Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai menyiapkan dokter spesialis untuk ditempatkan ke rumah sakit rujukan di Pulau Sumbawa. Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Abdul Malik saat memimpin rapat koordinasi di NTB belum lama ini meminta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan NTB untuk memantapkan program beasiswa bagi para dokter lulusan Universitas Mataram (Unram) demi meraih dokter spesialis.
Menurut Malik, program beasiswa untuk pendidikan dokter spesialis diprioritaskan kepada putra-putri daerah agar mencukupi kebutuhan pelayanan dokter ahli. Rencananya, NTB siap mengirim 50 orang dokter umum lulusan Unram untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis di sejumlah fakultas kedokteran di Indonesia. "Anggarannya masih dalam proses pembahasan di gedung DPRD NTB. NTB juga menjalan kerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Gadja Mada (UGM) untuk menghasilkan dokter spesialis," katanya.
Dari 50 orang calon dokter spesialis itu, sebagian dipersiapkan untuk rumah sakit rujukan di Pulau Sumbawa yang segera dibangun dengan dukungan dana APBD Kabupaten Sumbawa, APBD NTB dan APBD dari pos Departemen Kesehatan. Lokasinya merupakan perluasan dari kawasan RSUD Sumbawa. Pemkab Sumbawa sudah menyediakan lahan 5 hektar.
Malik menjelaskan, saat ini dokter spesialis yang mengabdi di NTB hanya 30 orang. Selain RSUD Mataram, juga tersebar di beberapa RS sekitar Pulau Lombok. ‘’Dari 30 orang dokter spesialis itu, 11 orang telah memasuki usia pensiun yakni 56 tahun. Dua orang di antaranya sudah menerima surat keputusan pensiun,’’ ujarnya.
Untuk mengisi kekosongan, tambah Malik, pihaknya sudah mengusulkan perpanjangan usia pensiun bagi 9 orang dokter spesialis. Diupayakan usia pengabdian mereka diperpanjang hingga 65 tahun jika dalam waktu dekat ini Departemen Kesehatan tidak menambah jumlah dokter spesialis untuk NTB. Strategi itu erat kaitan dengan upaya pemenuhan staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mataram (Unram). ‘’Jumlah dokter spesialis masih dapat dikatakan langka di wilayah NTB, berbeda dengan dokter umum yang sudah dihasilkan FK Unram dalam jumlah yang memadai,’’ tambah Malik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Menurut Malik, program beasiswa untuk pendidikan dokter spesialis diprioritaskan kepada putra-putri daerah agar mencukupi kebutuhan pelayanan dokter ahli. Rencananya, NTB siap mengirim 50 orang dokter umum lulusan Unram untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis di sejumlah fakultas kedokteran di Indonesia. "Anggarannya masih dalam proses pembahasan di gedung DPRD NTB. NTB juga menjalan kerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Gadja Mada (UGM) untuk menghasilkan dokter spesialis," katanya.
Dari 50 orang calon dokter spesialis itu, sebagian dipersiapkan untuk rumah sakit rujukan di Pulau Sumbawa yang segera dibangun dengan dukungan dana APBD Kabupaten Sumbawa, APBD NTB dan APBD dari pos Departemen Kesehatan. Lokasinya merupakan perluasan dari kawasan RSUD Sumbawa. Pemkab Sumbawa sudah menyediakan lahan 5 hektar.
Malik menjelaskan, saat ini dokter spesialis yang mengabdi di NTB hanya 30 orang. Selain RSUD Mataram, juga tersebar di beberapa RS sekitar Pulau Lombok. ‘’Dari 30 orang dokter spesialis itu, 11 orang telah memasuki usia pensiun yakni 56 tahun. Dua orang di antaranya sudah menerima surat keputusan pensiun,’’ ujarnya.
Untuk mengisi kekosongan, tambah Malik, pihaknya sudah mengusulkan perpanjangan usia pensiun bagi 9 orang dokter spesialis. Diupayakan usia pengabdian mereka diperpanjang hingga 65 tahun jika dalam waktu dekat ini Departemen Kesehatan tidak menambah jumlah dokter spesialis untuk NTB. Strategi itu erat kaitan dengan upaya pemenuhan staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mataram (Unram). ‘’Jumlah dokter spesialis masih dapat dikatakan langka di wilayah NTB, berbeda dengan dokter umum yang sudah dihasilkan FK Unram dalam jumlah yang memadai,’’ tambah Malik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar