Tur Perdana Ke Bukit Hexon

thumbnail
Treking Hingga Mandi Air Terjun
Hari itu Sabtu, 23 Mei 2009. Desiran angin pegunungan menyiram aroma kesejukan di sekujur tubuh. Udara pagi nan segar berhembus lembut. Canda dan tawa riang menghiasi wajah rombongan peserta Agrotour Perdana Bukit Hexon saat tiba di perkebunan stroberi Desa Pancasari, Bedugul. Dirut GN Wididana didampingi Direktur Agus Urson, Manajer Keuangan Made Ayu Lidyawati dan staf dari berbagai divisi berloncatan turun dari bus mitsubishi yang membawa mereka dari Denpasar.
Bambang H, General Manajer Bali Meru Holidays Tours & Travel Pak Oles Group didampingi Komang Abdi (43) yang menjadi tour guide berkeliling melihat budidaya tanaman stroberi milik I Made Suastika dan I Wayan Seriadi seluas 88 are. Buah stroberi tumbuh segar di atas lahan seluas 10 are yang dikelola khusus Made Suastika dengan menggunakan pupuk Bokashi Kotaku dan EM4. Sedangkan Wayan Seria menanam 7600 pohon stroberi dengan pemupukan organik EM4 yang diperkenalkan Pak Oles di atas lahan seluas 18 are. “Setelah 3 bulan memakai pupuk Bokashi dan EM4, baru terlihat hasilnya. Tanaman stroberi yang pakai pupuk Bokashi lebih subur, buah lebih banyak dan bisa dibuat perbandingan buahnya dari segi rasa. Beda jauh dengan tanaman stroberi di sebelah yang belum pakai pupuk Bokashi,” ungkap Suastika kepada peserta tur yang diizinkan mencicipi buah stroberi miliknya.
Setelah berpamitan, bus tur kembali bergerak menuju areal agrowisata Bukit Hexon, sebuah bukit hijau di ketinggian 1320 m (dpl), 60 km arah barat Denpasar, tepatnya di Desa Lemukih, Sawan, Buleleng. Jalan berkelok penuh tanjakan dihiasi pepohonan hijau di sisi jalan membawakan sensasi tersendiri. Akhirnya rombongan tiba di dusun Tempek Lobong, sebuah dusun yang terletak di kaki Bukit Hexon. Bus terus merangkak naik menuju bukit yang dulu bernama asli Bukit Sandeh.
Di Bukit Hexon yang berudara sejuk, rombongan seakan tak sabar bergegas turun menghirup udara segar sepuas-puasnya. Dengan ramah rombongan disambut koordinator pembangunan Bukit Hexon Gede Eddy Sukawiratha (30) dan kepala kampung Tempek Lobong, Made Yasa (48). Tak lama berselang, pengelola Bukit Hexon menghidangkan teh panas dan kopi hangat. Peserta tur yang duduk lesehan di bale bengong menyeruput minuman dengan penuh rasa terima kasih sambil mencicipi ubi rebus.
Gede Eddy Sukawiratha pun mulai berceritera awal pembangunan Bukit Hexon, upaya warga secara swadaya membuka akses jalan hingga budidaya berbagai tanaman obat, garden tracking dan lintasan gasstrack otomotif yang membalut Bukit Hexon sepanjang 2,4 km.
Ajang treking pun dimulai. Rombongan tur menapak jalan setapak menuju puncak Bukit Hexon. Mata menjadi segar melihat berbagai tanaman obat dan markisa tumbuh subur. Di puncak bukit, terdapat pura serta pohon beringin tua yang besar dan teduh. Rasa lelah dan capek hilang seketika. Rombongan pun duduk bersila di hamparan rumput hijau sambil meditasi napas yang dipimpin langsung Pak Oles. Semua rutinitas hidup seperti dikubur, kecemasan lenyap, kekhawatiran sirna…Ya itulah sebabnya nabi, para rahib dan pertapa selalu mendaki bukit untuk bertemu Sang Pencipta.
Usai makan siang, rombongan berangkat menuju objek wisata air terjun kembar lima di Desa Sekumpul, 30 menit dari Bukit Hexon. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan. Ada lima sumber air terjun. Untuk sampai ke sumber air terjun, rombongan harus menuruni tangga yang bertepikan jurang menganga. Bukannya rasa takut, justru kian 'memancing' adrenalin para peserta tur untuk menguji ketangkasan pribadi dan ketangguhan otot kaki. Decak kagum dan aroma kengerian bersatu lekat dengan tekad untuk merasakan langsung butir-butir air terjun. Sedikit kesalahan saja bisa berakibat fatal. Beruntung sepanjang tangga ada pegangan besi yang kokoh.
Setelah puas menikmati percikan air terjun yang mengandung mineral berenergi, rombongan pun kembali ke Denpasar membawa segudang pengalaman dan sensasi keindahan alam yang ditawarkan dalam paket wisata Agrotour Bukit Hexon. (Nia)

Paket Wisata Agrotour
1. Denpasar – Pupuan – IPSA – Bukit Hexon – Bedugul – Denpasar / Tidur 1 malam di guest house Bukit Hexon.
2. Denpasar – Bedugul – Bukit Hexon – IPSA – Pupuan – Denpasar / Tidur 1 malam di villa IPSA Desa Bengkel.
3. Denpasar – Bedugul – Bukit Hexon – Denpasar / One Day Tour.
4. Denpasar – Pupuan – IPSA – Bedugul – Denpasar / One Day Tour.

Jadwal Bukit Hexon Tour
07:40 AM = Berangkat dari Denpasar
09:00 AM = Kebun Strawberry Bedugul
09:40 AM = Menuju Bukit Hexon
10:15 AM = Coffe break di Bukit Hexon
10:40 AM = Treking di areal Bukit Hexon
12:00 AM = Makan siang di Bukit Hexon
01:00 PM = Berangkat ke Air Terjun Sekumpul
04:00 PM = Pulang ke Denpasar mampir di Pasar Bedugul
06:00 PM = Tiba di Denpasar

NB: Harga termasuk:
- Mobil + BBM + Driver + parkir fee
- Coffe break
- Tiket obyek wisata
- Guide
- Makan siang

Harga tidak termasuk:
- Asuransi
- Obat-obatan pribadi
- Tip kepada tour guide
- Pengeluaran bersifat pribadi
Reservation: Bali Meru Holydays, Jl Letda Kajeng No 21B, Denpasar, Tlp/faks (0361-263862)

KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pak Oles: 3 Tahun Lagi Agrotour Dicari Orang

thumbnail
Paket Wisata Bukit Hexon Agrotour
Pasar wisata di Bali amat beragam. Maklum Bali menjadi destinasi wisata paling favorit di Indonesia. Bahkan, Bali bisa kita juluki sebagai “Kampung Global Mini.” Manusia dari berbagai belahan dunia dengan beragam budaya, etnis, bahasa dan agama ada di Bali. Tak heran bila praktisi wisata di Bali aktif menawarkan berbagai paket wisata kreatif kepada wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Dengan visi pemberdayaan potensi daerah terpencil, Dr Ir GN Wididana, M.Agr menggagas “proyek wisata” agrotour. Perintis pertanian organik berbasis teknologi effective microorganisms (EM) di Indonesia itu berkeinginan menawarkan paket wisata alam berbasis pertanian organik. Wisatawan selain menikmati pemandangan alam, juga dapat melihat langsung sentra-sentra pengembangan pertanian organik yang digagas Pak Oles.
Tempat-tempat wisata yang dirintis Pak Oles, julukan pria kelahiran Singaraja itu, jauh dari glamoritas dan hiruk pikuk. Seperti Bukit Hexon yang jauh terpencil di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Bali utara. Amat kontras dengan Garuda Wisnu Kencana di Bukit Pecatu, Bali selatan yang sudah biasa dikunjungi wisatawan. Demikian pula areal pertanian organik stroberi di kawasan Desa Pancasari Bedugul yang tidak seglamor pantai Kuta.
Ada juga Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di Desa Bengkel, Busungbiu, Singaraja. Tempat ini telah menjadi rujukan para petani dari Sabang - Merauke, pelajar dan akademisi kampus dalam dan luar negeri untuk mempelajari teknik dan aplikasi teknologi EM di bidang pertanian, peternakan, dan pengolahan limbah. Desa Bengkel sendiri merupakan sentra industri obat-obatan tradisional dan produsen pupuk organik Bokashi Kotaku.
Sedangkan pengembangan areal Bukit Hexon sebagai kawasan agrowisata dirintis Pak Oles dengan visi kerakyatan. Upaya pengembangan agrotour itu semata-mata untuk pengembangan dan pemberdayaan potensi daerah-daerah terpencil yang selama ini jauh dari sentuhan akses pembangunan. “Kegiatan agrotour ini belum banyak berkembang di Bali. Saya yakin dua atau tiga tahun lagi paket wisata agrotour akan dicari banyak orang. Untuk sementara kami menawarkan paket wisata agrotour ini kepada para pegawai kantoran,” urai Pak Oles.
Bukit Hexon yang dulunya dikenal sebagai bukit Sandeh perlahan-lahan disulap menjadi areal agrowisata yang puncaknya diresmikan oleh Mantan Menham/Pangab Jend. TNI (Purn) H Wiranto. Siapa sangka, penduduk di kaki bukit yang jauh dari lalu lintas informasi kini mulai memasuki era keterbukaan. Hampir setiap pekan, ada tamu yang berkunjung ke bukit seluas 8 hektar tersebut.
Perlahan namun pasti, pembangunan sarana agrowisata mulai berjalan. Setelah akses jalan terbuka dan diaspal, pendirian bangunan fisik mulai dilakukan. Di antaranya pembangunan bale bengong, rumah panggung untuk penginapan (guest house) dari gelebek dan fasilitas MCK. Sebelumnya bersama warga setempat, Pak Oles berhasil mengalirkan air dari mata air di sisi Bukit Hexon yang kini dikonsumsi masyarakat sekitar.
Kehidupan penduduk desa yang miskin menurut Pak Oles bukan karena ketiadaan potensi. Sebaliknya desa-desa di kawasan Bukit Hexon memiliki potensi pertanian yang belum digarap optimal. Di antaranya peternakan sapi, budidaya tanaman kopi dan stroberi. Saat ini yang paling dirasakan masyarakat setempat adalah kehadiran produk Kopi Bubuk Bukit Hexon. Hasil kopi mereka sudah bisa dipasarkan berkat kerjasama dengan Pak Oles. (Nia)
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Biotor Gandeng 1000 Bengkel

thumbnail
Beragam program terus digempur Tim Pemasaran Biotor demi menggebrak gebyar hadiah. Selama Mei lalu, di Tim Biotor Bali menggandeng 1000 bengkel rekanan. ‘’Program ini efektif dan positif dalam gelaran gebyar hadiah karena banyak peminat produk Biotor terutama Spontan Power,’’ buka Pande Putu Astana, kepala unit pemasaran PT Pak Oles & Biotor Technology cabang Bali.
Tim Biotor sepakat untuk menjalin kerja sama dengan bengkel di seantero Bali. Pasalnya, selama ini hanya mengandalkan bengkel Pak Oles di Jl Pulau Kawe Denpasar. Dengan 1000 bengkel dipastikan relasi lebih mudah mendapat produk. Dengan begitu, diharapkan mendongkrak penjualan baik untuk bengkel maupun perusahaan. ‘’Sebagai bentuk demonstrasi, pemilik bengkel memasang SP untuk sepeda motor pribadi. Kerja sama sistem cash order menuai respon positif dari bengkel rekanan yang sudah didatangi Tim Biotor. Citra tiga produk Biotor: Spontan Power, Hexon (vitamin oli) dan Kudo (vitamin BBM) produksi PT Pak Oles & Biotor Technology sudah melekat di hati masyarakat Bali.
Lebih jauh Pande Putu Astana berharap melalui kerja sama ini, selain mengangkat nama bengkel dengan kenaikan grade penjualan juga melambungkan citra tri produk otomotif: Hexon, Kudo dan Spontan Power. Rencananya, Tim Biotor fokus pada presentasi, penjualan, pemasangan poster, pendistribusian tabloid MONTORKU, Koran Pak Oles dan pemasarangan stiker Biotor di bengkel-bengkel rekanan. (LIZ)
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Spontan Power Untuk Honda Vario

thumbnail
Spontan Power (SP) adalah produk otomotif yang diproduksi Pak Oles & Biotor Technology dari butiran EM Keramik untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM). SP juga menjaga kebersihan karburator, memperpanjang umur busi serta meningkatkan performa mesin kendaraan roda dua dan empat.
Berikut instalasi (pemasangan) SP pada sepeda motor matic Honda Vario. Pemasangan SP ini dilakukan di beberapa bengkel mitra Biotor, antara lain di bengkel Arta Motor Besakih, Bali.
1. Lepas sadel dan penutup bodi bagian bawah sadel (Gbr I).
2. Potong selang bensin jadi dua bagian dan hubungkan dengan nepen in dan out SP. Lalu ikat SP pada chasis body (Gbr II). Hidupkan mesin dan perhatikan apakan terjadi kebocoran BBM atau tidak. Spontan Power siap digunakan. Selamat mencoba!
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Jarak SP & Karburator

thumbnail
Tanya:
Yth Pak Yunus!
Mobil EV tidak mempunyai selang saluran balik ke tangki. Hanya terdapat selang menuju injeksi, tetapi selang tersebut tidak menggunakan klem bensin (paten). Untuk pemasangan Spontan Power, apakah harus memotong selang tersebut? Pemasangan SP pada sepeda motor apa boleh dekat dengan karburatornya?
Dari: Novan, Semarang.

Jawab:
Khusus untuk mobil jenis EV yang tidak menggunakan selang balik ke tangki dan hanya menggunakan selang paten menuju injeksi tidak diperkenankan untuk memotong. Solusinya harus berhubungan dengan bengkel resmi karena ada tambahan penghubung antara selang injeksi dan nepel SP. Solusi yang kedua gunakan saja Kudo vitamin BBM.
Untuk pemasangan SP pada sepeda motor usahakan jarak antara SP dan karburator ±20 cm agar tabung SP terisi penuh oleh BBM sebelum ke karburator.

KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Jangankan Melihat Langsung….

thumbnail
Nova Purnama Dewi
Pesona pembalap nasional Moreno Suprapto menjadi incaran kaum hawa. Wajah imut dan dialek cadelnya mampu membuat wanita klepek-klepek dibuatnya. Salah satunya Nova Purnama Dewi, bintang iklan media cetak Kymco JR. ’’Senyum manis begitu lekat dalam ingatan para gadis,’’ buka Nova ketika MONTORKU mengorek soal pembalap terseksi.
Dengan tatapan kosong penuh arti, sejenak ia menengadah. Entah apa yang dibayang dara kelahiran 4 November 1989 ini. Sejurus kemudian, Nova kembali histeris. ‘’Huh, jangankan melihat langsung, lewat televisi saja para wanita sudah keblenger dibuatnya,’’ elorohnya.
Meski sang pujaan lebih terkenal lewat gosip dan minim prestasi tidak membuat lajang kelahiran Denpasar ini berpaling hati dari Moreno. Bahkan kalau memungkinkan Nova bakal membuat fans klub sebagai pendukung dan penggemar Moreno Suprapto di Bali.(JULI)

Biodata
Nama Lengkap : Nova Purnama Dewi
Nama Panggilan : Nova
TTL: Denpasar, 4 November 1989
Tinggi/berat : 165cm/45kg
Pendidikan : Mahasiswa PR
Orangtua : Joko Purnomo/ Komang Asri
Alamat : Jalan BTN Bumi Dalung Permai Blok 5/18
Prestasi : Iklan Media Cetak Kymco JR
Model Foto Dewata TV
Fashion Show Reguler
Motor Favorit : Yamaha Mio
Agency : Belby Enterprise
Lokasi Pemotretan : Chopper Heaven
Fotografer : Putu Wirnata & Gede Sustrawan
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Spontan Power Plus

thumbnail
Harga kebutuhan pokok terus melambung seiring terjadinya peningkatan kebutuhan tranportasi. Itulah yang memacu seseorang untuk kreatif menyiasati keadaan, termasuk pemasangan Spontan Power baik untuk mobil maupun sepeda motor. Kondisi itulah yang dimanfaatkan Herluinus Mafranenda, pelajar kelas II di sebuah SMA Swasta di Kota Jogja.
Untuk menyiasati mepetnya uang saku, Nenda memasang hingga dua penghemat sekaligus. Spontan Power dan hasil kreasi teknologi tepat guna karya sebuah bengkel di Jogja. Apa fungsi keduanya tidak bertabrakan? ‘’Keduanya bisa diaplikasikan dengan aman. Spontan Power bekerja untuk memurnikan bahan bakar, sementara penghemat ini bikin efektif pembakaran di ruang silinder,’’ kata Nenda.
Nenda sendiri sempat menjadikan kombinasi dua penghemat bahan bakar itu sebagai bahan penelitian di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan dengan SP, 1 liter bensin bisa dipakai 50-55 km. Ketika ditambah penghemat lain 1 liter BBM bisa menempuh jarak tempuh 60-70 km. Soal tarikan diakuinya dengan SP, motor lebih spontan digeber. Dalam sebuah test drive antara Jogja-Solo, kendaraan kesayangannya dapat melaju kencang di jalan raya. Selain itu, SP terbukti awet. Sejak tahun 2005, dia belum pernah mengganti perangkat SP di motor miliknya dengan kinerja SP pada sepeda motor masih tetap oke.
Penambahan penghemat lain, justru punya efek samping. ‘’Karena penghemat ini (selain SP) memakai tenaga listrik dalam jumlah besar, sekring jadi sering jebol. Tapi itu bukan masalah. Bisa diganti dengan sekring yang kapasitasnya lebih besar,’’ tegas Nenda. (YUNAS)
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Obat Alami Jadi Rujukan Dunia

thumbnail
Oleh: Taufik Ridwan
Pria berkacamata dan mengenakan kemeja putih tersebut terlihat sedang memeriksa kesehatan sesorang melalui terapi tangan (digital bio energi) di sudut sebuah ruang berukuran 3 meter X 4 meter. Praktisi atau ahli pengobatan tradisional Indonesia tersebut menyarankan si pasien agar mengurangi makanan berlemak, karena kadar kolesterol dalam tubuhnya melampaui batas minimal sehingga sering merasa pegal dan pusing.
"Saya anjurkan bapak mengkonsumsi obat tradisional untuk melancarkan aliran darah," kata ahli pengobatan tradisional Roemah, Obat Alami, Joko Suryanto, sang ahli itu.
Joko, praktisi pengobatan tradisional asli Indonesia itu sudah lama bergelut di bidang herbal, atau obat dari bahan tanaman, dan menangani sejumlah pasien dengan berbagai macam penyakit seperti jantung, hepatitis (gangguan hati), kanker, tumor, diabetes, maag kronis (tingkat parah) hingga kerusakan paru-paru.
Joko mempraktikan teknik bekam, tusuk jarum, hingga pemijatan telapak tangan untuk mendiagnosa penyakit yang diidap sang pasiennya. Selanjutnya pria asal Solo, Jawa Tengah, tersebut mencocokan indikasi rasa sakit si penderita.
Setelah mendiagnosa, Joko menganjurkan pasiennya untuk kembali datang ke kliniknya untuk terapi lanjutan sekaligus memberikan resep obat alami dari mahkota dewa, kunir putih, lengkuas, temulawak hingga sambiloto yang diramu menjadi teh tradisional.
Berbekal ilmu hasil menimba pendidikan, membaca buku dan berdiskusi dengan pakar obat tradisional di Indonesia, Joko menyatakan keyakinannya bahwa beberapa tanaman di Indonesia memiliki khasiat menyembuhkan penyakit pada tubuh manusia.
"Obat tradisional sifatnya uji empiris berdasarkan pengalaman dan langsung dipraktikan kepada penderita," kata Joko.
Joko menjelaskan, obat alami dari bahan tanaman tersebut sulit dibuktikan secara uji klinis karena biaya uji laboratorium yang mahal, butuh waktu panjang, dan komperhensif.
Joko mengungkapkan, obat tradisional berfungsi mengganti jaringan atau sel organ tubuh manusia akibat kelebihan racun, kuman dan virus yang menimbulkan penyakit.
"Ramuan obat tradisional lebih kepada pengobatan secara permanen dengan menggantikan sel-sel yang rusak," katanya.
Sementara itu, ahli pengobatan herbal klinik Nur Syifa, Reno Wilopo, mengatakan, obat tradisional berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan penyakit pada manusia.
Ia mengatakan, obat tradisional mampu membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) yang tidak terdapat dalam tubuh manusia, dengan tujuan melindungi tubuh dari unsur yang merusak organ tubuh.
Kedua ahli pengobatan tersebut mengharapkan pemerintah mengoptimalkan sumber daya alam di Indonesia, yakni jenis tanaman yang berpotensi menyembuhkan berbagai penyakit seperti mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), mengkudu (Morinda citrifolia), kunir putih (Curcuma alba), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sambiloto (Andrographis paniculata), tapak liman (Elephantopus scaber), jinten hitam (Nigellia sativae Semen), dan minyak kelapa murni (sylfae syifae).
Data Departemen Kesehatan menunjukkan Indonesia memiliki potensi 40.000 spesies tumbuhan yang terdiri dari 7.000 jenis tanaman obat, serta 1.000 di antaranya sudah digunakan.
Bahkan rantai kegiatan dan perdagangan produk tanaman herbal di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja formal hingga 3juta orang dan nilai perdagangan jamu hingga Rp4 triliun per tahun.
Berdasarkan fakta tersebut, Reno menuturkan, seharusnya Indonesia menjadi "kiblat" dunia untuk pengembangan obat alami seperti pemerintah China yang mendukung penelitian pengembangan herbal.
"Saat ini obat herbal identiknya dengan negara China, karena dukungan pemerintahnya kuat untuk melakukan riset terhadap penawar sakit dari bahan alami tersebut," kata Reno.
Pemerintah juga diharapkan memberikan kemudahan untuk mengeluarkan izin produksi obat tradisional, tentunya dengan pertimbangan pemilihan bahan berkualitas, higienis, kemasan dan produk berstandar internasional.
Perbandingan
Joko mengungkapkan, herbal bisa bersaing dengan obat medis meski tanpa ada uji klinis, karena pengobatan herbal sudah diujicobakan kepada manusia sejak ribuan tahun lalu berdasarkan uji empiris.
Anggota Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (Aspetri) tersebut mengakui herbal mampu menyembuh penyakit secara permanen tanpa unsur kimiawi. Sebaliknya, beberapa obat berbahan kimia sintesis kadang-kadang hanya menyembuhkan penyakit untuk sementara waktu dengan cara menghilangkan rasa sakitnya saja.
"Ramuan tradisional alami juga tidak memiliki efek samping yang membahayakan atau membuat pasien ketagihan karena terbuat dari tumbuh-tumbuhan," kata Joko seraya mencontohkan penyuntikan cairan insulin untuk penderita diabetes berpotensi menyebabkan rusaknya kelenjar tubuh yang biasanya memproduksi insulin.
Menurut Reno, obat herbal dan obat medis yang berdasarkan resep dokter masing-masing memiliki keunggulan untuk menyembuhkan penyakit.
Perbedaannya, satu jenis obat medis secara spesifik menyembuhkan satu penyakit, sedangkan obat herbal mampu menjadi penawar rasa sakit berbagai jenis penyakit.
Selain itu, menurut ahli terapi sejak 25 tahun lalu tersebut, herbal dan obat medis harus saling melengkapi untuk penyembuhan penyakit karena bagaimanapun juga masyarakat lebih dominan percaya dengan penanganan medis.
Kesaksian pasien
Seorang pasien asal Bintaro Selatan, Jakarta Selatan, Herni Reniati, mengaku divonis dokter mengidap penyakit kanker otak.
Menurut hasil scan pada 2006, kanker sebesar telur burung puyuh mendekam di otaknya, sehingga harus segera menjalani operasi di sebuah rumah sakit.
Awalnya, Herni mengalami sakit kepala seperti "migran" (sakit kepala sebelah). Rasa sakit itu dialami wanita paruh baya tersebut setiap dua hari sekali. Rasa sakit itu kadang membuat Herni pingsan.
Beberapa minggu berjalan menahan penderitaannya, Herni mendapatkan informasi untuk mencoba terapi daun mahkota dewa yang diyakini orang mampu menyembuhkan sejumlah penyakit seperti jantung, kanker, tumor, dan maag.
"Awalnya saya tidak percaya obat tradisional dapat menyembuhkan penyakit kanker," kata Herni.
Keluarga Herni pun berusaha mencari daun yang memiliki khasiat pengobatan tersebut. Setelah mendapatkan ramuan cangkang mahkota dewa, teh pegagan, dan teh temu mangga, dia mencampurkan ketiga jenis tanaman tersebut dengan tiga gelas air, kemudian didihkan hingga air yang tersisa tinggal 1,5 gelas. "Saya minum air sisa tersebut sebanyak tiga kali dalam sehari," katanya.
Saat terapi itu dijalani Herni selama hampir satu bulan, belum terlihat hasilnya, justru mulutnya menjadi sariawan.
Dia pun berkonsultasi ke klinik pengobatan alami, ternyata gejala tersebut menunjukan reaksi dari ramuan yang dikonsumsinya.
Terapi berjalan dua bulan, rasa pusing yang dialami Herni mulai hilang bahkan tidak pernah kumat. "Saya kembali menjalani `scan` di rumah sakit, ternyata indikasi kankernya berkurang," ujar Herni.
Herni mengatakan, benjolan di dalam kepalanya tersebut kini sudah hilang setelah menjalani terapi tanpa berhenti mengkonsumsi ramuan tiga tanaman tersebut selama delapan bulan. Saat ini Herni tetap mengkonsumsi bahan herbal tersebut dengan tujuan menjaga kondisi badan, bukan faktor ketagihan. (Anspek)
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pemakaian Obat Herbal Terbentur Syarat Uji Klinis

thumbnail
Oleh: Evarianus M Supar
Negeri Nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud, sejak dahulu kala sangat terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya.
Selain rempah-rempah, negeri ini juga masih menyimpan banyak kekayaan alam lain, misalnya tanaman khas asli Indonesia yang mengandung khaziat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Pakar ilmu Farmakologi dan Terapeutik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof dr Amir Syarif SKM SpF(K) menyebut sekitar 900 sampai 1.000 jenis tanaman asli Indonesia yang sangat berguna bagi dunia kesehatan di masa depan.
Dari jenis tanaman sebanyak itu, baru sekitar lima jenis yang telah mendapat pengakuan dari Balai Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) sebagai tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, yaitu temulawak, jahe, kencur, sambiloto, dan pegagan.
Di luar itu, tidak ada pihak yang bisa menjamin bahwa tanaman asli Indonesia lainnya bisa berfungsi sebagai obat yang digunakan secara resmi dalam dunia kedokteran.
Padahal dalam kenyataan, tanaman dan ramuan tradisional Indonesia seperti mahkota dewa, buah merah di Papua, bawang putih, kumis kucing, meniran, daun sirih dan lainnya telah digunakan secara turun-temurun.
Tanaman obat yang dikenal dengan obat herbal itu kini, bahkan, digunakan klinik-klinik moderen untuk menyembuhkan pasiennya.
Jika demikian, muncul pertanyaan mengapa obat-obatan alami asli Indonesia itu tidak dapat dijadikan obat resmi dalam dunia kesehatan dan kedokteran untuk penyembuhan pasien?
Prof Amir mengungkapkan, di pasaran dikenal tiga jenis obat bahan alam yaitu obat tradisional, obat herbal terstandard, dan fitofarmaka. Pengembangan obat bahan alam harus melalui prinsip-prinsip ilmiah.
Menurut dia, itu bisa berawal dari obat tradisional atau dari tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai obat. Bila obat tradisional telah dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinik, maka obat tersebut digolongkan sebagai fitofarmaka.
Sedikitnya ada empat tahap yang mesti dilalui untuk menjadi fitofarmaka, yaitu standardisasi bahan baku dari tanaman, pembuktian terbebas dari bahan cemaran, uji praklinik, dan uji klinik terhadap khasiat dan keamanannya.
Sementara obat herbal terstandard adalah obat bahan alam yang bahan bakunya telah mengalami standardisasi dan telah melalui tahapan uji praklinik.
Saat ini, kata Amir, uji fitofarmaka belum banyak dilakukan pada obat-obatan alamiah di Indonesia, demikian halnya dengan uji klinis.
Karena itu, jika obat-obatan alami ini sudah digunakan oleh klinik-klinik kesehatan, maka klinik kesehatan tersebut harus mendapat izin resmi dari Departemen Kesehatan.
Dengan demikian, jika penggunaan obat dimaksud menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan pasien maka pengelola klinik dimaksud bisa dituntut secara hukum.
Dengan kondisi seperti itu, kata dia, umumnya kalangan dokter di Indonesia sangat berhati-hati dalam merekomendasikan pasiennya untuk mengkonsumsi obat herbal.
Dengan proses yang sangat rumit dan menghabiskan dana yang tidak sedikit, berbagai obat alami tradisional Indonesia sangat sulit meningkat statusnya menjadi obat resmi yang digunakan dalam bidang kedokteran.
Sementara itu penelitian dan pengembangan ilmu pengobatan herbal di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain seperti China dan Korea Selatan.
"Kalau di China dan Korea memang sudah dikembangkan dari dulu, bahkan pengobatan herbal punya sekolah khusus sehingga lebih maju," kata Prof Amir.
Meski terlambat memulai, kata dia, pengembangan bidang pengobatan herbal di Indonesia cukup prospektif dengan penanaman obat-obatan alamiah di Tawangmangu secara besar-besaran dan mulai tersinkronisasinya program antar departemen terkait dan dunia Perguruan Tinggi.
Melalui cara itu, Prof Amir berharap ke depan Indonesia tidak lagi bergantung kepada suplai obat herbal dari luar negeri namun bisa menghasilkan obat sendiri yang bisa disuplai ke negara lain.
Masih berkaitan dengan pengembangan ilmu pengobatan herbal di Indonesia, Fakultas Kedokteran UI berencana membuka program studi herbal Indonesia taraf magister (strata dua).
Dr dr Ernie H Purwaningsih MS selaku Ketua Program Studi Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran UI mengatakan, saat ini jajarannya tengah mengajukan proposal pembentukan program studi herbal Indonesia ke Badan Pengkajian Mutu Akademik.
Menurut Ernie, ke depan diharapkan program studi baru ini akan terlibat dan menghasilkan penelitian yang terintegrasi di bidang herbal yang pada gilirannya akan terbentuk kolegium herbal medik, keperawatan herbal, dan estetika Indonesia.
"Melalui program ini nantinya semua magister akan menghasilkan penelitian yang terintegrasi dan diharapkan bisa terpublikasi secara internasional," kata Ernie.
Ernie juga mengakui penelitian dan pengembangan ilmu herbal di Indonesia sangat jauh tertinggal dari China mengingat standard uji kliniknya disesuaikan dengan standard setempat.
Namun obat-obatan herbal yang telah lulus standard uji klinik di China tidak serta-merta diberlakukan di Indonesia karena di Indonesia semua obat yang beredar harus memenuhi Efidensia Based Metsin (EBM) atau bukti ilmiah yang menunjukan bahwa pemakaian obat tersebut tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Dalam kaitan dengan hal ini, Ernie meminta pemerintah melalui Depkes melakukan pengawasan yang ketat terhadap menjamurnya berbagai produk obat herbal luar negeri khususnya dari China dan Korea yang beredar di Indonesia saat ini.
"Siapa yang awasi mereka, lalu siapa yang memberi ijin? Kalau tidak diawasi maka secara tidak langsung akan mematikan produk Indonesia. Kita harus cegah tanaman kita diambil lalu diproduksi oleh China," kata Ernie.
Ia mengatakan, pengawasan terhadap berbagai produk luar negeri harus lebih diperketat untuk menghindari terjadinya manipulasi sebagaimana kasus penggandaan mahkota dewa dengan teknologi kultur jaringan oleh seorang peneliti Jepang beberapa waktu lalu.
Akibat tindakan tanpa izin itu, saat ini hak paten mahkota dewa jatuh ke tangan orang Jepang. Hal serupa juga terjadi pada tanaman temulawak yang menghasilkan minyak atsiri yang kini sudah dipatenkan di Korea Selatan.
"Makanya kita harus `concern` untuk pendidikan herbal agar masyarakat dan pemerintah tahu produk kita banyak yang dicuri. Jangan hanya bicara, tetapi tidak ada tindakan," tutur Ernie.
Ia menyayangkan masih tumpang tindihnya penelitian herbal di Indonesia dan terkesan masing-masing institusi berjalan sendiri-sendiri.
Beberapa Perguruan Tinggi yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan ilmu herbal di Indonesia seperti Universitas Sumatera Utara (USU) yang khusus fokus pada bidang bahan kimia aktif, Universitas Gajah Mada (UGM) dengan pusat studi hansernya, dan Universitas Airlangga (UNAIR) dengan fokus pengobatan alam yang berasal dari laut.
Penelitian herbal juga dilakukan pakar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan Kementerian Riset dan Teknologi.
Meski lembaga yang terlibat dalam penelitian herbal cukup banyak, Indonesia tidak memiliki "data based" nasional yang mencantumkan jumlah bahan tanaman alami yang sudah diteliti dengan berbagai keunggulan kandungan obatnya.
"Jika semua itu dikumpul dan dipublikasikan secara bersama ke dunia internasional tentu publik akan mengetahui bahwa Indonesia tidak kalah dari negara lain dalam menghasilkan obat alami yang bermanfaat bagi kesehatan manusia," tutur Ernie. (Anspek)
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Jangan Malu Tiru Cina Dalam Kembangkan Obat Tradisional

thumbnail
Kegiatan penelitian dan pengembangan metode pengobatan herbal di Cina berkembang sangat pesat, karena itu Indonesia jangan malu meniru negara "tirai bambu" itu dalam mengembangkan obat-obatan lokal agar bisa menembus pasaran internasional, demikian ungkap pakar farmasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Ernie H. Purwaningsih MS kepada Antara.
"Saya kira kita harus belajar dari Cina dalam hal penelitian dan pengembangan metode pengobatan herbal karena di sana sudah demikian maju," kata Ernie.
Menurut Ernie, pesatnya perkembangan pengobatan herbal di Cina tidak lepas dari kebijakan pemerintah setempat yang mendorong dibukanya program studi pengobatan tradisional di berbagai lembaga perguruan tinggi.
Para mahasiswa fakultas kedokteran di Cina sejak mendaftar ke perguruan tinggi diberi pilihan untuk belajar ilmu kedokteran yang berorientasi ke dunia barat terutama Amerika Serikat atau memilih kedokteran dengan spesialisasi pengobatan tradisional Cina.
Dengan kondisi tersebut, penelitian obat-obatan tradisional Cina terus berkembang pesat yang berimbas pada membanjirnya berbagai produk obat-obatan herbal asal Cina ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Adapun di Indonesia, hingga kini baru segelintir PT yang membuka program studi pengobatan herbal seperti Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya.
Universitas Indonesia (UI) rencananya baru akan membuka program studi magister herbal Indonesia tahun ini.
Ernie mengatakan proposal pembentukan program studi magister herbal Indonesia tersebut masih dikaji oleh Badan Pengkajian Mutu Akademik UI untuk selanjutnya diserahkan kepada Senat Akademik UI.
Jika program studi ini telah terbentuk maka nantinya diharapkan terbentuk kolegium herbal medik, keperawatan herbal dan estetika herbal yang akan menghasilkan penelitian yang terintegrasi.
Masih menurut Ernie, penelitian pengobatan herbal di Indonesia selama ini belum terintegrasi alias berjalan sendiri-sendiri seperti yang dilakukan Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Gajah Mada (UGM), Unair dan juga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Bahkan Departemen Pertanian, Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM), dan Kantor Kementrian Ristek juga meneliti soal ini. "Fokus penelitian selama ini beda-beda, tidak terintegrasi sehingga dananya tersebar ke mana-mana. Akibatnya, kita tidak memiliki data nasional berapa banyak tanaman lokal kita yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit," tutur Ernie yang juga menjabat Ketua Program Studi Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran UI itu.
Ernie mengatakan, jika semua hasil penelitian berbagai instansi tersebut diintegrasikan dan dipublikasikan secara bersamaan maka dunia internasional bisa mengetahui bahwa Indonesia merupakan "surga" tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan.
Ia menyambut baik usaha Dewan Riset Nasional yang menerbitkan buku panduan tentang lima tanaman asli Indonesia yang merupakan primadona sebagai obat yang berkhasiat bagi kesehatan yakni temulawak, jahe, kencur, sambiloto, pegagan dan daun sirih.
Selain ke lima tanaman itu, katanya, masih terdapat ratusan hingga ribuan jenis tanaman lokal Indonesia lainnya yang tersebar di seluruh pelosok nusantara yang memiliki khasiat yang sangat baik untuk menyembuhkan penyakit.
Namun sebagian besar jenis tanaman tersebut tidak diketahui publik meskipun sudah pernah diteliti para ahli lantaran tidak adanya data based hasil penelitian di bidang pengobatan herbal.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Trend Gelombang Hijau Baru

thumbnail
Masyarakat negara maju dalam beberapa tahun terakhir lebih menyukai pengobatan tradisional yang menggunakan bahan dari tumbuh-tumbuhan, padahal sebelumnya mereka diketahui menggunakan obat bahan sintetik.
"Indikasi menyukai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kini semakin meluas ke berbagai negara di belahan dunia," kata Prof dr I Gusti Ngurah Nala dari Program Studi Ayurweda Fakultas Kesehatan Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Minggu (24/5).
Ia mengatakan, kecenderungan masyarakat luas menggunakan obat-obat tradisional di berbagai negara itu lebih dikenal dengan sebutan "Gelombang hijau baru" (new green wave). Kondisi itu dipicu adanya efek sampingan dari obat sintetik dan antibiotika, di samping perkembangan pendapat umum, baik di negara barat maupun timur, bahwa pemanfaatan bahan yang bersifat alami lebih aman dari bahan yang mengandung zat kimia.
Prof Ngurah Nala yang juga guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu menilai, semakin meningkatnya kekhawatiran masyarakat dunia terhadap dampak negatif penggunaan obat-obat sintetik, mulai mencanangkan gerakan kembali ke alam (back to nature).
Gerakan tersebut dimaksudkan untuk kembali menggunakan obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang banyak terdapat di sekitar lingkungan tempat bermukim.
Kondisi tersebut merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang untuk segera diantisipasi dengan cepat dan tepat. Para ilmuwan dituntut untuk mampu mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari bakat kearifan para leluhur.
Negara besar yang memiliki tradisi pengobatan tradisional sejak zaman dulu, selain Indonesia juga India, Cina, Korea dan Jepang.
Untuk itu Indonesia harus memanfaatkan momentum tersebut secara terencana untuk mengintensifkan usaha pengobatan tradisional.
Guna mendukung upaya tersebut kini telah dibentuk Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang memiliki dua sub balai masing-masing berlokasi di Sumatera Barat dan Lampung. Selain itu ada 12 kebun percobaan berbagai jenis tanaman obat-obatan yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Maluku, tutur Prof Nala.
Kurang Dana
Sementara peneliti Pusat Biologi LIPI Prof.Dr. Chairul Apt menilai kurangnya dana menjadi salah satu hambatan bagi berkembangnya penelitian potensi tanaman di Indonesia, sehingga sebagai bahan baku obat dan bahan pangan alternatif belum digali dengan maksimal. "Kalau di Amerika, untuk penelitian satu jenis tanaman saja menghabiskan dana 15 sampai 20 juta dolar dalam satu tahun," katanya di Cibinong, Jawa Barat, Selasa (19/5).
Menurut Chairul, pemerintah hanya memberikan dana sekitar Rp100 juta hingga Rp150 juta untuk penelitian beberapa jenis tanaman. "Padahal Indonesia ini punya koleksi tanaman paling lengkap se-Asia Tenggara," kata peneliti senior Puslit Biologi tersebut.
Chairul mengatakan sekarang hanya 10 persen jenis tanaman yang diteliti berbagai institusi dari seluruh jenis tanaman di Indonesia yang berjumlah sekitar 25 ribu hingga 30 ribu jenis tanaman. "LIPI sendiri baru meneliti sekitar dua ratus sampai tiga ratus jenis tanaman," kata Chairul.
Mengenai dana penelitian dari pemerintah, Kepala Bidang Botani Puslit Biologi LIPI Prof. Dr. Eko Baroto Waluyo mengatakan pemerintah menyediakan dana Rp125 juta hingga Rp225 juta untuk beberapa proposal proyek penelitian yang dikerjakan oleh lima hingga enam peneliti. Ia menambahkan dana tersebut sudah mencakup honor peneliti hingga pegawai pembantu proyek penelitian. "Satu penelitian membutuhkan waktu minimal tiga tahun," kata Eko dikutip Antara.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

UI Akan Buka Program Herbal Medik

thumbnail
Kabar gembira bagi para praktisi dan pebisnis yang bergelut dalam pengembangan tanaman herbal di Indonesia. Universitas Indonesia (UI) akan membuka program studi untuk pascasarjana yang memiliki tiga program khusus yaitu herbal medik, herbal keperawatan dan estetika Indonesia. "Kalau bisa memang tahun ini dibuka, tapi paling lambat tahun depan," kata Deputi Direktur Kantor Komunikasi UI Devie Rahmawati di Depok, Rabu (27/5).
Program ini akan terintegrasi dalam Program Pendidikan Pascasarjana Universitas Indonesia yang melibatkan para pakar di bidang kedokteran, kedokteran gigi, keperawatan, biologi, farmasi, kesehatan masyarakat, pertanian, industri obat herbal, dan industri kosmetik herbal.
Menurut Devie Rahmawati, pendidikan formal, yang terkait dengan herbal, hingga saat ini masih merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban bagi masyarakat untuk mendapat pengakuan baik secara nasional maupun internasional, terutama di tingkat perguruan tinggi.
Dikatakannya pendidikan berbentuk program studi khusus tersebut dibentuk untuk mengatasi beberapa permasalahan pokok yaitu bagaimana memanfaatkan secara optimal sumber daya tanaman obat Indonesia menjadi obat herbal sebagai alternatif yang rasional serta teruji efektivitas dan keamanannya, sehingga dapat digunakan dalam sistem pengobatan formal dan perawatan kesehatan berdampingan dengan obat kovensional.
Selain itu juga bisa memadukan pengobatan herbal dan pemanfaatan herbal dalam perawatan kesehatan, dan sebagai komponen estetika Indonesia ke dalam kebijakan kesehatan yang ada.
Indonesia sebagai negara yang memilliki keanekaragaman hayati, terutama tanaman obat terbesar ke dua setelah Brazil, tidak atau belum menanggapi secara positif dan memanfaatkan kesempatan yang seharusnya menjadikan obat tradisional Indonesia sebagai primadona bangsa.
"Penggunaan obat tradisional dilakukan secara empiris, turun temurun berdasarkan pengalaman dari generasi ke generasi. Transmisi pengalaman dilakukan tanpa dokumen tertulis secara benar, apalagi belum ada sistem pendidikan formal terkait dengan pengobatan dan perawatan menggunakan herbal Indonesia," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan pengobatan herbal dan pemanfaatan herbal dalam perawatan kesehatan pada berbagai penyakit, serta pemanfaatan herbal sebagai komponen estetika Indonesia, misalnya dalam bentuk ramuan untuk lulur, mangir, dan spa merupakan bagian dari sejarah dan kebudayaan masyarakat serta memiliki konsep yang hanya dimiliki oleh Bangsa Indonesia sendiri.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Obat Herbal Lemahkan Racun

thumbnail
Ahli pengobatan alami (herbal), Reno Wilopo di Jakarta, Rabu (20/5), mengatakan obat tradisional berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan penyakit pada manusia. "Obat herbal berfungsi mengawasi termasuk membunuh kandungan racun dalam tubuh manusia," kata Reno Wilopo kepada ANTARA sehubungan akhir-akhir ini masyarakat banyak yang melakukan pengobatan alternatif di samping pergi ke dokter.
Ia mengatakan obat tradisional mampu membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) yang tidak terdapat dalam tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari unsur yang merusak organ tubuh.
Jenis tanaman yang memiliki khasiat penyembuhan penyakit, antara lain mahkota dewa, kunyit putih, jahe, lengkuas, bawang putih, daun sirih, dan sambiloto.
Reno menuturkan jenis penyakit yang dapat disembuhkan di antaranya, jantung, hepatitis (gangguang hati), kanker, tumor dan penyakit berat lainnya.
Disinggung perbandingan obat herbal dengan obat medis yang berdasarkan resep dokter, ia mengatakan masing-masing memiliki keunggulan untuk menyembuhkan penyakit.
Perbedaannya yakni satu jenis obat medis secara spesifik menyembuhkan satu penyakit, sedangkan obat herbal mampu menjadi penawar rasa sakit berbagai jenis penyakit.
"Obat herbal secara medis memperbaiki jaringan tubuh yang rusak," katanya seraya mencontohkan ramuan mahkota dewa mampu penyembuhkan penyakit kanker, tumor dan jantung.
Lebih lanjut, dia menilai obat medis lebih mengoptimalkan darah sebagai indikator dan menjaga agar darah normal secara klinis (pemeriksaan laboratorium), namun tanpa mempedulikan dampaknya terhadap kerusakan organ tubuh lainnya.
Contohnya penyuntikan cairan insulin untuk penderita diabetes berpotensi menyebabkan rusaknya kelenjar tubuh yang biasanya memproduksi insulin.
Sementara itu, anggota Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia, Joko Suryanto mengatakan terapi obat ramuan tradisional bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.
Reno dan Joko mengharapkan pemerintah mengambil kebijakan, untuk mendorong penelitian ramuan tradisional asal Indonesia agar mendapatkan pengakuan dari dunia.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Bangga Dengan Obat Herbal Lokal

thumbnail
Oleh: Muhammad Said
Orang Indonesia seharusnya bangga dengan warisan obat herbal yang tumbuh di bumi Pertiwi. Sejak zaman dahulu berbagai macam pengobatan tradisional di berbagai daerah memanfaatkan tumbuhan.
Beberapa jenis tumbuhan sejak dulu juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyirih atau "nginang" yang hingga kini masih dilakukan perempuan di pedesaan.
Kegiatan itu memerlukan daun sirih, biji pinang, kapur, dan gambir. Kebiasan nyirih atau nginang itu menyebar di berbagai daerah di negeri ini.
Hasil penelitian ilmu kesehatan dunia Barat yang dilakukan beberapa dekade terakhir menyebutkan, sirih merupakan tanaman kaya berkhasiat jika dikonsumsi manusia.
Daun itu juga berkhasiat untu penyembuhan sakit mata, menghilangkan bau mulut dan jerawat, obat kulit gatal, menghentikan mimisan, menghilangkan batuk dan sariawan, obat luka, keputihan, sifilis, diare, dan sakit gigi.
Orang yang suka menyirih biasanya memiliki deretan gigi yang kuat hingga masa tuanya. Namun, kebiasaan itu tidak diminati kaum muda.
Data Departemen Kesehatan menunjukkan, hutan tropis Indonesia memiliki spesies tumbuhan sekitar 40.000 jenis dengan 7.000 jenis di antaranya tanaman obat dan baru 1.000 jenis yang dimanfaatkan sebagai obat.
"Dari 1.000 jenis tanaman yang telah dimanfaatkan menjadi obat, sedikitnya ada sembilan jenis tanaman unggulan," ujar praktisi pengembangan pengobatan herbal Ning Harmanto.
Kesembilan tanaman obat itu yakni mahkota dewa, sambiloto, pegagan, daun dewa, daun salam, temu mangga, temu putih, temu lawak dan tapak liman.
Mahkota dewa dikenal sebagai panglima tanaman obat karena berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti kanker, diabetes melitus, lever, jantung, gangguan ginjal, dan stroke.
Kemudian sambiloto bisa menyembuhkan demam dan masuk angin, pegagan berkhasiat untuk penyakit hepatitis, daun dewa digunakan sebagai penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan darah serta penawar racun akibat gigitan hewan berbisa.
Lalu daun salam mengobati kencing manis, darah tinggi, dan kolesterol, temu mangga digunakan untuk berbagai macam penyakit dalam salah satunya asam, temu putih berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengobati lemah syahwat.
Temu lawak digunakan untuk berbagai penyembuhan penyakit dan mengembalikan kondisi tubuh serta tapak liman digunakan sebagai obat batuk.
Selain itu masih banyak tanaman obat lain yang telah dikenal oleh masyarakat secara luas seperti mengkudu, alpukat, alang-alang, bangle, sidaguri, purwoceng, tumpuyung dan lain-lain, kata Ning.
Namun, sebagian besar hasil penelitian tanaman obat itu kurang terpublikasikan dengan baik sehingga pengobatan herbal yang dikenal murah, alami, dan tanpa efek samping menjadi pilihan kedua setelah pengobatan kimia.
Selain itu, meski masyarakat telah berbuat, tetapi pemerintah dinilai belum berpihak terhadap pengembangan pengobatan herbal yang bersumber dari kekayaan alam Indonesia.
Ning yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mahkotadewa Indonesia mencontohkan, baru-baru ini geolog Jerman Heinrich Melcher yang menekuni dunia pengobatan tradisional menemukan obat tetes mata dari biji buah keben (barringtonia asiatica) yang tumbuh di bumi Papua.
Khasiat tumbuhan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit mata tanpa operasi, seperti katarak, minus, silindris, plus dan glukoma itu, terhalang aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tidak membolehkan obat tetes, infus, dan suntik berasal dari herbal.
Alhasil penemuan di tahun 2005 itu akhirnya dikembangkan di Jerman.
Biaya yang besar dan mencapai ratusan juta rupiah lebih jika seorang pengusaha ingin meningkatkan produk jamu menjadi obat herbal berstandard juga menjadi kendala.
"Untuk mendapatkan legalitas dengan meningkatkan status obat tradisional jamu menjadi obat herbal yang berstandard dalam negeri maka biaya yang dikeluarkan cukup mahal atau ratusan juta rupiah," kata Ning.
Ahli pengobatan herbal Reno Wilopo mengatakan, obat tradisional berfungsi melemahkan racun dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita manusia sekaligus membentuk zat kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh dari unsur yang merusak organ.
Namun anehnya, kata dia, pengobatan yang dikembangkan dunia Barat justru semakin digandrungi saat ini.
Padahal pengobatan dunia Barat yang menggunakan zat kimia, menimbulkan risiko tinggi karena obat yang dikonsumsi memiliki efek samping pada organ tubuh yang lain dan biayanya tergolong mahal.
Karena itu anggota Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia Joko Suryanto berharap pemerintah mengambil kebijakan untuk mendorong penelitian dan pengembangan obat ramuan tradisional.
Kebijakan itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia dan tentunya kembali ke jati diri bangsa serta mencoba mandiri dengan pengobatan herbal yang bersumber dari kekayaan alam negeri sendiri.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

9 Tanaman Obat Unggulan Indonesia

thumbnail
Keanekaragaman hayati Indonesia dewasa ini sedikitnya memiliki sembilan tanaman obat-obatan yang menjadi unggulan dalam penyembuhan penyakit secara alami. "Dari 10.000 jenis tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai obat, sedikitnya ada sembilan jenis tanaman yang menjadi unggulan," ujar praktisi pengembangan pengobatan herbal, Ning Harmanto di Jakarta, Kamis (21/5).
Sembilan tanaman obat itu yakni mahkota dewa, sambiloto, pegagan, daun dewa, daun salam, temu mangga, temu putih, temu lawak dan tapak liman.
Dia menjelaskan, mahkota dewa (phaleria macrocarpa boerl) dikenal sebagai panglima tanaman obat karena berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, lever, jantung, gangguan ginjal dan stroke.
Kemudian sambiloto (andrographis paniculata nees) menyembuhkan demam dan masuk angin, pegagan (centella asiatica urb) berkhasiat untuk penyakit hepatitis, daun dewa (gynura procumbens merr) digunakan sebagai penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan darah serta penawar racun akibat gigitan hewan berbisa.
Lalu daun salam (syzygium polyanthum walp) yang mengobati kencing manis, darah tinggi dan kolesterol, temu mangga (curcuma mangga valeton) yang digunakan untuk berbagai macam penyakit dalam salah satunya asma.
Temu putih (curcuma zedoaria rosce) berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengobati lemah syahwat, temu lawak (curcuma xanthorrhiza roxb) digunakan untuk berbagai penyembuhan penyakit dan mengembalikan kondisi tubuh serta tapak liman (elephanthopus scaber) yang digunakan sebgai obat batuk, jelas Ning Harmanto yang dikutip ANTARA.
Selain itu, kata dia, masih banyak tanaman obat lain yang telah dikenal oleh masyarakat secara luas seperti mengkudu, alpukat, alang-alang, bangle, sidaguri, purwoceng, tumpuyung, sambung nyawa atau ngokilo dan jati belanda.
Namun sebagian besar hasil penelitian tanaman obat itu kurang terpublikasikan dengan baik sehingga pengobatan herbal yang dikenal murah, alami dan tanpa efek samping menjadi pilihan kedua setelah pengobatan kimia, ujar Ning yang dilansir Antara.
Data Departemen Kesehatan menunjukkan hutan tropis Indonesia memiliki keanekaragaman species tumbuhan yang berjumlah sekitar 40.000 jenis. Sekitar 7.000 jenis diantara species tumbuhan itu merupakan tanaman obat dan 1.000 jenis di antaranya telah dimanfaatkan sebagai obat.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Warga Jakarta Berburu Pengobatan Herbal

thumbnail
Sejumlah warga Ibukota Jakarta dewasa ini kian meminati pengobatan yang menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan (herbal) Cina, karena dianggap manjur dan tidak memiliki efek samping negatif pada tubuh.
Rita Yuniarti, (26) penderita penyakit kista di Jakarta, yang ditemuai ANTARA mengaku mulai mengenal pengobatan alternatif itu dari temannya. Setelah mencoba, dirinya mulai merasakan dampak positif dari pengobatan yang ditangani oleh shinshe atau sebutan untuk tabib Cina.
Padahal, warga Jalan Parmerah, Jakarta Barat itu telah divonis oleh dokter untuk segera melakukan operasi, karena kista atau tumor jinak yang tumbuh abnormal di rahimnya telah berukuran 10 centimeter. "Saya telah menikah selama tiga tahun, tetapi belum punya anak. Ketika diperiksa ternyata saya menderita kista dan dokter memvonis harus segera dioperasi jika ingin punya anak," katanya.
Namun, karena ketiadaan biaya, dia pun menjalani pengobatan alternatif ke salah seorang shinshe akupuntur di Jalan Pancoran Raya, Pasar Glodok ,dan mulai merasakan perubahan setelah berobat enam kali. "Biaya untuk operasi kista dengan pelayanan rumah sakit kelas tiga di Jakarta sekitar Rp15 juta, sedangkan ke shinshe cuma Rp250 ribu berikut ramuan obat untuk sekali datang," ujar dia.
Shin San Min, (56) warga Pademangan, Jakarta Utara lebih memilih pengobatan herbal itu karena dia telah berulang kali menjalani perawatan dokter akibat gangguan ulu hati dan susah buang air besar. "Kalau ke dokter sudah tidak terhitung, tapi setelah berobat enam bulan kemudian kembali penyakit saya kambuh lagi. Belum lagi dampak obat-obatan kimia yang terus dikonsumsi, jadi saya memilih ke shinshe," kata dia.
Pada tempat terpisah, Yani, (59) warga Jalan Puri Indah, Kebon Jeruk, Jakarta mengaku cocok dengan pengobatan shinshe yang menggunakan bahan ramuan yang berasal dari dedaunan, akar pohon, kulit kayu, buah tanaman dan tumbuh-tumbuhan lain. "Yang pertama dulu wasir, setelah berobat sekali langsung sembuh sehingga saya kembali lagi. Untuk yang kedua ini kolesterol saya tinggi dan saya yakin akan sembuh," ujar dia.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pemerintah Diminta Perhatikan Industri Jamu

thumbnail
Total omzet industri jamu nasional pada triwulan pertama 2009 mengalami peningkatan antara 5-10% dibanding tahun 2008, sebesar Rp 7,2 triliun. ’’Saya meyakini target pada 2009 sebesar Rp 8,5 triliun bisa dicapai," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Jamu Charles Saerang di Jakarta.
Pemilik jamu PT Nyonya Meneer itu menyatakan krisis ekonomi global tidak terlalu berpengaruh pada industri jamu nasional. ’’Pemintaan jamu saat ini cukup bagus. Produsen jamu yang biasanya menstok produk rata-rata 1 bulan, sekarang hanya 2 hingga 3 minggu,’’ katanya.
Saat ini, sebut Charles, ada kekurangan stok jamu nasional, dan diperkirakan beberapa bulan ke depan, permintaan jamu akan lebih bagus. "Hal ini terkait dengan pembiayaan proyek-proyek pemerintah yang mencairkan anggaran pada Juli," katanya. Perkembangan ekspor jamu nasional, Charles mengatakan masih sebesar 10% dari total produksi.
Secara umum belum ada pengaruh krisis terhadap ekspor jamu. Produksi jamu nasional diekspor ke Cina, Jerman, Perancis, Belanda, Rusia dan negara-negara Arab. Charles meyakini potensi pasar jamu nasional masih sangat besar. Hanya saja perhatian pemerintah masih sangat kurang. Pemerintah mesti serius memberikan perhatian pada industri jamu karena industri ini dari hulu sampai hilir memperkerjakan 3 juta orang. Sejauh ini melihat perhatian pemerintah dalam hal penelitian dan pengembangan industri jamu nasional sangat kurang.
’’Memang ada departemen terkait yang melakukan penelitian. Namun ada kecenderungan tumpang tindih, misalnya Departemen Kesehatan dan Departemen Perindustrian. Karena penelitiannya tumpang tindih, hasilnya juga tidak seperti yang diharapkan. Saat ini sebanyak 30 ribu spesies tanaman potensial di Indonesia yang belum diteliti. Sebanyak 300 spesies sudah dinyatakan sebagai tanaman obat yang memiliki benefit dan baru 100 spesies yang sudah diolah menjadi jamu. Sedangkan lima spesies tanaman obat yang jadi unggulan dan perlu diperhatikan pemerintah pengembangan risetnya adalah jahe, temu lawak, pegagan, sambiloto dan kencur,’’ rinci Charles.
Kalau pemerintah serius seharusnya dibentuk direktorat jenderal (dirjen) jamu yang khusus menangani industri jamu dari hulu sampai hilir. Dia juga menyorot perhatian pemerintah terhadap petani dan pedagang jamu gendong yang merupakan bagian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM) sejauh ini juga sangat rendah. Petani dan pedagang jamu kita sangat kesulitan dalam pemodalan. Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah. Saat ini GP jamu mewadahi sebanyak 1.300 industri jamu.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pengobatan Tradisional Indonesia Rambah Luar Negeri

thumbnail
Terapi pengobatan tradisional Indonesia dengan menggunakan ramuan bahan-bahan alami merambah pangsa pasar mancanegara seperti Brunei, Belanda dan Australia. Salah satu ahli pengobatan Roemah Obat Alami, Joko Suryanto di Jakarta mengatakan, teknik penyembuhan dengan ramuan tradisional yang dipraktekkannya juga ditunjang dengan terapi kejiwaan (bio energi). ’’Program bio terapi dengan ramuan tradisional banyak diminati di luar negeri,’’ kata Joko.
Sejumlah warga di negara lain tertarik dengan terapi pengobatan ramuan tradisional yang menggunakan bahan obat-obatan lokal, mengingat Indonesia cukup dikenal dengan sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan menjadi penawar sakit.
Sebagian besar warga asing yang berobat melalui terapi bio energi, menurut dia, lebih percaya terhadap proses penyembuhan melalui obat tradisional dibandingkan dengan obat-obatan berbahan kimia sintesis. Terapi obat ramuan tradisional bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat radang sehingga penyembuhannya bersifat permanen. Sebaliknya, obat berbahan kimia sintesis kadang-kadang hanya menyembuhkan penyakit untuk sementara waktu dengan menghilangkan rasa sakit.
Joko mengungkapkan ramuan tardisional alami juga tidak memiliki efek samping yang membahayakan atau membuat pasien ketagihan karena terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Bahan baku obat-obatan khas Indonesia antara lain mahkota dewa, temu lawak, sambiloto, kunyit putih dan bawang putih.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Wapres M Jusuf Kalla: Industri Jamu Tingkatkan Citra

thumbnail
Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengajak pengusaha jamu meningkatkan citra produknya agar semakin digemari masyarakat, termasuk konsumen luar negeri. Wapres dalam kunjungan kerja di pabrik jamu PT Sido Muncul, Klepu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/5) mengatakan, ginseng bisa terkenal dan dijual dengan harga mahal karena tanaman ini dipersepsi secara baik oleh masyarakat luas. "Jamu dari China atau ginseng dari Korea bisa terkenal, itu masalah persepsi," kata Kalla.
Akan tetapi, Wapres mengingatkan, persepsi dan citra yang baik saja tidak cukup, tetapi harus dibarengi dengan jaminan mutu produk yang baik. Karena sebuah produk berkaitan dengan persepsi, maka untuk meningkatkan citra dan persepsi yang baik di mata konsumen, produk jamu harus bisa membangun persepsi lebih baik.
Ia mengisahkan, dulu batik juga belum dipakai secara luas dalam berbagai kegiatan, namun setelah digalakkan pemakaiannya dengan melibatkan banyak kalangan, termasuk pejabat pemerintah, sekarang ini produk batik memiliki citra yang baik. Setelah berkunjung ke sentra industri sepatu di Cibaduyut dan diluncurkan produk sepatu merek JK Collections, omset penjualan sepatu Cibaduyut melonjak hingga 40%.
Direktur Utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan, produk jamu yang dibuat dan dipasarkan telah menyerap tenaga kerja jutaan orang, mulai dari petani pemasok bahan baku obat hingga pedagang kecil.’’Saya berharap setelah dikunjungi Pak Jusuf Kalla, omset jamu Sido Muncul melonjak hingga 70 persen," kata Irwan.
Hingga kini ada mata rantai yang kosong dalam industri jamu, yakni antara produsen dengan konsumen. Dalam industri obat, sebelum obat dijual ke konsumen ada dokter yang meresepkan. Apapun namanya, seharusnya ada profesi yang menjembatani antara produsen jamu dengan konsumen. PT Sido Muncul menyambut gembira rencana Universitas Indonesia yang pada tahun depan akan membuka program studi herbal.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Buah Merah Bukan Obat Penyembuh HIV/AIDS

thumbnail
Buah merah yang banyak tumbuh di wilayah pegunungan Papua belum terbukti secara klinis sebagai obat penyembuh HIV/AIDS. "Dari hasil penelitian yang dilakukan Departemen Bio Kimia UI (Universitas Indonesia), komponen yang dipakai sebagai anti HIV pada buah merah ternyata tidak memberi respons pada hewan percobaan," kata Ketua Program Studi Farmasi Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Dr dr Ernie H Purwaningsih MS di Jakarta.
Dalam penelitian itu, pihak Bio Kimia UI menggunakan tikus sebagai hewan percobaan. Meski demikian, katanya, perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan percobaan lain guna memastikan apakah buah merah benar-benar bukan sebagai obat penyembuh HIV/AIDS.
Menurut Ernie, klaim buah merah sebagai obat penyembuh HIV/AIDS sebagaimana yang disugestikan oleh sebagian masyarakat Papua selama ini tidak bisa diterima begitu saja karena harus diteliti dan diuji kebenarannya melalui uji klinis selama beberapa kali.
Kasus HIV/AIDS saat ini menjadi masalah yang sangat krusial di Papua mengingat penularannya demikian cepat hingga menembus angka di atas 5.000 orang. Sebagian besar warga yang tertular HIV/AIDS di Papua merupakan penduduk lokal dari berbagai suku di Papua.
Ironisnya, jumlah penduduk lokal di pulau terbesar di ujung timur Nusantara itu saat ini diperkirakan hanya 2,5 sampai tiga juta jiwa. Untuk menekan pertumbuhan kasus HIV/AIDS di Papua, Gubernur Papua Barnabas Suebu SH menetapkan tahun 2009 sebagai tahun perang terhadap HIV/AIDS.
Daerah dengan tingkat populasi HIV/AIDS tertinggi di Papua saat ini adalah Kabupaten Mimika dengan jumlah penderita HIV/AIDS per 31 Desember 2008 sebanyak 1.700 orang.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Kala Industri Jamu Dibiarkan Hidup Sendiri

thumbnail
Pemerintah diminta ikut mendukung pengembangan industri jamu, karena Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang besar, kata Direktur Utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat. Permintaan tersebut disampaikan Irwan Hidayat menyambut kedatangan Wapres Jusuf Kalla di pabrik jamu PT Sido Muncul di Karangjati, Kabupaten Semarang, Kamis (21/5).
Irwan menyebutkan, tanaman obat di Indonesia sekarang ini ada sekitar 30.000 jenis, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 1.475 jenis. PT Sido Muncul sendiri akan mengembangkan sekitar 400 jenis tanaman obat. Jumlah industri jamu di Indonesia hingga sekarang ini masih sedikit, padahal permintaan cukup besar, karena itu tidak heran jika banyak obat dari luar negeri masuk Indonesia seperti China, Korea, dan Arab.
Untuk itu, presiden terpilih pada Pemilu 2009 merupakan pemimpin yang menguasai masalah ekonomi.
Ditanya harapan atas kedatangan Wapres Jusuf Kalla di pabrik jamu Sido Muncul, Irwan berharap bisa meningkatkan omzet jamu seperti saat kunjungan Wapres di industri sepatu Cibaduyut, Jawa Barat, yang mampu meningkatkan omzet hingga 40%. "Krisis ekonomi yang melanda dunia tidak memengaruhi omzet PT Sido Muncul, bahkan pada periode Januari hingga April 2009 malah mengalami kenaikan sekitar 15-20 persen," katanya.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (UI) Dodi Parno Miharjo mengatakan, UI dalam waktu dekat akan membuka Program Studi Herbal yang secara khusus melakukan riset tanaman obat. Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Alvin Lie mengatakan, pemerintah harus membela produk jamu Indonesia karena pemerintah juga memberi keleluasaan obat luar negeri masuk Indonesia. "Sayangnya sampai saat ini industri jamu dibiarkan hidup sendiri. Untuk itu pemerintah harus berpihak pada potensi lokal," katanya.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Jamu Charles Saerang mengharapkan pemerintah melindungi industri jamu nasional dari produk impor. ’’Selama ini jamu dari Cina begitu mudah masuk ke Indonesia. Ekspor jamu nasional ke Negeri Tirai Bambu itu dipersulit. Untuk ekspor ke Cina, kita membutuhkan waktu sekitar dua tahun, dengan total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 1,2 miliar. Ekspor jamu ke Malaysia lebih mudah dibandingkan dengan Cina. Ekspor jamu kita ke Malaysia butuh waktu sekitar enam bulan dan biaya 12 juta,’’ tegas Charles.
Sebenarnya, pemerintah bisa menjembatani kepentingan industri jamu nasional dengan negara-negara tujuan ekspor. Saat ini sebagian besar produk jamu nasional diserap pasar dalam negeri. Hanya sekitar 10% dari total produksi jamu nasional dengan total omzet tahun 2008 senilai 7,2 triliun, yang diekspor ke luar negeri. Jamu Indonesia diekspor ke Cina, Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Jepang, Belanda, Jerman dan Perancis.
Selain itu, potensi pasar ekspor masih sangat besar karena masih tingginya konsumsi jamu di luar negeri. Sebagai contoh, konsumsi jamu Malaysia mencapai Rp 13 triliun per tahun. ’’Pemerintah Indonesia perlu membantu menyosialisasikan dan mengedukasi pasar jamu baik di tingkat nasional maupun di luar negeri. Di Cina penetrasi pasar jamu jauh lebih cepat karena didukung penuh pemerintah, Di negeri itu ada kedokteran jamu dan klinik jamu herbal,’’ kata Charles.
Karena itu, Departemen Kesehatan RI juga punya perhatian yang serius terhadap industri jamu nasional. ’’Apabila industri jamu nasional mendapat perhatian pemerintah, kita yakin target omzet jamu nasional Rp 8,5 triliun pada 2009 bisa tercapai, bahkan bisa menembus omzet Rp 10 triliun,’’ katanya.
Menyinggung konsumsi masyarakat Indonesia terhadap obat herbal, ada kecenderungan masyarakat saat ini menggemari herbal mix seperti kopi ginseng, bukan pure herbal (herbal murni) seperti jahe, ginseng dan sebagainya. Soal jamu yang memakai bahan kimia obat (BKO), Charles menyatakan tidak bisa dihilangkan. Peredaran jamu seperti itu tidak bisa dihilangkan karena permintaan pasarnya juga ada. Hanya saja menjadi tugas semua pihak baik industri jamu maupun pemerintah untuk mengedukasi masyarakat agar selektif mengonsumsi jamu.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Dokter Asing Dilarang Praktek Perorangan

thumbnail
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan dokter dari luar negeri sampai sekarang tidak boleh membuka praktik atau memberikan pelayanan kesehatan secara perorangan di Indonesia. "Sebenarnya tidak ada dokter asing, dokter asing yang praktik itu namanya ilegal," katanya usai peresmian gedung pos kesehatan desa di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, sekaligus pencanangan Desa Siaga se-Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di Magelang, Kamis (28/5).
Ia mengatakan adanya dokter dari luar negeri yang melakukan pelayanan kesehatan, dilakukan di rumah sakit yang dibuka pihak luar negeri di Indonesia.
Mereka, kata dia, tidak memiliki kebebasan untuk praktik secara perorangan di sembarang tempat. Pihaknya melakukan pengawasan ketat terhadap para dokter dari luar negeri yang ada di Indonesia.
Hingga kini, pihaknya belum pernah mengeluarkan izin bagi dokter asal luar negeri untuk membuka praktik secara perorangan di Indonesia. "Belum ada izin bagi dokter asing secara pribadi untuk praktik di Indonesia," katanya.
Jika ada dokter dari luar negeri membuka praktik secara perorangan, kata dia dokter tersebut akan dideportasi. Ia meminta masyarakat melaporkan kepada departemen kesehatan apabila menjumpai dokter dari luar negeri membuka praktik secara perorangan di Indonesia.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

HPF Kesulitan Pantau Obat Ilegal

thumbnail
Pengurus Himpunan Pedagang Farmasi (HPF) Pasar Pramuka, Jakarta, kesulitan memantau masuknya obat tanpa izin (ilegal) dan obat palsu ke kios apotek yang ada di pasar tersebut. "Kami sulit memantau karena pemasok obat di sini selain Pedagang Besar Farmasi (PBF), juga dari transaksi sesama kios apotek," kata Sekretaris HPF Pasar Pramuka Revaldi, Rabu (27/5).
Dia mengatakan pasokan obat dari HPF agak lebih terjamin, namun dari transaksi antarkios lebih sulit dipantau. Selain masuknya sulit dipantau, khusus obat palsu juga susah diketahui dengan pengamatan langsung karena memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan obat asli. "Untuk mengetahui obat palsu itu harus melalui pemeriksaan di laboratorium," kata Revaldi.
Untuk mengantisipasi peredaran obat palsu dan obat tanpa izin, katanya, HPF Pasar Pramuka telah mengeluarkan surat edaran kepada para anggota yang berjumlah 403 kios, untuk tidak memperdagangkan obat dimaksud. Dalam surat edaran tanggal 7 April 2009 diingatkan, kepada pemilik apotek rakyat untuk tidak memperjualbelikan obat atau suplemen tanpa izin obat illegal impor, obat palsu, dan kedaluwarsa.
HPF Pasar Pramuka juga secara rutin melakukan penyuluhan bersama jajaran Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Bagi yang terbukti memperdagangkan obat ilegal dan palsu, katanya, HPF akan memberikan sanksi berupa peringatan. Sementara saksi lainnya berupa penutupan sementara, hingga pencabutan izin dilakukan dinas kesehatan. "Bahkan, bila ditemui pelanggaran hukum, akan diserahkan kepada aparat kepolisian untuk menindak," katanya.
Selama tahun 2009, katanya, terdapat tiga pemilik kios yang sudah mendapat teguran dan ditutup sementara dinas kesehatan. Sedangkan satu pemasok yang terbukti memperdagangkan obat yang tidak memiliki registrasi, kasusnya kini ditangani Polsek Matraman. Departemen Kesehatan (Depkes) RI beberapa waktu lalu melaporkan bahwa di Indonesia jumlah obat palsu yang beredar di pasaran sekitar 1% dari total obat yang diperdagangkan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obat palsu merupakan jenis obat yang diproduksi pihak yang mendapat mandat kewenangan dan telah teregistrasi resmi namun ditiru secara ilegal. Penjualan obat di Pasar Pramuka setahun belakangan mengalami penurunan hingga 25%. "Saya tidak mengerti kenapa penjualan turun. Mungkin karena ekonomi sedang sulit, sehingga masyarakat hanya membeli obat ketika sudah sakit parah," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Obat Kuat Impor Digemari Pengunjung Hiburan Malam

thumbnail
Obat kuat impor lebih digemari pengunjung hiburan malam di kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat karena teruji keampuhan. ’’Jenis obat seperti Cealis dan Viagra buatan Amerika Serikat (AS), Nangen Zeng Hangsu (Cina) dan Africa Black, banyak digemari pengunjung,’’ kata Jus, salah seorang penjual obat kuat di Mangga Besar Jakarta, medio Mei lalu.
Viagra dijual Rp 60 ribu/butir, Cialis Rp 50 ribu/butir dan Nangen Zeng Gangsu Rp 25 ribu/butir. Obat semprot yang laris saat ini adalah buatan Jerman, yaitu Proromil Spray seharga Rp 100 ribu/botol. Sementara yang oles seperti cobra dan arabian oil masing-masing dijual Rp80 ribu/bungkus. Ketika ditanya asal obat-obatan, Jus mengaku tidak banyak mengetahui. ’’Saya tidak tahu dibeli dari mana, karena itu kewenangan bos,’’ ujar Jus.
Hanya obat tersebut sebagian besar dibeli pengunjung yang mengaku berasal dari Indonesia Timur. "Orang dari Indonesia Timur membelinya untuk berkencan di hotel atau tempat hiburan malam," katanya.
Dia mengaku tidak perlu takut menjual obat tersebut karena kandungannya hanya vitamin (suplamen). "Polisi tidak pernah sweeping, baik ke tempat mereka yang berjualan di Jalan Samanhudi Pasar Baru-Jl Hayamwuruk dan Gajah Mada, maupun ke tempat hiburan di Mangga Besar," katanya.
Salah seorang pramuria, Ningsih mengaku bahwa sebagian di antara teman kencannya mengkonsumsi obat kuat. "Obat diminum sebelum berkencan. Yah...minimal satu jam sebelum berkencan," ujarnya. Terpenting, saat kencan perlu memperhatikan kondisi tamu karena sering obatnya kurang cocok sehubungan faktor umur, sehingga berdampak bagi kesehatan. Takut ada tamu yang pingsang karena minum obat.
Kesehatan merupakan syarat mutlak seseorang bekerja di tempat hiburan, dan mereka disebutkan wajib menjalani pemeriksan dokter pada setiap hari Selasa. Kemungkinan penularan penyakit sangatlah rentan, sehingga lebih saya ambil langkah antisipasi. Jadi memakai kondom merupakan kewajiban saat berkencan dengan tamu.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Anak Perokok, Jika Ibu Merokok Saat Hamil

thumbnail
Seorang anak yang dilahirkan oleh ibu yang merokok saat mengandungnya, lebih mungkin menjadi perokok, demikian hasil satu studi baru. Bagi studi itu, para peneliti di University of Arizona menggunakan data dari Tucson Children`s Respiratory Study guna melihat hubungan perbuatan sang ibu merokok saat hamil mempengaruh prilaku sang anak hingga merokok belakangan.
Para peneliti tersebut menilai ibu yang merokok selama hamil dan ketika bayi mereka berusia 1,5 bulan dan 1,5 tahun dan kembali merokok ketika anak berusia 6, 9, dan 11 tahun, berpengaruh pada prilaku sang anak.
Mereka kemudian meneliti prilaku merokok anak ketika mereka berusia 16 dan 22 tahun. Sesuai temuan, perempuan yang merokok selama hamil dan selama tahun awal anak mereka lebih mungkin untuk memiliki anak yang juga merokok pada usia 22 tahun. Itu terbukti benar, apakah sang ibu merokok atau tidak merokok selama anak mereka memasuki usia sekolah.
Sebenarnya, anak-anak itu menghadapi kemungkinan empat kali lebih besar untuk menjadi perokok rutin, kata studi tersebut. Selain itu, anak dari ibu yang merokok selama hamil dan tahun pertama mereka, memiliki kemungkinan lebih kecil untuk berhenti merokok dibandingkan dengan anak dari ibu yang tak pernah merokok atau yang baru mulai merokok ketika anak mereka memasuki usia sekolah.
Penelitian tersebut menyatakan perubahan biologi berlangsung di dalam perut. "Namun asap mengubah kimiawi otak," kata pemimpin peneliti Dr Rony Grad, wakil profesor klinik kesehatan anak di universitas itu.
Jika anda terpajan pada asap sebelum dilahirkan atau pada tahun awal kehidupan, anda sangat mungkin untuk menjadi prokok kronis pada usia 22 tahun. Para peneliti tersebut mengajukan studi mereka dalam konferensi internasional American Thoracic Society di San Diego, Souther California.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Daging Ikan Kuatkan Jantung

thumbnail
Ketua PKK Kabupaten Kediri, Haryanti Sutrisno mengatakan, mengkonsumsi ikan bukan hanya menyehatkan badan, tapi juga menguatkan jantung. "Ikan kaya akan protein. Selain baik untuk dikonsumsi, daging ikan juga bisa memperkuat jantung," kata Haryanti yang berprofesi sebagai dokter saat ditemui usai peresmian Pekan Ikan Kediri (PIK) di Sentra Aquabis Perikanan (SAP) Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.
"Ia juga mengatakan, daging ikan cocok untuk segala umur, baik orang dewasa maupun anak-anak. Bahkan, daging ikan juga sangat baik untuk pertumbuhan janin yang berada dalam tubuh ibu.
Ia menjelaskan, konsumsi daging ikan lebih banyak efek negatifnya, di antaranya dapat membuat emosi lebih stabil, menghaluskan serta mencerahkan kulit, meningkatkan kecerdasan anak, dan menjaga stamina. Daging ikan, menurut dia, berbeda dengan daging sapi maupun kambing, yang tingkat kerawanan penyakit lebih tinggi, seperti kolesterol.
Ia menolak anggapan sebagian masyarakat yang mengatakan daging ikan banyak mengandung cacing, bahkan dapat menyebabkan cacingan. "Makan ikan dapat menyebabkan cacingan itu hanyalah mitos saja," tegasnya.
Pihaknya berharap, warga masyarakat tidak ragu lebih memilih daging ikan ketimbang lainnya. Selain harganya relatif lebih murah ketimbang daging hewan lainnya, juga lebih menyehatkan.
Gerakan makan daging ikan sudah diserukan oleh PKK Kabupaten Kediri sejak 2004. Sesuai anjuran Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan niatan agar masyarakat mengkonsumsi ikan secara teratur dalam jumlah yang disyaratkan bagi kesehatan.
Berkhasiat Obat
Sementara ikan Garra Rufa asal Turki atau yang biasa dikenal The Doctor Fish (Sang Ikan Doktor) yang dipamerkan di Sea World Indonesia (SWI) berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit. Salah seorang supervisor SWI, Wahyu Setiono di Jakarta, Sabtu (23/3) mengatakan, ikan yang berukuran maksimal 14 cm tersebut mampu memberikan khasiat terapi kerena memiliki enzim yang dapat menormalkan proses pembaruhan kulit dari hasil sekresi ikan pada saat menggigit. "Ikan ini sebagai ikan pembersih karena hanya memakan daerah kulit yang mati atau terinfeksi, dan meninggalkan kulit yang sehat terus tumbuh," katanya saat ditemui Antara di SWI.
Menurut Wahyu, pihaknya saat ini telah menyediakan dua kolam khusus bagi pengunjung WSI yang ingin terapi dengan menggunakan ikan Garra Rufa.
Setiap kolam yang diisi 1.500 ikan Garra Rufa digunakan untuk enam orang. "Pada saat kaki dimasukkan ke dalam kolam, ikan tersebut langsung menggigit. Tapi tidak sakit kok, hanya pertamanya geli, tapi seterusnya enak," ujarnya.
Ketika ikan itu menggigit, lanjut dia, ikan tersebut mengeluarkan enzim unik bernama dithranol (anthralin) yang dapat menghambat pertumbuhan sel kulit yang terlalu cepat. Oleh karena itu, gigitan ikan itu dipercaya dapat membantu mereka penderita penyakit kulit seperti psoriasis.
Selain itu, manfaat dari terapi tersebut di antaranya mampu memroses eksfoliasi (pengelupasan kulit mati) yang lebih alami dan organik, meningkatkan penyerapan kelembaban kulit, memperlancar sirkulasi darah, mengurangi dan mengaburkan bekas luka, membantu peremajaan kulit, membuat kulit lebih halus dan bersih dan lainnya.
Bagi para pengunjung yang mencoba terapi tersebut dikenakan tarif tambahan senilai Rp30 ribu dengan durasi waktu selama 20 menit. "Pengunjung yang ikut terapi ini setiap harinya lumayan banyak. Bahkan kalau hari libur di atas seratus orang," katanya.
SPA Garra Rufa ini awalnya hanya sebatas di negara Turki, namun kini berkembang di negara-negara lain seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Malysia. Salah seorang pengunjung yang ikut terapi, Adi, mengatakan gigitan ikan Garra Rufa awalnya seperti disengat listrik.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pemerintah Johor Serius Tekuni EM4

thumbnail
Oleh: Wayan Nita
Perhatian serius pada kesehatan lingkungan, membuat pemerintah Johor Bahru terus mengikuti pelatihan EM di IPSA (Institut Pelatihan Sumberdaya Alam). Lawatan kerja khusus tentang penggunaan EM4 ini didukung penuh oleh pemerintah Johor Bahru. Kali ini adalah rombongan lawatan ke tiga dari Bandaraya Johor Bahru. Sebanyak 22 orang peserta pelatihan, ditambah satu wartawan TV3 dan tour leader. Menurut Dato’ Mohd Naim Bin Nazir, Datuk Bandar Johor Bahru, lawatan kali ini bertujuan untuk belajar tentang EM4 dan juga melihat secara langsung pengaplikasian teknologi EM dalam pengolahan limbah di hotel yang ada di bali.
Sejak tahun 2007, Bandaraya Johor Bahru sudah menggunakan teknologi EM4 dalam pengolahan limbah. Selain itu, hingga kini sudah tiga sungai besar yang melintasi Johor diberikan larutan EM untuk mengurangi kadar pencemaran air sungai. “Tanggapan masyarakat sangat bagus pada pekerjaan kami. Sehingga tak henti-hentinya kami belajar dalam pengaplikasian teknologi EM. Bahkan sudah dimulai sejak dari dalam lingkungan tempat kerja,” ungkap Dato’ Mohd Naim Bin Nazir. Sehingga masyarakat bisa melihat hasil yang bagus dari penggunaan EM, dan mereka pasti akan memulai menggunakannya di lingkungan rumah mereka.
Bahkan sekarang, sudah masuk pula di lingkungan sekolah. Para siswa diajarkan untuk menggunakan EM dalam mengolah limbah baik di rumah maupun di sekolah. Mereka juga diajak sewaktu memasukkan larutan EM4 ke sungai. Dan mereka juga diajak untuk mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan sungai. Itu aka membuat mereka sadar pentingnya kesehatan lingkungan.
Kepedulian Dato’ Mohd Naim Bin Nazir pada kelestarian lingkungan tak lepas dari rasa bangganya pada Pak Oles. Karena pemilik nama lengkap Gede Ngurah Wididana penuh inisiatif dalam mengembangkan pertanian organic. Ilmu yang diperolehnya sejak belajar di Jepang langsung diaplikasikan untuk kesejahteraan hidup masyarakat banyak. “Selanjutnya, akan segera dikirim rombongan lawatan yang ke tiga dari Bandaraya Johor Bahru. Untuk mengikuti pelatihan di IPSA,” janji Nazir.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

15 Tahun Pakai EM

thumbnail
Poktan Mupu Merta
Ternak babi yang dilakukan sebagian masyaraat di Bali menjadi salah satu lahan bisnis yang menggiurkan. Selain harga yang cukup mahal, juga daging babi dapat menjadi salah satu menu andalan yang lazim dikenal warga dengan babi guling. Karena cukup prospek, ada satu kelompok tani (poktan) di Kabupaten Bangli sudah belasan tahun menjalani usaha ini.
Kelompok usata tani yang dimaksud adalah Poktan Mupu Merta di, kecamatan Susut, Bangli. Selama sekitar 15 tahun, Poktan ini sukses dan dikenal luas oleh masyarakat sebagai salah satu kelompok usaha yang eksis sebagai pemasok utama daging bagi yang berkualitas.
Menurut Ketut Muvu (45), sekali panen bisa 200 ekor dengan berat sekitar 100 kg per ekor. Hasil panen sebanyak itu masih belum bisa memenuhi permintan kota Bangli pada daging babi.
Kelebihan yang dimiliki usaha tani ini tak lepas dari peran teknologi EM. Hampir sebagian besar aktivitas di sekitar areal ternak babi selalu bersentuhan dengan teknologi temuan Prof Dr Teruo Higa, salah seorang guru besar di Fakultas Pertanian Universitas Ryukyu Okinawa Jepang itu. Mulai dari pengolahan limbah, memandikan ternak, membersihkan kandang sampai minuman ternak. Pemakaian larutan EM4, sebut Ketut sudah lebih dari 15 tahun. Hasilnya ternak babi lebih gemuk dan sehat.
Air yang digunakan untuk semua aktivitas sudah dicampur larutan EM4. Hal ini menjadikan lingkungan sekitar ternak tetap sehat, makanan dan minuman ternak juga bernutrisi tinggi. Tidak heran jika Poktan Mupu Merta bisa menghabiskan 60 liter EM aktif setiap hari untuk dicampurkan pada bak berisi air. Campuran ini berguna agar pathogen dalam air subak bisa mati dan tidak cemari ternak.
Uniknya, kotoran ternak langsung disulap jadi pupul organic setelah melalui proses fermentasi yang baik. Dari sulapan ini, Poktan ini dapat menjual pupuk organik. Pupuk yang dibuat dari kotoran dan urine babi ini jadi organik karena dalam makanan dan minuman telah tercampur EM4. “Tak hanya petani yang membeli pupuk ini untuk tanaman cabai, juga sejumlah instansi di Kabupaten Bangli yang rutin pesan pupuk untuk tanaman hias di dalam kota,” jelas Muvu. (Wayan Nita)

Waktu Singkat Tetap Ikuti Pelatihan

thumbnail
Oleh: Wayan Nita
Menindak lanjuti kunjungan Datuk Bandar dari Majlis Bandaraya Johor Bahru belum lama ini, beberapa ahli Majlis Bandaraya Johor Bahru juga mengikuti pelatihan. Meskipun dikejar waktu dan hanya mendapat waktu sebentar untuk berkunjung, tetapi ahli Majlis ini tetap ikuti pelatihan pengenalan teknologi EM4. Tak kurang dari 27 orang mengikuti pengarahan yang diberikan oleh Ir. Ketut Riksa, staf Ahli EM4, tentang EM4. Selain itu, mereka juga diajarkan cara pembuatan pupuk Bokashi Kotaku yang diproduksi di kebun percontohan milik Pak Oles.
Kunjungan singkat ini tak membuat peserta menyesal, karena menurut Hj. Ghazali Kavim, Director Korporat & Pentadbiah Majlis Bandaraya Johor Bahru, kunjungan ini adalah sebagai awal pembuka untuk mengikuti pelatihan IPSA di desa Bengkel, Buleleng. Karena pihak Bandaraya Johor Bahru akan mengirim stafnya untuk melakukan pelatihan regular. Perlu diketahui, Johor Bahru merupakan daerah yang sangat konsisten dalam pelestarian lingkungan. Penggunaan EM4 dalam mengatasi pencemaran sungai sudah dilakukan sejak satu tahun lalu. “Bahkan, indek pencemaran pada air sungai sudah menurun,” lanjut Hj. Ghazali.
Peserta pelatihan ini hanya berkunjung ke kebun percontohan Pak Oles di Jl. Pulau Roti. Karena selanjutnya akan melakukan perjalanan lagi ke Bandung dalam rangka lawatan sambil belajar. Diharapkan setelah pengenalan singkat tentang EM4 dan aplikasinya di Bali, rombongan yang terdiri dari anggota legislative dan teknokrat Bandaraya Johor Bahru ini akan mengaplikasikan juga di Johor. “Selanjutnya akan merambah pada pengolahan limbah hotel, restaurant dan juga pengolahan sampah di pasar-pasar,” pungkas Hj. Ghazali.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Purnawira PLN Ikuti Pelatihan di IPSA

thumbnail
Oleh: Wayan Nita
Tak kurang dari delapan peserta purnawirawan PLN mengikuti pelatihan IPSA (Institut Pelatihan Sumberdaya Alam) di desa Bengkel, Buleleng. Angkatan 171 ini meskipun satu perusahaan tapi berasal dari unit berbeda dan berbeda daerah tugas pula. Mereka adalah Wanta KM beserta istri dari PLN Unit Assessment Centre, Jakarta Selatan. Djoko Martono dan istri (Susilowati) dari PLN Pembangkitan Tanjung Jati B, Jepara, Jawa Tengah. Serta dari PLN Pusat adalah Bambang Urip S, Sukartono Maryadi, Budi Ananto dan Linawati. Purnawirawan yang akan memasuki masa pensiun ini, bertemu dalam pelatihan pembuatan pupuk organic dan pengenalan teknologi EM4. Dipandu instruktur pelatihan, Kuntjoro Adhiyanto, kedelapan peserta dengan cermat memperhatikan cara pembuatan pupuk Bokashi Kotaku di Jl. Pulau Roti, Denpasar.
Pelatihan yang ditawarkan dari perusahaan beragam, tapi peserta angkatan 171 ini lebih memilih mengikuti pelatihan di IPSA. Seperti diungkapkan Wanta KM, karena pengembangan pertanian organik sangat diperlukan sekarang ini. Dan panggilan untuk membuat lingkungan menjadi lestari akan diterapkan dari lingkungan rumah lebih dulu.Agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar, sehingga bisa ditiru. Hal senada juga diungkapkan Djoko Martono, yang diamini sang istri. “Apalagi di kebun percontohan milik Pak Oles banyak terdapat tanaman obat yang belum pernah saya lihat. Saya jadi tertarik mengembangkannya di tempat saya tinggal,”ungap Susilowati yang juga staf di dinas kesehatan Semarang.
Pelatihan ini merupakan bekal yang akan mereka bawa dalam memasuki masa pensiun. Sebagian besar pelatihan yang diberikan tentang pengolahan limbah dapur menjadi pupuk organik. Dan juga penerapan pemakaian pupuk organik yang dibuat sendiri untuk tanaman hias maupun tanaman semusim. Dari pelatihan ini diharapkan purnawirawan mempunyai kegiatan dalam mengisi waktu luang setelah pensiun.”Daur ulang sampah organic menjadi pupuk organic bisa diaplikasikan. Selain memberi keuntungan bagi kesehatan lingkungan, juga bisa menghasilkan uang,”pungkas Bambang Urip, penggemar bongkar pasang mesin ini diikuti anggukan setuju dari rekan-rekannya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Bantuan Pupuk Organik Hambat Kreativitas Petani

thumbnail
Kalangan Petani Jember, Jawa Timur, menilai bantuan pupuk organik yang disubsidi pemerintah dapat menghambat kreativitas para petani dalam membuat pupuk organik di masing-masing kelompok tani. Juru bicara Forum Komunikasi Petani Jember, Jumantoro, Minggu, menuturkan, banyak petani yang malas membuat pupuk organik sendiri karena bantuan pupuk organik pemerintah melalui subsidi. ’’Sebelum ada bantuan pupuk organik, petani kreatif membuat pupuk organik sendiri dengan kotoran ternak atau kompos," katanya.
Setelah ada bantuan pupuk organik, katanya, petani malas membuat pupuk organik dan tergantung dengan subsidi pupuk dari pemerintah. Kabupaten Jember mendapat jatah pupuk organik sebanyak 7.167 ton. Petani seharusnya bisa melakukan langkah inovatif dan kreatif untuk membuat pupuk organik. Sejumlah industri kecil yang membuat pupuk organik juga perlahan-lahan tutup karena hasil pupuk organik mereka tidak laku di pasaran. Beberapa industri pupuk organik petani terpaksa tutup.
Petani di Jember, katanya, sudah banyak yang menggunakan pupuk organik sehingga tidak tergantung dengan pupuk kimiawi. “Saya berharap, kebijakan pemerintah untuk memberikan subsidi pupuk organik juga perlu dikaji sehingga tidak menghambat kreativitas petani untuk membuat pupuk organik," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Jember, Hari Wijayadi menuturkan, penggunaan pupuk organik di Kabupaten Jember semakin meningkat, karena banyak petani yang membuat dan menggunakan pupuk organik untuk areal pertaniannya. Para petani sudah pandai dan paham tentang manfaat pupuk organik untuk lahan pertanian, kata Hari.
Setiap kelompok tani melakukan sosialisasi yang gencar terhadap pentingnya penggunaan pupuk organik sehingga ketergantungan petani terhadap pupuk urea berkurang. Hingga kini, kelompok tani sudah membuat pupuk organik sendiri, baik dari kotoran hewan atau lainnya, sehingga dipastikan tahun ini tidak akan ada kelangkaan pupuk di Kabupaten Jember. Para petani diharapkan tetap inovatif untuk menggunakan pupuk organik agar hasil panennya meningkat.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Cirebon Miliki 348 Titik Percontohan Pupuk Organik

thumbnail
Pemerintah Kabupaten Cirebon kini berupaya menjaga kelestarian kesuburan tanah sawah dengan memperkenalkan pupuk organik kepada petani di daerah itu. "Kami sedang melakukan percontohan pada 348 titik di 40 kecamatan tentang pentingnya menggunakan pupuk organik," kata Kabid Pertanian Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ade Hasan kepada wartawan di Sumber, Kamis (21/5).
Dengan menggunakan pupuk organik akan mengembalikan dan melestarikan kesuburan tanah.Pupuk organik itu yang terdiri dari jerami dan pupuk kadang.
Mengingat kebutuhan akan pupuk organik cukup besar, yakni satu hingga dua ton per hektare, maka dalam jangka panjang diharapkan pupuk tersebut diproduksi sendiri oleh petani. Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas tetap diperlukan pupuk an organik atau pupuk buatan, yang biasanya dibutuhkan lima kuintal per hektar. "Jadi kita ingin lahan sawah petani selain lestari juga produktivitasnya tinggi. Karena itu, pemakaian pupuk organik harus diimbangi dengan pupuk an organik," katanya.
Sifat pupuk an organik dapat mengurangi kesuburan tanah, tetapi dibutuhkan oleh tanaman padi. Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah juga dianjurkan para petani menggunakan varitas padi hibrida.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Pupuk Organik Caik Tembus Pasar Cina

thumbnail
Pupuk organik cair produk lokal asal Surabaya mampu menembus pasar Cina, permintaan dari pasar itu kini mengalami peningkatan signifikan. "Meski beberapa komoditas produksi Indonesia, seperti tekstil dan sepatu hingga batik mengalami gempuran dari produk China yang berharga lebih murah, ternyata masih banyak celah bagi produk lokal menembus pasar dunia dan domestik," kata Wali Kota Surabaya, Bambang DH, di Seminar Inspirasi Wirausaha Taklukkan Krisis, Gali Potensi Lokal di Surabaya, belum lama ini.
Permintaan pupuk organik cair dari perusahaan pemasaran yang berkantor pusat di Guangzhou Cina tahun ini mencapai 60 kontainer per bulan. ’’Namun, saat memulai memasarkan di pasar Cina perusahaan yang berlokasi di Jalan Rungkut Industri hanya mengirimkan satu kontainer per bulan," ujarnya.
Dengan berhasilnya produk lokal itu menembus Cina, berarti kualitas produk pupuk cair buatan Surabaya sudah berhasil diakui oleh pasar di sana. Hal ini memberikan multiplier effect bagi ekonomi Surabaya. Selain pupuk cair, ungkap dia, banyak produk dari Surabaya yang mampu menembus pasar luar negeri, seperti kasur karet produksi Karangpilang yang diserap pasar AS. "Jangan dikira kasur karet itu untuk tidur saja. Di negara super power itu, ternyata produk itu untuk tidur sapi perah," katanya.
Akibat sapi perah di Amerika itu tidur di atas kasur karet, kini produktivitas susu yang dihasilkan mengalami peningkatan. Contohnya, produk lain yang juga bisa menembus pasar lokal dan asing seperti Conveyor Belt karya industri di Karangpilang.
"Dulu, produk itu selalu dipasok dari perusahaan Jepang. Kini, mampu dipasok oleh produk asal Surabaya, karena harganya lebih murah dan kuat. Ketika saya tanya rahasianya, ternyata di dalamnya diisi kasa," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Mobil Jerman

thumbnail
Tanya : Suami saya sudah berumur 58 tahun. Barangnya masih kenceng. Sayangnya dia suka lirik-lirik cewek lain. Saya jadi cemburu. Waktu muda dia memang play boy. Setelah tua juga penyakitnya sering kumat-kumatan. Kalau lagi punya duit matanya liar. Kalau lagi bokek matanya kendor, walau burungnya tetap kenceng. Mohon saran.
Dari: Susi, Surabaya.

Jawab: Suami anda mungkin termasuk lelaki yang suka camilan, ingin ngemil melulu, walaupun sudah tersedia menu utama. Jika ada duit lebih, pikirannya melayang ingin ngemil, maka obatnya jangan dikasih pegang duit lebih. Kredit card dan ATM diblokir saja biar aman. Jika duitnya direm, maka matanya akan fokus mencintai anda, tidak bisa jelalatan lagi. Mungkin suami anda termasuk turunan mobil Jerman. Walau tua mobilnya, gasnya tetap greng asal ada bensin, maklum boros BBM. Jika BBM dijatah, maka jalannya cukup pelan-pelan saja, tidak sradak-sruduk.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Kesabaran

thumbnail
Oleh: Pak Oles
Andrew Carnegie mengatakan bahwa, manusia yang memiliki kesabaran yang kukuh memungkinkannya untuk memantapkan segala sesuatu. Kesabaran adalah modal yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan sesuatu. Sering kita melupakan hal ini, bahwa di dalam diri kita sendiri sudah memiliki modal yang terpendam, yaitu kesabaran. Karena kita sering melupakan kesabaran, maka kita sering kehilangan kesabaran. Bagi mereka yang kurang sabar, mudah marah atau suka terburu-buru sering menyesal dengan peringai yang dimilikinya, akan tetapi mereka selalu melupakan akibat ketidak-sabarannya pada kesempatan lain dan selalu mengulang kesalahannya dengan mudah marah dan terburu-buru. Apa yang didapat dari sifat tidak sabar tersebut? Mereka tidak mampu mewujudkan niatnya, tidak mampu mewujudkan cita-citanya, tidak berhasil mewujudkan sesuatu. Perkawinan yang gagal, bisnis yang hancur, perkelahian, putusnya persahabatan, semuanya itu terjadi karena kurangnya kesabaran.
Kesabaran itu adalah kekuatan. Barang siapa yang memiliki kesabaran, maka ia akan bisa meraih sesuatu. Sabar itu adalah kunci keberhasilan, karena di dalam kesabaran ada kekuatan untuk bertahan, bekerja keras, tekun belajar, berjuang, maju melompati berbagai rintangan untuk berprestasi. Mereka yang berhasil adalah orang-orang yang memiliki kesabaran dalam menghadapi cobaan.
Kesabaran itu dibagi menjadi dua macam, yaitu kesabaran dalam menghadapi masalah-masalah duniawi dan kesabaran dalam menghadapi masalah-masalah spiritual. Kesabaran dalam menghadapi masalah-masalah duniawi mencakup sabar dalam meninggalkan syahwat dan rela atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Kesabaran duniawi diuji apakah kita bisa mengendalikan nafsu kita saat ada banyak kesempatan yang memberikan kenikmatan duniawi. Seperti ujian untuk tidak berbuat maksiat saat kita bergelimang harta, ujian untuk tidak berbuat curang saat kita tertekan, ujian untuk tetap berjuang saat kita menderita. Kesabaran berarti kerelaan dan keikhlasan kita menerima rezeki. Orang yang rela adalah orang yang sabar. Rela dan ikhlas adalah bentuk kesabaran. Sebaliknya orang yang tidak sabar adalah orang yang bersungut-sungut, mengumpat dan mengeluh dalam menghadapi cobaan hidup. Kesabaran dalam menghadapi masalah-masalah spiritual artinya dia menikmati segala apa yang dilakukan Tuhan atas dirinya. Dia menikmati segala tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia di muka bumi ini sebagai pemberian yang harus disyukuri dan dikerjakan dengan baik, dengan segala rintangan dan deritanya untuk memberikan kesejahteraan bagi orang banyak dalam bekerja. Sabar dalam bentuk inilah yang disebut dengan kesabaran tingkat tinggi.
Munculnya masalah yang berlarut-larut yang semakin susah diselesaikan adalah karena kurangnya kesabaran. Setiap orang bersaing untuk menjadi yang terbaik, terhebat, maka haruslah melalui jalan kesabaran, bukan jalan pintas. Bagi mereka yang melalui jalan pintas akan jatuh dalam hitungan waktu. Banyak pegawai yang dipecat karena kurang sabar. Banyak perusahaan yang bangkrut karena kurang sabar. Banyak perkawinan yang hancur di tengah jalan karena kurang sabar. Kesabaran adalah kekuatan untuk mewujudkan segala sesuatu. Bukan jalan pintas.
Kesabaran itu ibarat olah raga, dia perlu dilatih. Otot yang kuat merupakan hasil dari latihan. Kesabaran yang kuat juga merupakan hasil dari latihan. Bagaimana caranya melatih kesabaran? Jangan mengikuti arus kemarahan dan ketergesa-gesaan. Jika anda marah dalam posisi berdiri, maka duduklah. Jika anda marah dalam posisi duduk, maka berbaringlah. Jika anda marah dalam posisisi berbaring, maka ngorok sajalah. Jika anda marah, segera ingat Tuhan berdoalah, atau berwudhu dan lakukan sholat. Jika anda ingin tergesa-gesa, maka perlambatlah gerakan, santai saja, bergembira, tersenyum, bersiul atau bersenandung ria. Atur nafas lebih pelan dan lebih berirama, ucapkan kata dalam hati : sabar-sabar-sabar, semoga berhasil.
Munculnya generasi instant merupakan sebuah gejala lahirnya generasi yang kurang sabar. Generasi tersebut memiliki keinginan yang serba cepat, cepat selesai, cepat lulus, cepat naik gaji, cepat naik pangkat, cepat kawin, cepat cerai, cepat berhasil, cepat gagal, cepat cari untung dan cepat juga buntung, bahkan cepat masuk bui. Generasi ini lahir karena dari kecil sudah dikejar target, dipaksa mencapai tujuan, bahwa seolah-olah tujuan itu adalah sebuah keberhasilan, jadi capailah tujuan dengan cepat, jangan buang waktu, dengan cara apapun juga. Dalam mencapai tujuan ingatlah proses. Proses itu lebih penting dari tujuan.
Dengan proses yang baik tujuan akan tercapai, makna tujuan akan dipahami. Jika proses dilalui dengan baik, jika kegagalan ditemui setelah tujuan tercapai, maka kita bisa belajar lagi dari proses. Contohnya apa? Kenapa banyak caleg dan pengusaha yang stres setelah gagal terpilih atau rugi? Karena tidak memahami proses. Kenapa banyak pengusaha atau politisi yang stres setelah berhasil, misalnya terjebak kawin siri atau selingkuh, dieksploitasi media karena cinta segitiganya, bahkan tega menjadi pembunuh? Karena tidak belajar dari proses. Mereka ingin mencapai tujuan segera dengan tidak sabar. Mungkin juga mereka tidak tahu untuk apa dan apa yang harus dikerjakan setelah tujuan tercapai. Inilah penyakit generasi instant yang harus segera diobati dengan satu kata kunci: sabar. Karena orang yang sabar adalah kekasih Tuhan. Kesabaran adalah kekuatan untuk mampu mewujudkan cita-citanya, maka kesabaran itu harus dilatih agar bisa menjadi sikap hidup, agar berhasil mencapai cita-cita.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009

Citra Jamu Lokal

thumbnail
Dr Somvir, seorang praktisi yoga asal India yang menetap di Bali senantiasa menyerukan kepada masyarakat modern agar kembali menggunakan obat-obatan herbal yang ada di alam. Apalagi leluhur bangsa Indonesia mewariskan tradisi minuman jamu yang sudah amat populer. Ia amat kagum dengan warisan obat-obatan herbal dari leluhur bangsa Indonesia.
Apalagi menurut Direktur Utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, tanaman obat di Indonesia saat ada sekitar 30.000 jenis. Hanya sekitar 1.475 jenis yang baru dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jejamuan. Selain itu, jumlah industri jamu di Indonesia masih sedikit, padahal permintaan cukup besar. Celah pasar ini memungkinkan masuknya obat-obatan herbal dari luar negeri seperti Cina, Korea, dan Arab.
Di sisi lain, beberapa tahun terakhir ini masyarakat negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional yang menggunakan bahan dari tumbuh-tumbuhan. Padahal kita ketahui sebelumnya mereka amat fanatik menggunakan obat bahan sintetik. Inilah trend "gelombang hijau baru" (new green wave) yang amat menguntungkan pengembangan industri jamu di tanah air. Kesadaran masyarakat dunia mulai meningkat bahwa pemanfaatan bahan yang bersifat alami lebih aman dari bahan yang mengandung zat kimia.
Sayang kesadaran itu mulai terkontaminasi dengan praktek produksi jamu illegal yang marak di Indonesia. Belakangan ini publik mulai membatasi kebiasaan mengonsumsi jamu tradisional. Alasannya sangat sederhana. Bukan karena mereka tidak tahu khasiat alami jamu tradisional. Tapi lebih karena rasa takut jikalau jamu yang dikonsumsi adalah jamu oplosan yang mengandung obat-obatan kimia berbahaya.
Bahaya jamu oplosan memang telah menyurutkan minat masyarakat untuk membangun gaya hidup sehat berbasis herbal. Tapi industri jamu tak bisa dibiarkan mati suri, terutama industri jamu rumahan. Karena itu, peran pemerintah bisa ditunjukkan dengan kampanye dan iklan layanan masyarakat berupa seruan agar masyarakat Indonesia lebih mencintai jamu dalam negeri. Tentu saja upaya memperbaiki citra jamu lokal ini perlu didukung dengan ijin farmasi yang telah menjalani uji laboratorium.
Perhatian pemerintah, menurut Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Jamu Charles Saerang, dalam hal penelitian dan pengembangan industri jamu nasional perlu direvisi. Peran penelitian Departemen Kesehatan dan Departemen Perindustrian kerap tumpang tindih. Karena penelitiannya tumpang tindih, hasilnya juga tidak seperti yang diharapkan. Saat ini sebanyak 30 ribu spesies tanaman potensial di Indonesia yang belum diteliti. Sebanyak 300 spesies sudah dinyatakan sebagai tanaman obat yang memiliki benefit dan baru 100 spesies yang sudah diolah menjadi jamu. Sedangkan lima spesies tanaman obat yang jadi unggulan dan perlu diperhatikan pemerintah dalam pengembangan risetnya adalah jahe, temu lawak, pegagan, sambiloto dan kencur.
Penelitian dan dukungan terpadu dari pemerintah tentunya bakal menghapus kesan bahwa industri jamu berjalan sendirian. Mengingat di bidang ini ada 3 juta tenaga kerja yang terserap. Kalau pengusaha jamu dan pemerintah mendukung penuh pengembangan jamu lokal bukan tidak mungkin tenaga kerja yang terserap bisa mencapai kisaran belasan juta. Semoga.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009