* 12 Orang Meninggal
Sebanyak 954 anak bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Lebak, Banten diidentifikasi sebagai penderita gizi buruk. Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita di Lebak kepada Antara, Jumat (12/9) menjelaskan, total penderita gizi buruk itu dilaporkan petugas gizi di puskesmas per Juli. Ada kemungkinan jumlahnya bisa terus bertambah karena belum semua petugas gizi yang tersebar di 38 puskesmas memberi laporan. ‘’Jumlah balita penderita gizi buruk itu kemungkinan bertambah, karena hasil pemantauan status gizi tahun 2007 mencapai 1.450 balita,’’ katanya. Sedangkan anak yang mengalami kekurangan gizi tercatat 12.660 orang. ‘’Saya kira angka itu kemungkinan meningkat menyusul belum pulihnya ekonomi masyarakat,’’ katanya.
Sudita menyatakan, tingginya penderita gizi buruk disebabkan himpitan kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu, anak memiliki penyakit bawaan seperti jantung, TB, HIV/AIDS, paru-paru dan lain-lainnya. Karena itu, penanggulangan kasus ini harus melibatkan semua komponen baik pemerintah, pengusaha maupun masyarakat. Apalagi, saat ini di Kabupaten Lebak masih tinggi angka kemiskinan.
Ditegaskan, selama ekonomi masyarakat belum sejahtera, penderita gizi buruk tidak akan hilang karena rendahnya daya beli masyarakat. Biasnya, anak atau balita tidak mendapat asupan gizi yang baik. ‘’Banyak orang tua memberikan makanan anak cukup dengan garam dan kerupuk,’’ katanya.
Rohim (3), warga Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, adalah penderita gizi buruk yang kini berat badanya menyusut, sehingga perlu adanya makanan tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan kesehatannya. ‘’Kami tak mampu membelikan makanan yang bergizi karena sebagai pekerja buruh tani,’’ ujar Samin, orang tua Rohim.
Sudita merinci, sejak Januari hingga Juni, tercatat 12 balita penderita gizi buruk di Lebak meninggal dunia akibat terserang berbagai penyakit penyerta. Sebagian besar balita yang meninggal karena terserang penyakit penyerta seperti diare, TB, paru-paru, demam tinggi dan kelainan jantung. Selain itu, keterlambatan mendapatkan akses pelayanan medis. Mereka banyak penderita gizi buruk yang tidak tertolong jiwanya oleh tenaga medis, karena kondisinya sudah sangat parah. ‘’Saat dilarikan ke rumah sakit banyak balita gizi buruk sudah memasuki stadium III,’’ katanya.
Sementara Humas RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung, Hj Rostarina menyatakan, sebagian besar pasien gizi buruk yang meninggal dunia akibat keterlambatan mendapat pengobatan. Selama ini, ujar dia, pasien gizi buruk yang dirawat rumah sakit dalam kondisi parah karena terserang penyakit penyerta. ‘’Saya kira jika cepat penderita gizi buruk dilarikan ke rumah sakit tentu bisa terselamatkan jiwanya,’’ ujarnya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Sebanyak 954 anak bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Lebak, Banten diidentifikasi sebagai penderita gizi buruk. Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita di Lebak kepada Antara, Jumat (12/9) menjelaskan, total penderita gizi buruk itu dilaporkan petugas gizi di puskesmas per Juli. Ada kemungkinan jumlahnya bisa terus bertambah karena belum semua petugas gizi yang tersebar di 38 puskesmas memberi laporan. ‘’Jumlah balita penderita gizi buruk itu kemungkinan bertambah, karena hasil pemantauan status gizi tahun 2007 mencapai 1.450 balita,’’ katanya. Sedangkan anak yang mengalami kekurangan gizi tercatat 12.660 orang. ‘’Saya kira angka itu kemungkinan meningkat menyusul belum pulihnya ekonomi masyarakat,’’ katanya.
Sudita menyatakan, tingginya penderita gizi buruk disebabkan himpitan kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu, anak memiliki penyakit bawaan seperti jantung, TB, HIV/AIDS, paru-paru dan lain-lainnya. Karena itu, penanggulangan kasus ini harus melibatkan semua komponen baik pemerintah, pengusaha maupun masyarakat. Apalagi, saat ini di Kabupaten Lebak masih tinggi angka kemiskinan.
Ditegaskan, selama ekonomi masyarakat belum sejahtera, penderita gizi buruk tidak akan hilang karena rendahnya daya beli masyarakat. Biasnya, anak atau balita tidak mendapat asupan gizi yang baik. ‘’Banyak orang tua memberikan makanan anak cukup dengan garam dan kerupuk,’’ katanya.
Rohim (3), warga Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, adalah penderita gizi buruk yang kini berat badanya menyusut, sehingga perlu adanya makanan tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan kesehatannya. ‘’Kami tak mampu membelikan makanan yang bergizi karena sebagai pekerja buruh tani,’’ ujar Samin, orang tua Rohim.
Sudita merinci, sejak Januari hingga Juni, tercatat 12 balita penderita gizi buruk di Lebak meninggal dunia akibat terserang berbagai penyakit penyerta. Sebagian besar balita yang meninggal karena terserang penyakit penyerta seperti diare, TB, paru-paru, demam tinggi dan kelainan jantung. Selain itu, keterlambatan mendapatkan akses pelayanan medis. Mereka banyak penderita gizi buruk yang tidak tertolong jiwanya oleh tenaga medis, karena kondisinya sudah sangat parah. ‘’Saat dilarikan ke rumah sakit banyak balita gizi buruk sudah memasuki stadium III,’’ katanya.
Sementara Humas RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung, Hj Rostarina menyatakan, sebagian besar pasien gizi buruk yang meninggal dunia akibat keterlambatan mendapat pengobatan. Selama ini, ujar dia, pasien gizi buruk yang dirawat rumah sakit dalam kondisi parah karena terserang penyakit penyerta. ‘’Saya kira jika cepat penderita gizi buruk dilarikan ke rumah sakit tentu bisa terselamatkan jiwanya,’’ ujarnya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar