Oleh: Ahmad Wijaya
Wilayah otonomi khusus Xinjiang, di China barat laut, ternyata diam-diam menyimpan potensi ekonomi dan pariwisata yang sangat besar bagi Indonesia.
Xinjiang dengan ibukota Urumqi, selama ini memang masih belum terlalu diperhatikan oleh pengusaha Indonesia karena letaknya yang memang sangat jauh dari Beijing, empat jam penerbangan, di samping informasi pasar mengenai wilayah itu yang sangat minim.
Namun demikian, Xinjiang yang memiliki luas wilayah 1,66 juta meter persegi atau 16 persen dari total wilayah China, sesungguhnya sangat berpeluang untuk menjadi daerah mitra bagi pengusaha Indonesia.
Harus diakui selama ini pengusaha Indonesia dalam menjalankan bisnis pariwisata dengan China masih terkosentrasi ke wilayah China timur hingga selatan, seperti di provinsi Shandong, Shanghai, Shenzhen, serta provinsi Guangzhou, termasuk di antaranya Hong Kong.
Dubes RI untuk China Sudrajat, mengatakan pengusaha Indonesia selama ini cenderung lebih fokus melakukan kontak dagang dan ekonomi dengan wilayah China yang terletak di pantai timur hingga selatan, padahal di China barat laut, China barat daya, juga China tengah memiliki potensi yang sama baiknya. "Memang harus diakui bahwa volume perdagangan dan ekonomi Indonesia selama ini memang masih sedikit ke China barat sehingga upaya mencari pasar baru dan melakukan promosi ke wilayah China barat laut, seperti di Xinjiang sangat perlu dilakukan," kata dubes Sudrajat.
Padahal, potensi ekonomi provinsi atau wilayah di China barat sebenarnya juga sangat besar dan bahkan bisa dimanfaatkan Indonesia mengingat Xinjiang memiliki mayoritas berpenduduk Islam.
Ia menambahkan, adanya hubungan persaudaraan sesama wilayah yang mayoritas berpenduduk Islam juga dapat menjadi alasan begitu penting dan terbukanya peluang Indonesia memasarkan produknya ke wilayah itu.
Atase Perdagangan (Atdag) Beijing Imbang Listiyadi mengatakan pula bahwa wilayah ini sejatinya memiliki pasar tersendiri bagi produk Indonesia, khususnya untuk wilayah China baratlaut.
Senada dengan dubes Sudrajat, Imbang mengatakan pula konsentrasi pengusaha Indonesia melakukan hubungan dagang dengan China masih di wilayah China timur hingga selatan, seperti Guangzhou dan Shanghai. "Padahal sesungguhnya wilayah China baratlaut seperti Xinjiang juga memiliki prospek tersendiri yang bisa dikembangkan di masa mendatang," katanya.
Berbagai produk makanan olahan Indonesia, tambahnya, sesungguhnya sudah ada yang masuk ke pasar Xinjiang. Tapi demikian produk-produk tersebut masih dibawa oleh pedagang dari China selatan dan timur yang selama ini telah lama melakukan kontak dagang dengan Indonesia. "Sementara perdagangan langsung antara pengusaha Indonesia dengan Xinjiang saat ini masih belum terjalin. Oleh sebab itu keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini sangat penting dan strategis," katanya. (Antara)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Wilayah otonomi khusus Xinjiang, di China barat laut, ternyata diam-diam menyimpan potensi ekonomi dan pariwisata yang sangat besar bagi Indonesia.
Xinjiang dengan ibukota Urumqi, selama ini memang masih belum terlalu diperhatikan oleh pengusaha Indonesia karena letaknya yang memang sangat jauh dari Beijing, empat jam penerbangan, di samping informasi pasar mengenai wilayah itu yang sangat minim.
Namun demikian, Xinjiang yang memiliki luas wilayah 1,66 juta meter persegi atau 16 persen dari total wilayah China, sesungguhnya sangat berpeluang untuk menjadi daerah mitra bagi pengusaha Indonesia.
Harus diakui selama ini pengusaha Indonesia dalam menjalankan bisnis pariwisata dengan China masih terkosentrasi ke wilayah China timur hingga selatan, seperti di provinsi Shandong, Shanghai, Shenzhen, serta provinsi Guangzhou, termasuk di antaranya Hong Kong.
Dubes RI untuk China Sudrajat, mengatakan pengusaha Indonesia selama ini cenderung lebih fokus melakukan kontak dagang dan ekonomi dengan wilayah China yang terletak di pantai timur hingga selatan, padahal di China barat laut, China barat daya, juga China tengah memiliki potensi yang sama baiknya. "Memang harus diakui bahwa volume perdagangan dan ekonomi Indonesia selama ini memang masih sedikit ke China barat sehingga upaya mencari pasar baru dan melakukan promosi ke wilayah China barat laut, seperti di Xinjiang sangat perlu dilakukan," kata dubes Sudrajat.
Padahal, potensi ekonomi provinsi atau wilayah di China barat sebenarnya juga sangat besar dan bahkan bisa dimanfaatkan Indonesia mengingat Xinjiang memiliki mayoritas berpenduduk Islam.
Ia menambahkan, adanya hubungan persaudaraan sesama wilayah yang mayoritas berpenduduk Islam juga dapat menjadi alasan begitu penting dan terbukanya peluang Indonesia memasarkan produknya ke wilayah itu.
Atase Perdagangan (Atdag) Beijing Imbang Listiyadi mengatakan pula bahwa wilayah ini sejatinya memiliki pasar tersendiri bagi produk Indonesia, khususnya untuk wilayah China baratlaut.
Senada dengan dubes Sudrajat, Imbang mengatakan pula konsentrasi pengusaha Indonesia melakukan hubungan dagang dengan China masih di wilayah China timur hingga selatan, seperti Guangzhou dan Shanghai. "Padahal sesungguhnya wilayah China baratlaut seperti Xinjiang juga memiliki prospek tersendiri yang bisa dikembangkan di masa mendatang," katanya.
Berbagai produk makanan olahan Indonesia, tambahnya, sesungguhnya sudah ada yang masuk ke pasar Xinjiang. Tapi demikian produk-produk tersebut masih dibawa oleh pedagang dari China selatan dan timur yang selama ini telah lama melakukan kontak dagang dengan Indonesia. "Sementara perdagangan langsung antara pengusaha Indonesia dengan Xinjiang saat ini masih belum terjalin. Oleh sebab itu keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini sangat penting dan strategis," katanya. (Antara)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar