Mulyadi seorang usahawan pertambangan di Kalimantan Selatan (Kalsel) hilir mudik di kawasan Pasar Wadai Ramadan (Ramadan Cake Fair) di Jalan Sudirman tepatnya di pinggiran Sungai Martapura Banjarmasin. "Di mana ya langganan saya membeli kue (penganan) amparan tatak yang enak dan lezat, di pasar wadai ini," ujarnya mencari-cari kios kue langganannya.
Mulyadi akhirnya menemukan kios seorang ibu penjual kue dari puluhan kios kue di pasar yang hanya berdiri sepanjang Ramadan tersebut, seraya membeli beberapa potong kue untuk dibawa pulang. "Saya sudah terbiasa membeli kue di lokasi kios milik ibu itu, walau ada kue sejenis di tempat lain, tetapi rasanya menurut saya paling enak di kios itu," katanya.
Beberapa orang wisatawan asal Jepang yang dipandu seorang pramuwisata datang ke pasar Wadai, terlihat membidikkan kamera digitalnya ke deretan penjual makanan Ramadan. Para wisatawan tersebut lebih tertarik dengan masakan yang terbuat dari ikan-ikan lokal, seperti saluang goreng, lais pepes, haruan baubar, baung gangan asam, serta gangan batanak (ikan asin gabus digulai).
Beberapa pengunjung yang lain bergerombol menyerbu sebuah kios yang khusus menjual burung balibis goreng, burung puyuh dan burung punai goreng. Di lokasi pasar kue tahunan yang dikelola Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Banjarmasin ini memang menggelar setidaknya 41 macam kue tradisional khas suku Banjar, di Kalsel, seperti kue amparan tatak, kraraban, lamang, cingkarok batu, wajik, kelepon, sari pangantin, sarimuka, putrisalat, cincin, untuk-untuk, gagatas, onde-onde, pare, putu mayang, laksa, kokoleh, bingka, bingka barandam, bulungan hayam, kikicak, gayam, agar-agar bagula habang dan kue tradisonal lainnya.
Ia juga menggelar dagangan aneka masakan khas Kalsel, seperti gangan waluh, gangan balamak, papuyu baubar, saluang basanga, masak habang, laksa, lontong, katupat kandangan, soto banjar, gangan kecap haruan, gangan humbut, gangan rabung, pais patin, pais lais, pais baung, karih ayam, karih kambing, dan masakan lainnya.
Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Drs.Rudy Ariffin, saat membuka kegiatan tahunan Senin 1 September 2008 itu menyatakan, pasar Wadai Ramadan (Ramadhan Cake Fair) yang berlangsung setiap bulan Ramadan di Kota Banjarmasin dinyatakan sebagai objek wisata kuliner di wilayah Kalsel. Pasar Wadai dinobatkan sebagai wisata kuliner Ramadan karena menyediakan aneka penganan (kue) dan makanan khas suku Banjar, yang sebagian sulit ditemukan di hari biasa. "Pasar Wadai Ramadan sebagai objek wisata kuliner akan terus dipublikasikan ke penjuru tanah air dan dunia untuk memancing minat wisatawan datang ke Banjarmasin, kata Rudy Ariffin didampingi Walikota Banjarmasin, Yudhi Wahyuni.
Menurut Ariffin yang merupakan putra asli suku Banjar tersebut, keberadaan pasar Wadai dinilai sebagai objek wisata kuliner lantaran di lokasi ini dijual aneka ragam penganan, makanan dan minuman khas suku Banjar Kalsel. Selain itu juga tersedia aneka penganan dan makanan yang berasal dari suku-suku yang ada di tanah air. Sebagian kue dan makanan khas Kalsel yang dijual itu jarang ditemukan di hari biasa kecuali di bulan Ramadan.
Melihat banyaknya kue tradisional yang khas tersebut, maka pasar wadai Ramadan tidak hanya diminati kaum muslimin saja, tapi juga oleh warga non-muslim serta kalangan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Kekhasan atraksi wisata dan juga atraksi budaya pasar Wadai ini telah menjadi event wisata tahunan dan bagian dari kalender kebudayaan Kalsel, yang mendukung Visit Indonesia Year tahun 2008 serta visit Kalsel tahun 2009 mendatang, kata Rudy Ariffin.
Gubernur Kalsel juga berharap pasar wadai dapat memenuhi kebutuhan untuk berbuka puasa kaum muslimin di wilayah ini, karena itu diingatkan kepada para pedagang agar memperhatikan segala aspek, seperti harga, kebersihan, kesehatan, kualitas dan variasi produk dagangan. "Bila pedagang bisa menjaga segala aspek tersebut di atas maka lokasi ini benar-benar akan memancing para pembeli, pada akhirnya mampu menjadikan pasar Wadai sebagai lokasi wisata kuliner bagi semua orang," katanya.
Walikota Banjarmasin, Haji Yudhi Wahyuni menuturkan (Pemko), Banjarmasin melalui kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat kembali menggelar event wisata tahunan, Pasar Wadai Ramadhan di pusat kota Banjarmasin untuk memancing kunjungan wisatawan. "Keberadaan pasar wadai ini juga bisa menjadi ajang nostalgia orang-orang suku Banjar, baik yang ada di Kalsel, maupun yang ada di luar Kalsel, seperti dari Pulau Jawa atau Tembilahan Provinsi Riau yang datang khusus untuk menikmati kue-kue nostalgia tersebut," tuturnya.
Keberadaan pasar Wadai Ramadan di Banjarmasin dimulai tahun 1985, ketika Walikota Banjarmasin saat itu, Haji Kamarudin yang melihat begitu banyaknya penjual wadai di berbagai sudut kota saat puasa yang bukan saja semrawut tetapi juga merusak pemandangan. (Anspek/Hasan Zainuddin)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Pasar-Pasar RAMADAN
KORAN PAK OLES
Selasa, September 16, 2008
Thanks for reading Pasar-Pasar RAMADAN
Label: Oase
« Previous
Ketika Harga Elpiji Terus Dinaikan
Ketika Harga Elpiji Terus Dinaikan
Next »
Sembako Aman Dan Terkendali?
Sembako Aman Dan Terkendali?
0 komentar:
Posting Komentar