Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan sentra produksi kedelai terbesar ketiga nasional, setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. "NTB merupakan salah satu sentra produksi kedelai terbesar nasional karena lahan kedelai terus bertambah dan kini telah mencapai 18 ribu hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, Dr Mashur yang dilansir ANTARA.
Produksi kedelai di NTB tahun 2007 sebesar 68.419 ton biji kering, turun sebesar 37 persen dari 108.640 ton pada tahun 2006. Penurunan produksi kedelai itu diakibatkan oleh penurunan luas panen, yang pada tahun 2006 mencapai 95.278 hektare menjadi hanya 56.901 hektare di tahun 2007.
Penurunan produksi di tahun 2007 di wilayah NTB itu sejalan dengan penurunan produksi rata-rata nasional. Produksi kedelai nasional tahun 2007 sebanyak 608.263 ton atau turun 18,6 persen jika dibandingkan produksi tahun 2006 yakni sebanyak 747.611 ton.
Khusus di wilayah NTB, produktivitas kedelai pada tahun 2007 sempat mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu naik 62 kg per hektar menjadi 12,02 kuintal per hektare, namun kenaikan produktivitas itu belum bisa mengimbangani penurunan luas panen sehingga produksi yang dihasilkan pada tahun 2007 tetap turun.
Namun, pada tahun 2008 diperkirakan produksi kembali meningkat menjadi 100.562 ton biji kering atau naik 47 persen karena adanya perluasan lahan kedelai yang cukup signifikan yakni dari 56.901 hektare di tahun 2007 menjadi 79.342 hektare di tahun 2008 (prediksi Angka Ramalan II).
Dengan demikian, tambah Mashur, NTB dianggap masih mampu memproduksi kedelai lebih dari 100 ribu ton/tahun, sehingga ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi kedelai terbesar ketiga nasional.
Sementara Jawa Timur selaku sentra produksi utama nasional mampu memproduksi 300 ribu ton/tahun, dan Jawa Tengah sekitar 200 ton/tahun dan Aceh yang juga mampu memproduksi lebih dari 100 ribu ton/tahun.
Sedangkan budidaya tanaman jagung juga siap dikembangkan di Pulau Lombok dan Sumbawa. Pemerintah NTB telah menjajaki kerja sama dengan investor asal Korea Selatan (Korsel). "Pertengahan Maret lalu, investor dari Korsel sudah menjajaki potensi pengembangan jagung di NTB. Kami tunggu realisasinya," kataDr Mashur.
Mashur mengatakan, investor Korsel yang berminat mengembangkan tanaman jagung sekaligus membangun pabrik pakan di wilayah NTB itu, bernaung di Harim Group Planing Departement.
Saat berkunjung ke wilayah NTB, 13 Maret 2008, Vice President Harim Group, Lee In Kyu, mengaku telah menyiapkan dana sebesar 30 juta dolar AS untuk investasi di kebun jagung. Investor Korsel itu membutuhkan lahan jagung seluas 5.000 hektar untuk inti dan 120.000 hektar untuk plasma, termasuk untuk lokasi pembangunan pabrik pakan ternak dan fasilitas lain.
Khusus untuk keperluan pabrik pakan ternak, investor asing itu membutuhkan sedikitnya 300.000 metrik ton jagung per tahun yang akan dibeli dari petani yang menjadi mitra binaan. "Lahan untuk pengembangan jagung itu tidak menjadi masalah karena cukup tersedia, demikian pula potensi produksi jagung di wilayah NTB yang cukup menjanjikan," ujarnya.
Menurut Mashur, petani jagung di Pulau Lombok maupun Sumbawa akan makin termotivasi untuk menanam jagung jika investasi pengusaha Korsel itu terealisasikan.
Apalagi, investasi besar itu didukung dengan pabrik pengolahan pakan, petani akan lebih leluasa memasarkan hasil panennya. "Kehadiran investor Korsel itu juga akan banyak membantu petani dari aspek modal usaha, penyediaan sarana produksi seperti bibit, pupuk dan obat-obatan serta teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung," ujarnya.
Saat ini, petani jagung di wilayah NTB mampu memproduksi 10.000 ton jagung per hektar. Jika lahan inti seluas 5.000 hektar dan plasma 120.000 hektar dimanfaatkan untuk pengembangan jagung, maka produksinya dapat melebihi kebutuhan pabrik pakan ternak.
NTB 2007 memproduksi 120.612 ton pipilan jagung kering, naik sekitar 16% dibanding produksi 2006 sebanyak 103.963 ton. Peningkatan produksi itu disebabkan bertambahnya luas panen dan produktivitas jagung. Luas panen pada 2007 mencapai 42.955 hektar atau mengalami kenaikan luas panen sebanyak 2.338 hektar atau 5,8%.
Sementara produktivitasnya mencapai 28,08 kwintal per hektar atau meningkat 9,7% dari 25,60 kwintal per hektar pada 2006. Sedangkan target produksi jagung 2008 (berdasarkan Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 168.161 ton pipilan kering atau meningkat 47.550 ton (39,4%) jika dibanding 2007. Tinggi produksi jagung itu disebabkan oleh peningkatan produktivitas yang cukup signifikan hingga mencapai 32,69 kwintal/hektar jagung pipilan kering dan meningkatnya luas panen sebesar 19,7%.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Produksi kedelai di NTB tahun 2007 sebesar 68.419 ton biji kering, turun sebesar 37 persen dari 108.640 ton pada tahun 2006. Penurunan produksi kedelai itu diakibatkan oleh penurunan luas panen, yang pada tahun 2006 mencapai 95.278 hektare menjadi hanya 56.901 hektare di tahun 2007.
Penurunan produksi di tahun 2007 di wilayah NTB itu sejalan dengan penurunan produksi rata-rata nasional. Produksi kedelai nasional tahun 2007 sebanyak 608.263 ton atau turun 18,6 persen jika dibandingkan produksi tahun 2006 yakni sebanyak 747.611 ton.
Khusus di wilayah NTB, produktivitas kedelai pada tahun 2007 sempat mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu naik 62 kg per hektar menjadi 12,02 kuintal per hektare, namun kenaikan produktivitas itu belum bisa mengimbangani penurunan luas panen sehingga produksi yang dihasilkan pada tahun 2007 tetap turun.
Namun, pada tahun 2008 diperkirakan produksi kembali meningkat menjadi 100.562 ton biji kering atau naik 47 persen karena adanya perluasan lahan kedelai yang cukup signifikan yakni dari 56.901 hektare di tahun 2007 menjadi 79.342 hektare di tahun 2008 (prediksi Angka Ramalan II).
Dengan demikian, tambah Mashur, NTB dianggap masih mampu memproduksi kedelai lebih dari 100 ribu ton/tahun, sehingga ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi kedelai terbesar ketiga nasional.
Sementara Jawa Timur selaku sentra produksi utama nasional mampu memproduksi 300 ribu ton/tahun, dan Jawa Tengah sekitar 200 ton/tahun dan Aceh yang juga mampu memproduksi lebih dari 100 ribu ton/tahun.
Sedangkan budidaya tanaman jagung juga siap dikembangkan di Pulau Lombok dan Sumbawa. Pemerintah NTB telah menjajaki kerja sama dengan investor asal Korea Selatan (Korsel). "Pertengahan Maret lalu, investor dari Korsel sudah menjajaki potensi pengembangan jagung di NTB. Kami tunggu realisasinya," kataDr Mashur.
Mashur mengatakan, investor Korsel yang berminat mengembangkan tanaman jagung sekaligus membangun pabrik pakan di wilayah NTB itu, bernaung di Harim Group Planing Departement.
Saat berkunjung ke wilayah NTB, 13 Maret 2008, Vice President Harim Group, Lee In Kyu, mengaku telah menyiapkan dana sebesar 30 juta dolar AS untuk investasi di kebun jagung. Investor Korsel itu membutuhkan lahan jagung seluas 5.000 hektar untuk inti dan 120.000 hektar untuk plasma, termasuk untuk lokasi pembangunan pabrik pakan ternak dan fasilitas lain.
Khusus untuk keperluan pabrik pakan ternak, investor asing itu membutuhkan sedikitnya 300.000 metrik ton jagung per tahun yang akan dibeli dari petani yang menjadi mitra binaan. "Lahan untuk pengembangan jagung itu tidak menjadi masalah karena cukup tersedia, demikian pula potensi produksi jagung di wilayah NTB yang cukup menjanjikan," ujarnya.
Menurut Mashur, petani jagung di Pulau Lombok maupun Sumbawa akan makin termotivasi untuk menanam jagung jika investasi pengusaha Korsel itu terealisasikan.
Apalagi, investasi besar itu didukung dengan pabrik pengolahan pakan, petani akan lebih leluasa memasarkan hasil panennya. "Kehadiran investor Korsel itu juga akan banyak membantu petani dari aspek modal usaha, penyediaan sarana produksi seperti bibit, pupuk dan obat-obatan serta teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung," ujarnya.
Saat ini, petani jagung di wilayah NTB mampu memproduksi 10.000 ton jagung per hektar. Jika lahan inti seluas 5.000 hektar dan plasma 120.000 hektar dimanfaatkan untuk pengembangan jagung, maka produksinya dapat melebihi kebutuhan pabrik pakan ternak.
NTB 2007 memproduksi 120.612 ton pipilan jagung kering, naik sekitar 16% dibanding produksi 2006 sebanyak 103.963 ton. Peningkatan produksi itu disebabkan bertambahnya luas panen dan produktivitas jagung. Luas panen pada 2007 mencapai 42.955 hektar atau mengalami kenaikan luas panen sebanyak 2.338 hektar atau 5,8%.
Sementara produktivitasnya mencapai 28,08 kwintal per hektar atau meningkat 9,7% dari 25,60 kwintal per hektar pada 2006. Sedangkan target produksi jagung 2008 (berdasarkan Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 168.161 ton pipilan kering atau meningkat 47.550 ton (39,4%) jika dibanding 2007. Tinggi produksi jagung itu disebabkan oleh peningkatan produktivitas yang cukup signifikan hingga mencapai 32,69 kwintal/hektar jagung pipilan kering dan meningkatnya luas panen sebesar 19,7%.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar