kehidupan sosial politik yang tentunya tidak diinginkan oleh segenap lapisan masyarakat.
Oleh sebab itulah, belajar dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kita akan menemukan bahwa persatuan adalah kata kunci dan keberhasilan dalam mencapai kemerdekaan. Demikian pula dalam mengisi kemerdekaan, persatuan dan kerukunan segenap komponen bangsa merupakan modal penting di dalamnya.
Perbedaan agama, budaya, suku, bangsa dan adat istiadat yang dimiliki bangsa Indonesia, sesungguhnya bisa menjadi potensi integrasi dan sekaligus potensi disintegrasi bangsa. Kala perbedaan itu dikelola dengan baik, dengan berlaku adil dan menganggap bahwa perbedaan sebagai kekayaan khazanah bangsa, bisa menjadi potensi integrasi. Sebaliknya, bila perbedaan itu tidak dikelola dengan bijaksana, akan menjadi potensi disintegrasi bangsa. Maka mari rekatkan dan satukan Indonesia dengan cinta.
(Komentar: Rosi Sugiarto, Pondok TK Al Firdaus BSB Jatisari Mijen, Semarang).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Tenaga Fit Minum Madu Resi

thumbnail
Nama: Kasdi, 54 tahun, PNS, tinggal di Kec. Mantup, Kab. Lamongan.
Pengalaman:
Jarak rumah dengan tempat kerja saya sekitar 45 km. Saya tempuh dengan sepeda motor. Itu berarti setiap hari saya melakukan perjalanan sekitar 90 km. Akibatnya, setiap bangun pagi badan lemas, punggung kaku, dan tidak jarang ambien/wasir menyerang saya. Suatu saat saya bertemu dengan SPG Pak Oles menawarkan Madu Resi untuk menjaga stamina agar tetap fit. Dengan minum Madu Resi, stamina saya semakin fit dan nafsu makan bertambah. Untuk mengatasi wasir saya pakai Minyak Oles Bokashi.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Bintik Dan Kerutan Di Wajah Hilang

thumbnail
Nama: Runkendarsih, 44 tahun, PNS, tinggal di Desa Wates, Kec. Dukun, Magelang.
Pengalaman:
Saya mengenal Ramuan Pak Oles dari seorang SPG yang datang ke kantor saya. Saat itu saya tertarik dengan produk kecantikan Massker Madu Hitam dan Krim Saribing, karena saya memang punya keluhan pada wajah. Semula wajah saya ada bintik-bintik dan garis kerutan tampak jelas. Saya mulai rutin memakai Krim Saribing dan Massker Madu Hitam sebelum mandi. Hasilnya, bintik-bintik dan kerutan di wajah hilang. Saya juga minum Minyak Oles Bokashi untuk mengatasi penyakit amandel yang saya derita.KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Wasir Sembuh Pakai Minyak Oles Bokashi

thumbnail
Nama: Asep Haeruman, 39 tahun, guru ngaji, tinggal di Kec. Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Pengalaman:
Saya menderita sakit wasir/ambeien selama lima tahun. Setiap kali BAB, pasti selalu berdarah. Meski sudah berobat ke dokter, tapi belum sembuh total. Ketika ada orang yang menawarkan Minyak Oles Bokashi, saya saya coba untuk mengolesi di bagian dubur. Saya juga minum beberapa tetes setiap pagi dan sore selama sebulan. Alhamdulillah, wasir saya akhirnya sembuh. Minyak Oles Bokashi juga sangat cocok sekali untuk berbagai macam keluhan penyakit seperti masuk angin, persendian sakit, sakit gigi, dll.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Madu Jamur Atasi Asam Urat

thumbnail
Nama: Chajatulmaki, 55 tahun, petani, tinggal di Magelang.
Pengalaman:
Saya menderita asam urat dan sakit perut. Pada suatu hari SPG Pak Oles datang ke rumah menawarkan Madu Jamur dan Minyak Oles Bokashi. Setelah saya minum Madu Jamur dan Minyak Oles Bokashi, sedikit demi sedikit badan saya terasa enak dan tenaga saya pulih kembali. Terima kasih Pak Oles.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Kulit Wajah Bersih Pakai Massker Madu Hitam & Krim Saribing

thumbnail
Nama: Daniel Oktavianus, 30 tahun, swasta, tinggal di Semarang.
Pengalaman:
Saya memiliki masalah dengan kulit wajah yang mudah ditumbuhi jerawat dan terdapat bercak/flek hitam. Berbagai produk untuk kebersihan kulit wajah sudah saya pakai, tapi tidak ada hasilnya. Atas saran ibu, saya disuruh menggunakan Massker Madu Hitam & Krim Saribing, produk Pak Oles. Setelah saya gunakan dua produk itu setiap hari secara rutin, jerawat dan flek hitam di wajah saya berangsur hilang. Kian hari, kulit wajah saya semakin bersih dan berseri.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Minyak Oles Bokashi Sembuhkan Ambeien

thumbnail
Nama: Suhartiningsih, 55 tahun, pekerjaan guru agama sebuah SD, tinggal di Batu, Malang.
Pengalaman:
Saya pernah menderita gejala ambeien sejak sekolah di PGA. Namun mau berobat ke dokter, saya malu karena letaknya di kedudukan. Beberapa waktu lalu, ada SPG Pak Oles datang ke sekolah kami menawarkan Minyak Oles Bokashi. Mulai saat itu, saya rutin mengoleskan minyak itu pada bagian yang sakit. Alhamdulillah, ambeien saya sembuh. Selain Minyak Bokashi, saya juga memakai Gelang EM Keramik dan minum Madu Jamur. Anak saya yang kuliah apoteker juga mengakui bahwa Produk Pak Oles sudah teruji kebenarannya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Nyeri Hilang Pakai Gelang EM Keramik

thumbnail
Nama: Ponidjah Sakiman, 53 tahun, ibu rumah tangga, tinggal di Mertoyudan, Magelang.
Pengalaman:
Badan saya sering pegal linu. Sejak saya memakai Gelang EM Keramik yang diproduksi Pak Oles, nyeri yang saya rasakan perlahan hilang dengan sendirinya. Sekarang saya terus memakai Gelang EM Keramik untuk kesehatan. Ketika timbul bintik-bintik di badan yang sangat gatal, saya langsung mengoleskan Minyak Oles Bokashi. Rasa gatal perlahan hilang dan akhirnya sembuh total.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


Gejala Rematik Teratasi Berkat MOB & Polleng

thumbnail
Nama: Joseph Zacharias Aris Rahardjo, 79 tahun, pekerjaan karyawan, tinggal di Magelang.
Pengalaman:
Sudah lama saya menderita sakit di lutut. Menurut pemeriksaan dokter, saya mengalami gejala rematik. Saya pun bertekad untuk tidak pernah putus asa berobat demi kesembuhan. Akhirnya saya bertemu SPG Pak Oles yang menganjurkan saya memakai Minyak Oles Bokashi. Saya juga coba mengonsumsi Polleng untuk menjaga daya tahan tubuh dan mencegah pikun. Sekarang saya merasa stamina tubuh kembali prima.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008


WHO Soroti Tingginya Kematian Ibu Asia Tenggara

thumbnail
Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menteri kesehatan negara-negara Asia Tenggara yang bertemu di New Delhi, India pada 8-11 September untuk membahas khusus angka kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong masih tinggi.
Siaran pers dari kantor perwakilan WHO Jakarta yang diterima Antara, menyebut, kematian ibu di kawasan Asia Tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak secara global. WHO memperkirakan, 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun dengan total kematian ibu dan bayi baru lahir, 170 ribu dan 1,3 juta per tahun.

Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu dan anak terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar. Dalam hal ini, hampir semua negara anggota telah berupaya menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan trampil.
Namun semua negara masih harus bekerja keras untuk mewujudkan akses universal pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan trampil supaya bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), menurunkan separuh angka kematian ibu dan anak tahun 1990 menjadi pada 2015. Selain menyoroti masalah kematian ibu dan anak, pertemuan itu juga membahas soal penanganan epidemi infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) yang juga terus menyebabkan kematian di Asia Tenggara.
Dengan sekitar 3,6 juta orang dengan HIV/AIDS dan 260 ribu kasus baru setiap tahun, Asia Tenggara merupakan kawasan dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia. Penularan infeksi virus tersebut juga masih terus berlanjut, terutama melalui hubungan seks antara pekerja seks komersial dengan klien, penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan hubungan sesama jenis.
Direktur WHO Regional Asia Tenggara, Dr Samlee Plianbangchang mengatakan, guna mengatasi masalah itu kini negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan.
Hanya saja, masih terjadi kesenjangan berupa rendahnya cakupan pelayanan, minimnya alokasi anggaran kesehatan, kurang optimal koordinasi dan penggunaan dana dari para donor. WHO mempromosikan pendekatan kesehatan masyarakat untuk memerangi HIV/AIDS yakni pendefinisian masalah, identifikasi metode penanganan yang tepat, intensifikasi intervensi yang dinilai efektif, pemantauan dan evaluasi terhadap dampak intervensi plus biaya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Gelombang Industri Pertanian

thumbnail
Era marketing baru di tengah proses digitalisasi bidang-bidang kehidupan, bangsa Indonesia belum tuntas merumuskan jati dirinya. Setidaknya, belum ada “gelombang industri” yang serius digarap dari hulu hingga hilir dalam bidang tertentu secara nasional dan massal.
Anak-anak muda India mulai merumuskan masa depan mereka ada di pengembangan perangkat digital komputerisasi. Remaja-remaja Cina sejak kecil digembleng menjadi profesional dengan menekuni bakat dan hobi mereka. Entah di bidang olahraga, pendidikan akademis maupun usaha tertentu. Terbukti, prestasi Cina menjulang di bidang olahraga, ekspansi bisnis maupun penelitian ilmiah. Pusaran peradaban dunia pun mulai bergeser dari Washington dan New York menuju Beijing dan Hongkong, termasuk Singapura!

Tetangga terdekat di kawasan Asia Tenggara, Vietnam gencar mengembangkan produk-produk pertanian unggulan. Ternyata, bidang-bidang industri lain bertumbuh cepat. Hal ini menjadi sebuah catatan kecil, bahwa keseriusan sebuah negara menggarap “potensi unggulan” akan berdampak pada pengembangan industri di bidang lain.
Bangsa Indonesia sebenarnya tidak gagap mendeklarasikan potensi unggulannya. Apalagi kalau bukang dunia pertanian. Lahan pertanian masih terhampar luas dari Sabang sampai Merauke. Lahan tidur pun masih banyak dibiarkan terlantar di berbagai daerah hingga pelosok desa. Suasana iklim pun merupakan karunia Allah yang patut kita syukuri. Di negeri ini tidak ada musim salju atau diterpa badai angin topan yang selalu ganas memporak-porandakan negeri Amerika Serikat.
Mengapa bangsa Indonesia tertatih-tatih menapak tangga kemandirian di bidang pangan? Ada apa dengan dunia pertanian di negeri ini? Nyatanya, pemerintah terus menggulirkan dana bantuan maupun program pengembangan sub-sub sektor pertanian.
Visi menata grand desain pembangunan dunia pertanian Indonesia seperti sebuah jalan sunyi nan lengang. Penyair Cina, Lu Hsun pernah berkata, harapan itu seperti jalan setapak yang sepi, Tapi, ketika ada orang yang mulai melintasi dan membabat belukarnya, mulailah yang lain mengikuti.
Sangat sederhana untuk kembali merumuskan jalan sunyi menuju kemandirian pangan. Pertama, program pengembangan potensi produk pertanian tidak boleh seragam. Tugas pemerintah adalah mendukung produk unggulan yang sudah dikembangkan masyarakat di sebuah daerah. Bentuk dukungan itu disertai dengan perbaikan etos kinerja birokrat yang bermental wirausaha. Pejabat birokrat harus diberi target hasil dalam periode tertentu. Jika gagal harus mundur menjadi PNS biasa.
Kedua, pemerintah fokus mengembangkan jaringan pasar dengan investor dalam dan luar negeri. Petani akan serius menanam produk tertentu jika mereka tahu ada yang membeli produk mereka.
Ketiga, komponen pertanian saatnya meninggalkan praktek pertanian berbasis kimiawi dan pestisida. Trend pertanian organik bukan sedekar kampanye ambisius, tapi telah terbukti bahwa manajemen pengolahan dan distribusi pupuk kimia bersubsidi selama ini “mempermainkan” nasib petani; penyebab utama lahan pertanian yang subur menjadi tandus; menciptakan ketergantungan dalam setiap periode tanam; dan merusakkan ekosistem lingkungan termasuk unsur hara dalam tanah.
Jati diri potensi negeri ini ada di medan agraris. Jika dunia pertanian menjadi fokus utama pembangunan di negeri ini, tak lama lagi Indonesia akan menjadi lumbung produk pangan dan nabati dunia. Generasi muda pun kembali tertarik terjun ke industri pertanian terpadu. Sayang, para elite politik yang menjadi pejabat maupun wakil rakyat memandang potensi pertanian secara “Jakartasentris”. Padahal pasar horizontal secara global mendorong pemerintah dan komponen masyarakat menemukan identitas produk yang khas, lalu digarap menjadi produk berkualitas lewat inovasi dan kreativitas di tengah pasar kompetisi.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Menerobos Pasar China Barat Laut

thumbnail
Oleh: Ahmad Wijaya
Wilayah otonomi khusus Xinjiang, di China barat laut, ternyata diam-diam menyimpan potensi ekonomi dan pariwisata yang sangat besar bagi Indonesia.
Xinjiang dengan ibukota Urumqi, selama ini memang masih belum terlalu diperhatikan oleh pengusaha Indonesia karena letaknya yang memang sangat jauh dari Beijing, empat jam penerbangan, di samping informasi pasar mengenai wilayah itu yang sangat minim.
Namun demikian, Xinjiang yang memiliki luas wilayah 1,66 juta meter persegi atau 16 persen dari total wilayah China, sesungguhnya sangat berpeluang untuk menjadi daerah mitra bagi pengusaha Indonesia.
Harus diakui selama ini pengusaha Indonesia dalam menjalankan bisnis pariwisata dengan China masih terkosentrasi ke wilayah China timur hingga selatan, seperti di provinsi Shandong, Shanghai, Shenzhen, serta provinsi Guangzhou, termasuk di antaranya Hong Kong.

Dubes RI untuk China Sudrajat, mengatakan pengusaha Indonesia selama ini cenderung lebih fokus melakukan kontak dagang dan ekonomi dengan wilayah China yang terletak di pantai timur hingga selatan, padahal di China barat laut, China barat daya, juga China tengah memiliki potensi yang sama baiknya. "Memang harus diakui bahwa volume perdagangan dan ekonomi Indonesia selama ini memang masih sedikit ke China barat sehingga upaya mencari pasar baru dan melakukan promosi ke wilayah China barat laut, seperti di Xinjiang sangat perlu dilakukan," kata dubes Sudrajat.
Padahal, potensi ekonomi provinsi atau wilayah di China barat sebenarnya juga sangat besar dan bahkan bisa dimanfaatkan Indonesia mengingat Xinjiang memiliki mayoritas berpenduduk Islam.
Ia menambahkan, adanya hubungan persaudaraan sesama wilayah yang mayoritas berpenduduk Islam juga dapat menjadi alasan begitu penting dan terbukanya peluang Indonesia memasarkan produknya ke wilayah itu.
Atase Perdagangan (Atdag) Beijing Imbang Listiyadi mengatakan pula bahwa wilayah ini sejatinya memiliki pasar tersendiri bagi produk Indonesia, khususnya untuk wilayah China baratlaut.
Senada dengan dubes Sudrajat, Imbang mengatakan pula konsentrasi pengusaha Indonesia melakukan hubungan dagang dengan China masih di wilayah China timur hingga selatan, seperti Guangzhou dan Shanghai. "Padahal sesungguhnya wilayah China baratlaut seperti Xinjiang juga memiliki prospek tersendiri yang bisa dikembangkan di masa mendatang," katanya.
Berbagai produk makanan olahan Indonesia, tambahnya, sesungguhnya sudah ada yang masuk ke pasar Xinjiang. Tapi demikian produk-produk tersebut masih dibawa oleh pedagang dari China selatan dan timur yang selama ini telah lama melakukan kontak dagang dengan Indonesia. "Sementara perdagangan langsung antara pengusaha Indonesia dengan Xinjiang saat ini masih belum terjalin. Oleh sebab itu keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini sangat penting dan strategis," katanya. (Antara)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

Yogyakarta, Pasar Potensial Tanaman Hias

thumbnail
Untuk bisnis tanaman hias, Yogyakarta tetap menjadi pasar potensial dan menjadi tujuan utama pedagang dari berbagai daerah untuk memasok tanaman. Sebagai pasar potensial, Yogyakarta belum tertandingi dibanding daerah lain di Indonesia, dan bahkan setiap hari digelar bursa tanaman hias di beberapa tempat sekaligus, kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) DIY, Bambang Wibowo di Yogyakarta.
Selain diserbu pedagang tanaman hias dari luar daerah, sebut Wibowo, pembeli tanaman hias juga datang dari berbagai kota di luar Yogyakarta. Seperti yang diberitakan Antara, produk tanaman hias yang dipasarkan selain hasil budidaya petani, juga dari petani Wonosobo, Kopeng, Tawangmangu, Tulungangung dan Blitar. Seperti di sentra tanaman hias Jl Kebun Raya, Kebun Binatang Gembiraloka, setiap pagi sudah parker empat truk pengangkut aneka tanaman hias dari Blitar maupun Tulungagung, Jawa Timur.
M Nasir, petani dan pedagang tanaman hias asal Kabupaten Sleman mengaku, bisnis tanaman hias cenderung sepi pembeli. "Kondisinya memang pasang surut dan sulit diprediksi," katanya. Lebaran nanti belum tentu ramai pasar tanaman hias meski banyak pemudik yang pulang kampung.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008

NTB Kekurangan Dokter Spesialis

thumbnail
Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai menyiapkan dokter spesialis untuk ditempatkan ke rumah sakit rujukan di Pulau Sumbawa. Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Abdul Malik saat memimpin rapat koordinasi di NTB belum lama ini meminta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan NTB untuk memantapkan program beasiswa bagi para dokter lulusan Universitas Mataram (Unram) demi meraih dokter spesialis.
Menurut Malik, program beasiswa untuk pendidikan dokter spesialis diprioritaskan kepada putra-putri daerah agar mencukupi kebutuhan pelayanan dokter ahli. Rencananya, NTB siap mengirim 50 orang dokter umum lulusan Unram untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis di sejumlah fakultas kedokteran di Indonesia. "Anggarannya masih dalam proses pembahasan di gedung DPRD NTB. NTB juga menjalan kerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Gadja Mada (UGM) untuk menghasilkan dokter spesialis," katanya.

Dari 50 orang calon dokter spesialis itu, sebagian dipersiapkan untuk rumah sakit rujukan di Pulau Sumbawa yang segera dibangun dengan dukungan dana APBD Kabupaten Sumbawa, APBD NTB dan APBD dari pos Departemen Kesehatan. Lokasinya merupakan perluasan dari kawasan RSUD Sumbawa. Pemkab Sumbawa sudah menyediakan lahan 5 hektar.
Malik menjelaskan, saat ini dokter spesialis yang mengabdi di NTB hanya 30 orang. Selain RSUD Mataram, juga tersebar di beberapa RS sekitar Pulau Lombok. ‘’Dari 30 orang dokter spesialis itu, 11 orang telah memasuki usia pensiun yakni 56 tahun. Dua orang di antaranya sudah menerima surat keputusan pensiun,’’ ujarnya.
Untuk mengisi kekosongan, tambah Malik, pihaknya sudah mengusulkan perpanjangan usia pensiun bagi 9 orang dokter spesialis. Diupayakan usia pengabdian mereka diperpanjang hingga 65 tahun jika dalam waktu dekat ini Departemen Kesehatan tidak menambah jumlah dokter spesialis untuk NTB. Strategi itu erat kaitan dengan upaya pemenuhan staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mataram (Unram). ‘’Jumlah dokter spesialis masih dapat dikatakan langka di wilayah NTB, berbeda dengan dokter umum yang sudah dihasilkan FK Unram dalam jumlah yang memadai,’’ tambah Malik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008