Home » , » Menanti Obat Kanker Syaraf

Menanti Obat Kanker Syaraf

Oleh: Nanang Mairiadi
Penyakit mematikan kanker "neuroblastoma" (kanker syaraf) telah menyerang anak-anak di dunia namun sampai sekarang belum ada obatnya ,sehingga yang menjadi pertanyaan adalah apakah obatnya bisa ditemukan dua tahun lagi.
Jawaban itu tergantung hasil penelitian tim riset kesehatan Universitas Chiba Jepang yang bekerja sama dengan International Business Machines (IBM) yang meluncurkan proyek bantuan kemanusiaan khusus kanker anak.
Pada 17 Maret 2009, IBM meluncurkan proyek bantuan penanggulangan kanker anak bernama "World Community Grid (WCG) Help Fight Childhood Cancer", kata Manejer Pemasaran IBM di Indonesia, Hartini Haris.
Kegiatan riset yang dilakukan saat ini bertujuan untuk memberikan harapan kepada anak-anak yang dinyatakan menderita kanker neuroblastoma dengan menemukan obat atau cara mengobatan terhadap kanker syaraf tersebut.
WCG adalah program yang menyediakan sebuah infrastruktur yang memungkinkan orang diseluruh dunia untuk menyumbangkan waktu melalui komputer mereka yang dapat membantu proyek kemanusiaan tersebut.
Infrastruktur yang dibuat adalah perangkat progam komputer tentang kanker neuroblostoma dan hasil yang diharapkan adalah sebuah kekuatan besar yang melalui program itu.
Di Indonesia, IBM telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Ongkologi Anak Indonesia (YOAI) yang diketuai Rahmi Adi Taher dan RS Kanker Dharmais serta Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais.
Saat ini, program WCG yang sedang digencarkan di dunia juga disosialisasikan di Indonesia yang bertujuan untuk memerangi penyakit ganas tersebut.
Penelitian ini dapat memakan waktu selama 200 tahun jika hanya menggunakan kekuatan sebuah komputer.
Akan tetapi dengan gencarnya penelitian terhadap program WCG maka diharapkan riset tentang neuroblastoma dapat diselesaikan kurang dari dua tahun.
"Saat ini WCG melakukan tujuh riset tentang kesehatan dan diantaranya neuroblostoma guna kepentingan manusia," kata Hatini.
Relawan
IBM, YOAI dan RS Kanker Dharmais sedang mencari relawan untuk mengajak khalayak banyak berpartisipasi aktif melawan kanker neuroblastoma melalui program komputerisasi WCG.
Program pararel koleksi kemanusiaan publik terbesar saat ini dilakukan dengan memanfaatkan power komputer yang sedang tidak terpakai. Sampai saat ini di dunia sudah ada 430 ribu anggota lebih dari hampir seluruh negara dengan koneksi ke lebih dari 1,2 juta komputer.
"Jumlah penderita kanker di dunia meningkat tajam dari waktu ke waktu dan kanker adalah penyakit kedua yang mematikan setelah jantung," kata Ketua YOAI Rahmi Adi Putra pada acara peluncuran program tersebut minggu lalu.
Pakar kesehatan di dunia memperkirakan jumlah penderita kanker di Asia pada 2020 akan meningkat hingga 60 persen dan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terbaru menunjukkan bahwa akan terdapat 27 juta penyakit kanker baru pada 2030.
Korban kanker neuroblosgtoma yang ditangani YOAI selama dua tahun terakhir tercatat 30 orang yang 22 orang di antaranya meninggal dunia karena sudah stadium tinggi, sedangkan delapan anak-anak yang berusia 0 - 8 tahun masih bertahan hidup dengan mendapatkan perawatan intensif di RS Kanker Dharmais Jakarta.
Melalui program yang baru diluncurkan IBM, diharapkan sebagian besar dokter dapat mengetahui penyebab neuroblastoma yang sudah ada dalam sel tubuh yang secara tidak sengaja selama perkembangan "sympathetic ganglia" dan kelenjar adrenal.
Proyek ini menggunakan daya komputasi yang terpakai di komputer para relawan untuk mengindentifikasi tiga juta kandidat pengobatan yang berpotensi menghambat pertumbuhan protein yang menyebabkan kanker.
Program ini dapat membantu membangun sistem kesehatan yang lebih baik dengan menghantarkan pengobatan yang lebih cepat sehingga setiap orang dapat menargetkan terapi pengobatan mereka sendiri.
Kerja sama IBM di Indonesia dengan YOAI merupakan salah satu langkah berarti bagi dunia kesehatan di tanah air khususnya bagi perkembangan pengobatan kanker neuroblastoma.
Melalui kerja sama program kemanusiaan ini akan memperpanjang harapan hidup anak-anak penderita neuroblostoma terutama di Indonesia dan untuk kerja keras tersebut harus ada relawan yang cukup.
YOAI, RS Kanker Darmais dan IMB telah sepakat bekerja sama menciptakan industri kesehatan yang mengajak masyarakat untuk melawan aktif kanker neuroblatoma dengan menjadi relawan pada program pemanfaatan power komputerisasi yang sedang tidak dipakai untuk disebarluaskan.
Penderita di Indonesia
Sebanyak 70 persen anak-anak di Indonesia yang menderita penyakit kanker neuroblastoma (kanker syaraf) meninggal dunia, karena penyakit ini sudah ditemukan sejak manusia dalam bentuk embrio hingga dalam kandungan dan belum ada obatnya.
Sampai saat ini sulit mendeteksi apakah seorang bayi yang baru lahir terbebas dari penyakit mematikan itu karena dari 30 korban anak penderita kanker neuroblastoma yang dirawat di RS Kanker Dharmais hanya delapan orang atau masih bertahan hidup, kata Rahmi.
Kedelapan anak yang rata-rata berusia dibawah delapan tahun itu masih bertahan dan kini masih mendapatkan perawatan intensif di RS Kanker Dharmais.
Neuroblastoma berada pada peringkat empat sebagai penyakit kanker ganas mematikan dari empat jenis kanker yakni leukimia, tumor otak dan retinabalstoma.
Namun neuroblastoma penderitanya adalah anak-anak, kata dokter spesialis Edi S Tehuteru yang sedang menanggani pederita neuroblastoma di RS Kanker Darmais.
RS Kanker Dharmais bersama YOAI pada 5 Mei 2009, telah melakukan diagnosis terhadap seorang anak perempuan berusia tiga bulan dengan menyuntikkan yodium 131 (zat radinuklir) untuk mendeteksi apakah bayi itu menderita kanker neuroblastoma atau tidak.
Anggota tim dokter RS Kanker Dharmais Edi S Tehuberu SpA MHA masih harus menunggu hasil diagnosisnya guna memastikan apakah anak itu menderita penyakit mematikan itu atau tidak yang hingga kini belum ditemukan obatnya untuk bisa menyembuhkan secara total dari serangan penyakit itu.
Berbahaya dan seriusnya penyakit tersebut membuat keluarga korban harus menyiapkan dana besar untuk berobat yakni sekitar Rp13 juta per hari untuk menyembuhkan anak yang terserang neuroblatoma dengan kurun waktu 18 bulan.
Yayasan Ongkologi Anak Indonesia (YOAI) memberikan kesempatan berobat gratis kepada anak-anak penderita kanker nueroblostoma (kanker syaraf) yang berasal dari keluarga miskin.
YOAI bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais sudah melakukan program berobat gratis bagi anak korban neuroblostoma yang mendapatkan perawatan di rumah sakit kanker tersebut, kata Rahmi Adi Putra Tahir.
Syarat bagi korban kanker ganas tersebut untuk mendapatkan berobat gratis di RS Kanker Dharmais Jakarta adalah benar-benar dari keluarga miskin, ditandai dengan surat miskin dari kelurahan atau dokter yang memeriksanya atau memiliki kartu keluarga miskin.Besarnya biaya berobat kanker neuroblostoma yang mencapai Rp13 juta per hari dengan lamanya waktu 18 bulan, membuat yayasan kanker anak ini juga kesulitan mencari donatur untuk membantu anak yang menderita sakit.
Selain membantu pengobatan gratis kepada korban kanker tersebut, yayasan ini juga memberikan bantuan bimbingan secara psikologis kepada orang tua yang anaknya menderita penyakit mematikan tersebut.
Kemudian YOAI juga secara rutin melakukan diskusi atau berbagi pendapat dengan para orang tua korban untuk memberikan mereka semangat menghadapi musibah yang menimpanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Menanti Obat Kanker Syaraf

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar