Home » » Produk Kerajinan Dongkrak Ekonomi Keluarga

Produk Kerajinan Dongkrak Ekonomi Keluarga

Pembuatan dan penjualan aneka produk kerajinan bisa menjadi alternatif untuk menggairahkan kembali ekonomi di tingkat keluarga. "Kami telah membuat gantungan kunci dan barang oleh-oleh lain sejak tiga tahun lalu. Yang mengerjakan itu anak-anak dan istri di rumah dan rancangan mencontoh dari yang sudah ada. Hasilnya lumayan, bisa menutup biaya listrik dan gas," kata Ketut Sumerta, warga Desa Kapal, Kabupaten Tabanan, Bali.
Sumerta bersama dengan tiga anak dan istrinya secara bergantian membuat aneka gantungan kunci dari kayu-kayu bekas peti kemas. Kayu-kayu itu dipotong kecil-kecil memakai gergaji tripleks, dihaluskan, dicat, dan diberi gantungan dari rantai kecil.
Satu gantungan kunci, katanya, dijual ke pengumpul seharga Rp 750 dan mereka bisa membuat sekitar 30 gantungan kunci sehari. "Kalau dihitung-hitung, modal satu gantungan kunci ini cuma Rp 300, tapi kami menjual dalam partai. Kami tidak mau dikontrak karena khawatir tidak bisa memenuhi kontrak itu," katanya.
Di Bali, sebetulnya banyak keluarga yang menjalankan bisnis rumahan dengan cara seperti itu di sela waktu luang. Sumerta sebagai misal, ketiga anaknya telah menginjak sekolah menengah sehingga waktu luangnya bisa dialihkan mengerjakan gantungan kunci itu.
Selain ditampung oleh para pengumpul, produk kerajinan tangan itu juga dipajang di berbagai toko pusat oleh-oleh di Bali. Toko Erlangga, Krisna, dan beberapa yang lain menjadi tempat-tempat besar kegemaran para turis yang ingin mendapat oleh-oleh murah tanpa harus tarik urat leher untuk menawar barang.
Jika turis ingin menikmati seni tawar-menawar, maka Pasar Sukawati, di Kabupaten Gianyar, menjadi pilihan utama. Kelengkapan barang oleh-oleh bisa lebih beraneka ketimbang di pusat-pusat oleh-oleh itu.
Sebelumnya, calon anggota DPD Bali, Nyoman Masni, menyatakan, ekonomi keluarga banyak terbantu dengan aktivitas seperti itu. "Saya punya konstituen ibu-ibu yang bersatu dalam satu paguyuban ekonomi mikro seperti itu. Modal yang dperlukan tidak perlu banyak, yang penting produknya bisa cepat dipasarkan," katanya dilansir ANTARA.
Dia memberi contoh, setiap hari masyarakat di Bali memerlukan "banten", "caru", dan sesajen lain yang bisa disiapkan oleh warga. "Mereka membuat itu semua dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumah dan menjualnya. Ini pasti laku dan bisa dikembangkan," katanya.
Tentang hal ini, Bank Indonesia di Denpasar mengeluarkan data, besaran, dan nilai ekspor produk non migas dari Bali ke manca negara selama Februari 2009 mengalami sedikit peningkatan. Komoditas tekstil dan produk kerajinan, perikanan, dan perabotan rumah tangga masih menjadi andalan.
Secara keseluruhan, volume ekspor itu mencapai nilai 41,783 ribu dolar AS, dibandingkan hanya 40,346 ribu dolar AS pada Desember 2008.
Data menyebutkan, nilai transaksi pada Februari 2009 ini sedikit lebih baik ketimbang pada Januari 2009 yang cuma bertengger di angka 41,346 ribu dolar AS.
Berdasarkan urutan komoditas penyumbang nilai transaksi itu, produk pakaian menyumbang 9,976 ribu dolar AS, pangan ikan laut dan turunannya sebanyak 7,288 ribu dolar AS, produk industri lain 7,176 ribu dolar AS, produk kayu dan kerajinan kayu sebanyak 5,400 ribu dolar AS, dan perabotan sebanyak 3,291 ribu dolar AS.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Produk Kerajinan Dongkrak Ekonomi Keluarga

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar