Oleh: Rz Subagyo
Dalam dunia kepolisian ada istilah yang sudah begitu akrab di telinga dan sering diucapkan yakni aman dan terkendali. Kalimat ini menunjukkan, kondisi keamanan di masyarakat benar-benar aman dan kalaupun ada potensi gangguan masih di bawah kemampuan kendali aparat. Kondisi aman dan terkendali t nampaknya sulit berlaku pada kebutuhan pokok masyarakat seperti sembilan bahan pokok (sembako) meski sekarang sudah tidak tepat) terutama jelang puasa hingga hari Lebaran tiba. Seperti terlihat di hampir seluruh tanah air, semua harga kebutuhan pokok seperti daging, beras, gula, cabe, telur dan bawang merah mengalami lonjakan tajam setiap minggu.
Menurut pantauan Antara di berbagai pasar tradisional di sejumlah wilayah di Indonesia, semua kebutuhan pokok masyarakat terus merangkak naik. Di pasar tradisional Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, harga daging naik antara Rp 2.000 sampai Rp 5.000/kg jelang Ramadan 2008. Berdasarkan pantauan di pasar tradisional itu, Sabtu (30/8), harga ayam potong naik dari Rp 20.000/kg menjadi Rp 25.000/kg, daging sapi dari Rp 50.000/kg, jadi Rp 55.000/kg. Harga daging kerbau naik dari Rp 48.000/kg jadi Rp 50.000/kg.
Kondisi serupa terjadi di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Untuk harga daging sapi di tingkat pengecer Rp 60 ribu/kg merangkak naik dari 55 ribu/kg. Harga daging ayam potong yang sebelumnya Rp 15 ribu/ekor jadi Rp 17 ribu per ekor, sedangkan yang seharga Rp 25 ribu per ekor menjadi Rp 30 ribu/ekor.
Di Malang Raya, Jawa Timur seperti pasar Blimbing, Lawang, Sukun dan Kepanjen, harga daging sapi Rp 48 ribu sampai Rp 52 ribu/kg yang sebelumnya hanya Rp 43 ribu hingga Rp 45 ribu. Telur dari Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu/kg yang sebelumnya Rp 12 ribu per kg. Harga daging ayam Rp 22 ribu hingga Rp 24 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu. Gula sebelumnya Rp 5.000kg jadi Rp 5.500 sampai Rp 6.000/kg.
Jelang bulan Ramadhan, harga telor dan minyak goreng terlihat meningkat di pasaran Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Saat ini harga telor Rp 15.000/kg, sedang harga minyak goreng Rp 16.000/kg jauh lebih tinggi dibanding minggu lalu. Harga telor hanya Rp 12.000/kg, sedang harga minyak goreng hanya Rp 9.000/kg.
Harga beras di Pasar Anyar, Bogor Jawa Barat jelang lebara mulai naik dari Rp 4.800 per liter ke Rp 4.900 serta beras yang semula Rp 5.000 per liter naik menjadi Rp 5.100. Kenaikan signifikan juga terjadi di komoditi cabai, di Sidoarjo Jawa Timur dari yang sebelumnya hanya Rp18 ribu, naik drastis di kisaran Rp 30-40 ribu/kg.
Data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Deptan menyebut, ketersediaan beras selama September 10,57 juta ton dengan tingkat kebutuhan 3,32 juta ton sehingga ada kelebihan 7,24 juta ton. Pada Oktober, ketersediaan beras 9,0 juta ton, sementara kebutuhan nasional 2,5 juta ton (surplus 6,4 juta ton). Data dari Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur per awal puasa, pasokan beras dari sentra produksi terutama Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur meningkat hingga 2.800-2.900 ton/hari dari kondisi normal pengiriman beras 2.200-2.300 ton/hari.
Ketersediaan minyak goreng per September 2,90 juta ton dengan kebutuhan 386.400 ton atau ada kelebihan 2,51 juta ton. Pada Oktober, ketersediaan minyak goreng 2,46 juta. Untuk gula pasir per September ada kelebihan stok 1,44 juta ton dari total 1,95 juta ton dengan kebutuhan 499 ribu ton. Begitu juga pada Oktober ada kelebihan 1,51 juta ton.
Ketersediaan daging sapi dan ayam selama September, 58.400 ribu ton dan 68.700 ton dengan tingkat kebutuhan 58.400 ton dan 68.700 ton. Pada Oktober, ketersediaan maupun kebutuhan daging sapi dan ayam 28.100 ton dan 43.700 ton. Untuk komoditas telur ayam ras diperkirakan selama September ada kekurangan 31.900 ton begitu juga pada Oktober kekurangan 3.700 ton. Dalam bulan tersebut, kebutuhan telur ayam ras mencapai 111.700 ton pada September dan 83.500 untuk Oktober, ketersediaan 79.700 ton dan 79.800 ton. Produksi cabe merah per September 113 ribu ton, tapi kebutuhan 120.900 ton. Stok kacang tanah per September ada 205 ribu ton dan produksi Rp 49 ribu ton dan impor sekitar 8 ribu ton. Artinya terjadi kelebihan 262,3 ribu ton dengan kebutuhan 163,4 ribu ton.
Kalangan produsen maupun peternak unggas juga memberikan jaminan ketersediaan telur dan daging ayam untuk mencukupi permintaan selama puasa, idul fitri, natal 2008 hingga tahun baru 2009. Bahkan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan telur dan daging ayam, produsen menaikkan produksi 10%. Ketua Umum Asosiasi Peternak Unggas se Indonesia (Pinsar Unggas Nasional), Hartono mengatakan, pihaknya siap memasok telur ayam 2.600 ton per hari untuk memenuhi permintaan di Jakarta. Bahkan per tahun pihaknya menyiapkan cadangan 20.000 ton (500 ton per hari) untuk buffer stok di gudang.
Jaminan ketersediaan kebutuhan pokok selama puasa hingga Lebaran yang diberikan pemerintah ternyata tak mampu menahan laju kenaikan harga-harga komoditas pangan di pasaran. Fenomena kenaikan harga bahan pokok jelang puasa sebenarnya bukan hal baru karena hampir setiap tahun bisa dipastikan terjadi karena dipicu naiknya permintaan konsumen. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok biasanya terus berlanjut hingga hari raya lebaran. "Naiknya harga karena permintaan barang mendekati puasa dan lebaran," ujar Winingsih (48), pedagang di Pasar Besar Malang (PBM), Jatim.
Hal itu dibenarkan Direktur Bina Pasar Dirjenl Perdagangan Dalam Negeri Depdag, Gunaryo. Disebutkan kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok jelang puasa dan lebaran terjadi secara alami karena ada lonjakan permintaan sampai 20%. Meski kenaikan harga selalu menjadi fenomena jelang puasa hingga Lebaran namun tetap meresahkan masyarakat. Apalagi dalam tahun ini harga-harga kebutuhan pokok sudah naik beberapa kali setelah pemerintah menaikkan harga BBM bahkan termasuk harga elpiji yang menjadi kebutuhan energi rumah tangga. Tidak heran bila saat ini sepertinya kenaikan semua harga kebutuhan pokok sangat tidak terkendali. Menurut Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar mengakui, harga beras saat ini cukup stabil jika terjadi kenaikan masih dalam tingkat yang wajar dan lebih banyak dipicu faktor psikologis jelang hari besar keagamaan.
Karena faktor psikologi dan sebagai hal yang wajar, kenaikan harga jelang puasa sering tak bisa dihindari dan pemerintah tidak bisa mencegah mekanisme pasar. Namun Ketua Pinsar, Hartono menjamin lonjakan permintaan telur maupun daging ayam biasanya terjadi pada minggu pertama puasa dan tiga hari sebelum dan setelah Lebaran.
Khusus telur maupun daging ayam, lebih efisien dan paling murah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dibanding daging sapi yang saat ini harganya sudah mencapai Rp 60.000 sampai Rp 80. 000/kg. Namun bagi Suaiyah (40), salah satu pedagang di Pasar Larangan, kenaikan harga barang tidak selamanya menguntungkan karena berpotensi menurunkan jumlah pembeli. Jika pemerintah tidak segera menanggapi, dikhawatirkan jelang Lebaran Idul Fitri kenaikan kian meningkat seperti daging ayam potong bisa naik mencapai Rp 25 ribu atau bahkan lebih mahal. Sebaiknya, pemerintah segera mengeluarkan kebijakan tentang kenaikan harga agar cepat normal. (Anspek)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Dalam dunia kepolisian ada istilah yang sudah begitu akrab di telinga dan sering diucapkan yakni aman dan terkendali. Kalimat ini menunjukkan, kondisi keamanan di masyarakat benar-benar aman dan kalaupun ada potensi gangguan masih di bawah kemampuan kendali aparat. Kondisi aman dan terkendali t nampaknya sulit berlaku pada kebutuhan pokok masyarakat seperti sembilan bahan pokok (sembako) meski sekarang sudah tidak tepat) terutama jelang puasa hingga hari Lebaran tiba. Seperti terlihat di hampir seluruh tanah air, semua harga kebutuhan pokok seperti daging, beras, gula, cabe, telur dan bawang merah mengalami lonjakan tajam setiap minggu.
Menurut pantauan Antara di berbagai pasar tradisional di sejumlah wilayah di Indonesia, semua kebutuhan pokok masyarakat terus merangkak naik. Di pasar tradisional Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, harga daging naik antara Rp 2.000 sampai Rp 5.000/kg jelang Ramadan 2008. Berdasarkan pantauan di pasar tradisional itu, Sabtu (30/8), harga ayam potong naik dari Rp 20.000/kg menjadi Rp 25.000/kg, daging sapi dari Rp 50.000/kg, jadi Rp 55.000/kg. Harga daging kerbau naik dari Rp 48.000/kg jadi Rp 50.000/kg.
Kondisi serupa terjadi di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Untuk harga daging sapi di tingkat pengecer Rp 60 ribu/kg merangkak naik dari 55 ribu/kg. Harga daging ayam potong yang sebelumnya Rp 15 ribu/ekor jadi Rp 17 ribu per ekor, sedangkan yang seharga Rp 25 ribu per ekor menjadi Rp 30 ribu/ekor.
Di Malang Raya, Jawa Timur seperti pasar Blimbing, Lawang, Sukun dan Kepanjen, harga daging sapi Rp 48 ribu sampai Rp 52 ribu/kg yang sebelumnya hanya Rp 43 ribu hingga Rp 45 ribu. Telur dari Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu/kg yang sebelumnya Rp 12 ribu per kg. Harga daging ayam Rp 22 ribu hingga Rp 24 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu. Gula sebelumnya Rp 5.000kg jadi Rp 5.500 sampai Rp 6.000/kg.
Jelang bulan Ramadhan, harga telor dan minyak goreng terlihat meningkat di pasaran Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Saat ini harga telor Rp 15.000/kg, sedang harga minyak goreng Rp 16.000/kg jauh lebih tinggi dibanding minggu lalu. Harga telor hanya Rp 12.000/kg, sedang harga minyak goreng hanya Rp 9.000/kg.
Harga beras di Pasar Anyar, Bogor Jawa Barat jelang lebara mulai naik dari Rp 4.800 per liter ke Rp 4.900 serta beras yang semula Rp 5.000 per liter naik menjadi Rp 5.100. Kenaikan signifikan juga terjadi di komoditi cabai, di Sidoarjo Jawa Timur dari yang sebelumnya hanya Rp18 ribu, naik drastis di kisaran Rp 30-40 ribu/kg.
Data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Deptan menyebut, ketersediaan beras selama September 10,57 juta ton dengan tingkat kebutuhan 3,32 juta ton sehingga ada kelebihan 7,24 juta ton. Pada Oktober, ketersediaan beras 9,0 juta ton, sementara kebutuhan nasional 2,5 juta ton (surplus 6,4 juta ton). Data dari Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur per awal puasa, pasokan beras dari sentra produksi terutama Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur meningkat hingga 2.800-2.900 ton/hari dari kondisi normal pengiriman beras 2.200-2.300 ton/hari.
Ketersediaan minyak goreng per September 2,90 juta ton dengan kebutuhan 386.400 ton atau ada kelebihan 2,51 juta ton. Pada Oktober, ketersediaan minyak goreng 2,46 juta. Untuk gula pasir per September ada kelebihan stok 1,44 juta ton dari total 1,95 juta ton dengan kebutuhan 499 ribu ton. Begitu juga pada Oktober ada kelebihan 1,51 juta ton.
Ketersediaan daging sapi dan ayam selama September, 58.400 ribu ton dan 68.700 ton dengan tingkat kebutuhan 58.400 ton dan 68.700 ton. Pada Oktober, ketersediaan maupun kebutuhan daging sapi dan ayam 28.100 ton dan 43.700 ton. Untuk komoditas telur ayam ras diperkirakan selama September ada kekurangan 31.900 ton begitu juga pada Oktober kekurangan 3.700 ton. Dalam bulan tersebut, kebutuhan telur ayam ras mencapai 111.700 ton pada September dan 83.500 untuk Oktober, ketersediaan 79.700 ton dan 79.800 ton. Produksi cabe merah per September 113 ribu ton, tapi kebutuhan 120.900 ton. Stok kacang tanah per September ada 205 ribu ton dan produksi Rp 49 ribu ton dan impor sekitar 8 ribu ton. Artinya terjadi kelebihan 262,3 ribu ton dengan kebutuhan 163,4 ribu ton.
Kalangan produsen maupun peternak unggas juga memberikan jaminan ketersediaan telur dan daging ayam untuk mencukupi permintaan selama puasa, idul fitri, natal 2008 hingga tahun baru 2009. Bahkan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan telur dan daging ayam, produsen menaikkan produksi 10%. Ketua Umum Asosiasi Peternak Unggas se Indonesia (Pinsar Unggas Nasional), Hartono mengatakan, pihaknya siap memasok telur ayam 2.600 ton per hari untuk memenuhi permintaan di Jakarta. Bahkan per tahun pihaknya menyiapkan cadangan 20.000 ton (500 ton per hari) untuk buffer stok di gudang.
Jaminan ketersediaan kebutuhan pokok selama puasa hingga Lebaran yang diberikan pemerintah ternyata tak mampu menahan laju kenaikan harga-harga komoditas pangan di pasaran. Fenomena kenaikan harga bahan pokok jelang puasa sebenarnya bukan hal baru karena hampir setiap tahun bisa dipastikan terjadi karena dipicu naiknya permintaan konsumen. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok biasanya terus berlanjut hingga hari raya lebaran. "Naiknya harga karena permintaan barang mendekati puasa dan lebaran," ujar Winingsih (48), pedagang di Pasar Besar Malang (PBM), Jatim.
Hal itu dibenarkan Direktur Bina Pasar Dirjenl Perdagangan Dalam Negeri Depdag, Gunaryo. Disebutkan kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok jelang puasa dan lebaran terjadi secara alami karena ada lonjakan permintaan sampai 20%. Meski kenaikan harga selalu menjadi fenomena jelang puasa hingga Lebaran namun tetap meresahkan masyarakat. Apalagi dalam tahun ini harga-harga kebutuhan pokok sudah naik beberapa kali setelah pemerintah menaikkan harga BBM bahkan termasuk harga elpiji yang menjadi kebutuhan energi rumah tangga. Tidak heran bila saat ini sepertinya kenaikan semua harga kebutuhan pokok sangat tidak terkendali. Menurut Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar mengakui, harga beras saat ini cukup stabil jika terjadi kenaikan masih dalam tingkat yang wajar dan lebih banyak dipicu faktor psikologis jelang hari besar keagamaan.
Karena faktor psikologi dan sebagai hal yang wajar, kenaikan harga jelang puasa sering tak bisa dihindari dan pemerintah tidak bisa mencegah mekanisme pasar. Namun Ketua Pinsar, Hartono menjamin lonjakan permintaan telur maupun daging ayam biasanya terjadi pada minggu pertama puasa dan tiga hari sebelum dan setelah Lebaran.
Khusus telur maupun daging ayam, lebih efisien dan paling murah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dibanding daging sapi yang saat ini harganya sudah mencapai Rp 60.000 sampai Rp 80. 000/kg. Namun bagi Suaiyah (40), salah satu pedagang di Pasar Larangan, kenaikan harga barang tidak selamanya menguntungkan karena berpotensi menurunkan jumlah pembeli. Jika pemerintah tidak segera menanggapi, dikhawatirkan jelang Lebaran Idul Fitri kenaikan kian meningkat seperti daging ayam potong bisa naik mencapai Rp 25 ribu atau bahkan lebih mahal. Sebaiknya, pemerintah segera mengeluarkan kebijakan tentang kenaikan harga agar cepat normal. (Anspek)
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar