Mahasiswa luar negeri yang tertarik mempelajari tabuh dan tari Bali, baik di Pulau Dewata maupun di sejumlah perguruan tinggi seni di Amerika Serikat yang mengelola gamelan Bali umumnya mempelajari jenis-jenis gamelan yang tingkat penguasaannya cukup rumit.
"Jenis instrumen musik yang cukup diminati tersebut antara lain Semarandana, lesem, gambang, slonding dan saron," kata Ketua Sanggar Manika Santi Denpasar I Wayan Sinti MA yang telah berpengalaman mengajar pada sebelas universitas di Amerika Serikat maupun melatih mahasiswa asing di Bali.
Kepada ANTARA, Wayan Sinti mengatakan bahwa seniman-seniman muda Bali hanya tertarik belajar gong bleganjur dan hanya sebagian kecil yang tertarik mendalami jenis gamelan seperti yang dipelajari seniman asing. Padahal jenis gamelan seperti Semarandana, lesem, gambang, slonding dan saron, keberadaannya semakin langka.
"Jika hal itu terjadi secara berkesinambungan, dan tidak ada upaya dan niat generasi muda Bali mempelajari ke-30 jenis gamelan Bali, dikhawatirkan banyak jenis kesenian Bali justru dikuasai orang asing," ujar Wayan Sinti yang segera bertolak ke Kanada bersama istrinya untuk mengajar tabuh dan tari Bali kepada mahasiswa University Toronto Kanada.
Ia mengharapkan kepada generasi muda Bali untuk tetap mempelajari dan menekuni semua jenis gamelan dan tarian Bali yang diwarisi dari leluhur. "Hal itu sangat penting jangan sampai warisan seni budaya Bali yang kini telah dikenal dunia internasional sampai punah tidak ada penerusnya di daerah sendiri," harap Nyoman Sinti.
Sementara Ketua Yayasan Seni Suardana Desa Celuk, Kabupaten Gianyar I Ketut Suardana yang peduli terhadap keberadaan sejumlah kesenian langka antara lain gambang, slonding dan saron menambahkan, Richard Kaal, pemusik bertaraf internasional asal Australia melakukan penelitian, mengkaji dan mendokumentasikan berbagai jenis kesenian yang tergolong langka dan hampir punah di Pulau Dewata.
Selama beberapa tahun Richard Kaal bermukim di Bali telah mendokumentasikan tidak kurang dari 30 instrumen musik tradisional Bali (gamelan) dan tarian yang tergolong langka.
Pemegang visa budaya yang ikut bergabung dalam yayasan seni Suardana itu dinilai sangat berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran untuk mengkolaborasikan berbagai jenis alat musik tradisional Bali dengan musik-musik modern.
Selain itu sangat aktif dan tekun mendokumentasi dan mengkaji seni dan budaya Bali yang selama ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata, ujar Ketut Suardana.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
"Jenis instrumen musik yang cukup diminati tersebut antara lain Semarandana, lesem, gambang, slonding dan saron," kata Ketua Sanggar Manika Santi Denpasar I Wayan Sinti MA yang telah berpengalaman mengajar pada sebelas universitas di Amerika Serikat maupun melatih mahasiswa asing di Bali.
Kepada ANTARA, Wayan Sinti mengatakan bahwa seniman-seniman muda Bali hanya tertarik belajar gong bleganjur dan hanya sebagian kecil yang tertarik mendalami jenis gamelan seperti yang dipelajari seniman asing. Padahal jenis gamelan seperti Semarandana, lesem, gambang, slonding dan saron, keberadaannya semakin langka.
"Jika hal itu terjadi secara berkesinambungan, dan tidak ada upaya dan niat generasi muda Bali mempelajari ke-30 jenis gamelan Bali, dikhawatirkan banyak jenis kesenian Bali justru dikuasai orang asing," ujar Wayan Sinti yang segera bertolak ke Kanada bersama istrinya untuk mengajar tabuh dan tari Bali kepada mahasiswa University Toronto Kanada.
Ia mengharapkan kepada generasi muda Bali untuk tetap mempelajari dan menekuni semua jenis gamelan dan tarian Bali yang diwarisi dari leluhur. "Hal itu sangat penting jangan sampai warisan seni budaya Bali yang kini telah dikenal dunia internasional sampai punah tidak ada penerusnya di daerah sendiri," harap Nyoman Sinti.
Sementara Ketua Yayasan Seni Suardana Desa Celuk, Kabupaten Gianyar I Ketut Suardana yang peduli terhadap keberadaan sejumlah kesenian langka antara lain gambang, slonding dan saron menambahkan, Richard Kaal, pemusik bertaraf internasional asal Australia melakukan penelitian, mengkaji dan mendokumentasikan berbagai jenis kesenian yang tergolong langka dan hampir punah di Pulau Dewata.
Selama beberapa tahun Richard Kaal bermukim di Bali telah mendokumentasikan tidak kurang dari 30 instrumen musik tradisional Bali (gamelan) dan tarian yang tergolong langka.
Pemegang visa budaya yang ikut bergabung dalam yayasan seni Suardana itu dinilai sangat berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran untuk mengkolaborasikan berbagai jenis alat musik tradisional Bali dengan musik-musik modern.
Selain itu sangat aktif dan tekun mendokumentasi dan mengkaji seni dan budaya Bali yang selama ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata, ujar Ketut Suardana.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar