Penurunan harga cabai dan bawang merah selama bulan puasa ini terjadi akibat merosotnya daya beli masyarakat yang menyebabkan anjloknya permintaan kedua komoditas tersebut. Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Ditjen Hortikultura Deptan, Muchjidin Rachmat menyatakan, pada saat Bulan Ramadhan sampai Lebaran umumnya harga cabai dan bawang merah cenderung meningkat, namun dalam dua pekan terakhir justru menurun.
Menurut dia, kondisi pasokan cabai dan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati pada akhir Agustus hingga pertengahan September cenderung stabil, meskipun menunjukkan penurunan akibat harga yang terus merosot. "Yang kami khawatirkan hal itu (penurunan harga) akibat penurunan daya beli, sehingga berdampak pada turunnya permintaan cabai dan bawang merah," katanya kepada ANTARA.
Pada minggu terakhir Agustus, pasokan cabai di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.190 ton. Namun pada minggu pertama September turun menjadi 1.930 ton dan pada pekan kedua hanya 721 ton. Penurunan pasokan tersebut, tambahnya, akibat harga yang kian merosot hingga hampir separuhnya.
Harga cabai merah besar misalnya turun dari Rp8.000 menjadi Rp5.000 per kilogram, cabai merah keriting dari Rp10.000 jadi Rp6.000 per kilogram, cabai rawit merah turun dari Rp17.000 menjadi Rp8.000 per kilogram, cabai rawit hijau turun dari Rp8.000 menjadi Rp4.000 per kilogram.
Kondisi serupa juga terjadi pada bawang merah. Pasokan bawah merah pada minggu terakhir Agustus mencapai 968 ton turun menjadi 848 ton pada minggu pertama September. Kemudian turun lagi menjadi 412 ton pada minggu kedua bulan ini. Sementara harga bawah merah juga merosot dari Rp7.500 pada minggu terakhir Agustus menjadi Rp5.500 per kilogram pada pertengahan September.
Menyinggung upaya yang akan dilakukan Deptan untuk mengantisipasi terus merosotnya harga kedua komoditas tersebut sehingga tidak merugikan petani, Muchjidin mengakui, pihaknya tidak bisa menetapkan harga patokan seperti halnya pada padi. "Kita hanya bisa berharap agar mendekati hari raya nanti harganya naik," katanya.
Namun demikian, tambahnya, pemerintah tetap akan menjaga produksi agar tidak terjadi kekosongan, selain itu juga antisipasi faktor yang dapat menghambat pasokan serta meningkatkan harga seperti transportasi, bencana alam. Selain itu juga antisipasi faktor psikologis dari pedagang yang menaikkan harga-harga menjelang hari besar keagamaan.
Utamakan Daging Ayam Kampung
Sementara para ibu rumah tangga yang bermukim di Kota Tangerang, Banten lebih memilih membeli ayam kampung yang masih hidup agar aman dikonsumsi ketimbang membeli daging sapi dan ayam potong.
Beberapa ibu rumah tangga yang ditemui ANTARA, mengatakan meski ayam kampung harganya lebih mahal tapi lebih baik sebagai pilihan, walau harganya mahal untuk ukuran sedang sebesar Rp35.000 hingga Rp40.000 dari pada ayam potong yang hanya Rp17.000 hingga Rp19.500/kg.
"Saya lebih baik membeli ayam kampung yang masih hidup lalu dipotong, dari pada beli daging sapi atau kerbau harganya mahal," kata Ny. Saripah ( 29) ditemui di Pasar Anyar Tangerang.
Dia mengatakan, membeli ayam kampung yang masih hidup adalah pilihan aman untuk dikonsumsi karena dirinya tidak mengetahui jenis daging sapi yang baik dan layak untuk dimasak.
Pernyataan sehubungan maraknya informasi penjualan ayam potong yang suntik dan daging sapi gelondongan yang dijual di pasar tradisional.
Ibu dua anak itu menambahkan, saat ini memang sulit membedakan mana daging sapi atau ayam potong yang tidak disuntik dengan yang biasa, karena tampilannya dapat mengecoh konsumen.
Walau begitu, untuk menghindari terhadap penyakit, membeli ayam hidup kemudian dipotong adalah cara yang bijak dan tidak mengandung resiko kemudian dimasak di rumah dengan cara yang benar.
Sedangkan ibu RT lainnya yang ditemui, Ny. Nani Asril (29) di Pasar Malabar, Kecamatan Cibodas, bahwa dia sengaja membeli ayam hidup meski relatif mahal dengan harga Rp42.000 untuk ukuran sedang dari pada membeli daging sapi.
Dari pada pusing memikirkan mana daging yang layak hendak dibeli, maka jalan terbaik yakni membeli ayam kampung saja, kata ibu dua anak asal Kecamatan Limbanang Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumbar itu.
Selama puasa kebutuhan daging bagi rumah tangga sangat penting dari pada hari biasa sehingga permintaan lebih banyak karena untuk berbagai keperluan lauk-pauk berbuka puasa atau sahur.
Meski petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkot Tangerang melakukan sidak ke beberapa pasar tradisional memantau daging dan ayam potong serta makanan kadaluarsa, namun tidak ditemukan adanya penjualan daging gelondongan dan daging ayam potong yang disuntik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Menurut dia, kondisi pasokan cabai dan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati pada akhir Agustus hingga pertengahan September cenderung stabil, meskipun menunjukkan penurunan akibat harga yang terus merosot. "Yang kami khawatirkan hal itu (penurunan harga) akibat penurunan daya beli, sehingga berdampak pada turunnya permintaan cabai dan bawang merah," katanya kepada ANTARA.
Pada minggu terakhir Agustus, pasokan cabai di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.190 ton. Namun pada minggu pertama September turun menjadi 1.930 ton dan pada pekan kedua hanya 721 ton. Penurunan pasokan tersebut, tambahnya, akibat harga yang kian merosot hingga hampir separuhnya.
Harga cabai merah besar misalnya turun dari Rp8.000 menjadi Rp5.000 per kilogram, cabai merah keriting dari Rp10.000 jadi Rp6.000 per kilogram, cabai rawit merah turun dari Rp17.000 menjadi Rp8.000 per kilogram, cabai rawit hijau turun dari Rp8.000 menjadi Rp4.000 per kilogram.
Kondisi serupa juga terjadi pada bawang merah. Pasokan bawah merah pada minggu terakhir Agustus mencapai 968 ton turun menjadi 848 ton pada minggu pertama September. Kemudian turun lagi menjadi 412 ton pada minggu kedua bulan ini. Sementara harga bawah merah juga merosot dari Rp7.500 pada minggu terakhir Agustus menjadi Rp5.500 per kilogram pada pertengahan September.
Menyinggung upaya yang akan dilakukan Deptan untuk mengantisipasi terus merosotnya harga kedua komoditas tersebut sehingga tidak merugikan petani, Muchjidin mengakui, pihaknya tidak bisa menetapkan harga patokan seperti halnya pada padi. "Kita hanya bisa berharap agar mendekati hari raya nanti harganya naik," katanya.
Namun demikian, tambahnya, pemerintah tetap akan menjaga produksi agar tidak terjadi kekosongan, selain itu juga antisipasi faktor yang dapat menghambat pasokan serta meningkatkan harga seperti transportasi, bencana alam. Selain itu juga antisipasi faktor psikologis dari pedagang yang menaikkan harga-harga menjelang hari besar keagamaan.
Utamakan Daging Ayam Kampung
Sementara para ibu rumah tangga yang bermukim di Kota Tangerang, Banten lebih memilih membeli ayam kampung yang masih hidup agar aman dikonsumsi ketimbang membeli daging sapi dan ayam potong.
Beberapa ibu rumah tangga yang ditemui ANTARA, mengatakan meski ayam kampung harganya lebih mahal tapi lebih baik sebagai pilihan, walau harganya mahal untuk ukuran sedang sebesar Rp35.000 hingga Rp40.000 dari pada ayam potong yang hanya Rp17.000 hingga Rp19.500/kg.
"Saya lebih baik membeli ayam kampung yang masih hidup lalu dipotong, dari pada beli daging sapi atau kerbau harganya mahal," kata Ny. Saripah ( 29) ditemui di Pasar Anyar Tangerang.
Dia mengatakan, membeli ayam kampung yang masih hidup adalah pilihan aman untuk dikonsumsi karena dirinya tidak mengetahui jenis daging sapi yang baik dan layak untuk dimasak.
Pernyataan sehubungan maraknya informasi penjualan ayam potong yang suntik dan daging sapi gelondongan yang dijual di pasar tradisional.
Ibu dua anak itu menambahkan, saat ini memang sulit membedakan mana daging sapi atau ayam potong yang tidak disuntik dengan yang biasa, karena tampilannya dapat mengecoh konsumen.
Walau begitu, untuk menghindari terhadap penyakit, membeli ayam hidup kemudian dipotong adalah cara yang bijak dan tidak mengandung resiko kemudian dimasak di rumah dengan cara yang benar.
Sedangkan ibu RT lainnya yang ditemui, Ny. Nani Asril (29) di Pasar Malabar, Kecamatan Cibodas, bahwa dia sengaja membeli ayam hidup meski relatif mahal dengan harga Rp42.000 untuk ukuran sedang dari pada membeli daging sapi.
Dari pada pusing memikirkan mana daging yang layak hendak dibeli, maka jalan terbaik yakni membeli ayam kampung saja, kata ibu dua anak asal Kecamatan Limbanang Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumbar itu.
Selama puasa kebutuhan daging bagi rumah tangga sangat penting dari pada hari biasa sehingga permintaan lebih banyak karena untuk berbagai keperluan lauk-pauk berbuka puasa atau sahur.
Meski petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkot Tangerang melakukan sidak ke beberapa pasar tradisional memantau daging dan ayam potong serta makanan kadaluarsa, namun tidak ditemukan adanya penjualan daging gelondongan dan daging ayam potong yang disuntik.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar