Home » » Berburu Rupiah Dari Usaha Tanaman Hias

Berburu Rupiah Dari Usaha Tanaman Hias

Oleh: Oktaveri
"Saya tidak tamat sekolah dasar (SD). Tapi Alhamdulillah, dari usaha tanaman hias ini bisa menghidupi keluarga," tutur Karna (48), salah seorang penjual tanaman hias, di kawasan Cempaka Putih, Jakarta.
Pria asal Cirebon Jawa Barat itu mengaku mulai seriud menekuni usaha tanaman hias sejak tahun 1983. "Pada tahun 1980 saya hanya ikut-ikutan majikan yang orang Betawi. Namun tiga tahun kemudian, bisa membangun usaha tanaman hias sendiri," kata bapak satu anak itu.
Dia mengatakan modal awal merintis usaha tanaman hias sebesar Rp 1,5 juta, yang didapat dari tabungan sebagai pekerja di usaha tanaman hias. Kini di lahan seluas 6 X 12 meter di tepi Jalan Letjen Suprapto, Jakarta, Karna memiliki aset sekitar Rp10 juta.
Di lahan yang dipinjam dari Pemda DKI Jakarta tersebut, terdapat sekitar 200-an jenis tanaman hias, dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 800 ribu. Di sana ada bunga deliveries, athurium, pirlo, kaktus, dan berbagai jenis bunga lainnya.
Karna mengaku usaha tanaman hias sangat menjanjikan bagi mereka yang menekuni. Rata-rata satu bulan dia mengaku bisa berpenghasilan Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. "Saya sebetulnya agak menyesal karena tidak bisa mengumpulkan uang untuk membeli rumah karena pada masa lalu hidup boros," kata lelaki yang kulitnya mulai keriput itu.
Dulu katanya, usaha tanaman hias ini cukup gemilang. Ini membuat Karna lupa daratan. “Pepatah bilang hemat pangkal kaya," katanya, mengenang kekeliruan masa lalu.
Lelaki bertubuh tinggi itu bertekad akan terus mengembangkan usaha tanaman hias miliknya sampai tua. "Saya tidak berniat beralih ke usaha lain karena dari usaha ini sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup," akunya.
Karna mengaku pelanggan tanaman hiasnya juga dari kalangan pejabat dan artis. "Pernah yang membeli di sini artis Uci Bing Slamet," katanya.
Beli rumah
Berbeda dengan Karna, penjual tanaman hias lainnya, Sadiyo (32), mengaku mampu membeli mobil dan rumah dari usaha tanaman hias. "Saya membangun sebuah rumah di Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara," kata pria yang mengaku tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu.
Sadiyo yang asal Solo, Jawa Tengah itu mengatakan telah berbisnis tanaman hias, dan pembuatan taman sejak 1998. "Pada mulanya saya bekerja dengan paman pada 1993-1998. Mulai 1998 saya berdiri sendiri," kata lelaki yang mengaku berasal dari keluarga tidak mampu itu.
Dia menuturkan rata-rata satu bulan omzet tanaman hiasnya bisa mencapai Rp 2,5 juta. Namun kalau ada proyek pembuatan taman hias, dia bisa mendapatkan Rp 10 juta per proyek. "Kadang-kadang dalam sebulan bisa dapat dua proyek pembuatan taman. Bahkan saya pernah dapat proyek taman di kantor Badan Pembekalan TNI yang nilainya Rp 70 juta," katanya.
Proyek taman yang pernah dikerjakan Sadiyo adalah Kawasan Periket Nusantara Jakarta, Universitas Indonesia (UI) Salemba, Gerakan Pramuka, Gambir, Markas Armada Barat, dan Lantamal. Dia mengaku rata-rata dalam sebulan mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta untuk menggaji pekerja, membeli pupuk, dan lain-lain.
Sadiyo mengatakan tanaman hias yang diminati pembeli adalah jenis kamboja jepang (adenium) yang dijual antara Rp15 ribu hingga Rp50 ribu per batang. Tanaman lainnya adalah Anthurium jenis gelombang cinta ukuran besar seharga Rp5 juta per tanaman. "Pada umumnya pembeli datang dari Kelapa Gading, dan Bekasi," kata bapak satu anak ini.
Suami dari Dewi ini mengatakan saat ini banyak melayani permintaan konsumen dari kalangan perkantoran. Sementara konsumen pribadi sudah mulai berkurang. "Mungkin karena pengaruh krisis moneter yang menyebabkan masyarakat menahan membeli kebutuhan lain di luar kebutuhan pokok," katanya.
Dia mengatakan masyarakat perlu diberi pemahaman tentang pentingnya tanaman hias di lingkungan mereka. Menurut Sadiyo, tanaman hias berfungsi untuk penghijauan, menyebabkan lingkungan segar, dan membuat penghuni rumah jadi nyaman.
Dia mengatakan bisnis tanaman hias sangat menjanjikan bila ditekuni secara serius. “Namun kadang-kadang yang jadi masalah adalah keberanian memulai usaha, apalagi di saat pembeli sedang turun. Selain itu terkait dengan modal usaha,"katanya.
Sadiyo mengatakan saat ini membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan usaha. "Saya ingin menambah koleksi tanaman dari jenis bonsai antik. Selain itu, saya juga ingin membeli satu unit mobil `pick up` untuk keperluan pengangkutan tanaman hias kepada konsumen," ujarnya.
Dia mengaku bersyukur selama ini sudah mendapatkan pinjaman laham dari Pemda DKI Jakarta. "Lahan ini gratis, dan Pemda DKi juga menegaskan tidak boleh ada pungutan. Pemda menganggap keberadaan tanaman hias di sini membuat lingkungan menjadi lebih indah," katanya.
Namun demikian, Sadiyo tetap berharap mendapat pinjaman modal dari Pemda. Sementara penjual tanaman hias lainnya, Titik (38), mengatakan berpenghasilan rata-rata satu bulan Rp 3 juta. "Setahun lalu pendapatan saya antara Rp 5 juta hingga Rp 8 juta. Sekarang memang agak menurun," katanya.
Titik mengatakan dari usaha tanaman hias, dia bisa membangun rumah sendiri di kampungnya, Sukabumi, Jawa Barat. "Alhamdulilah rumah saya di atas tanah seluas 100 m2 sudah rampung," katanya, bersyukur.
Dia juga mengaku gembira, suaminya Udin (40), kini bekerja menangani taman Grand Cempaka. "Suami saya kerja dikontrak selama delapan bulan," katanya.
Titik kini mengelola usaha tanaman hias bersama adik laki-lakinya. "Usaha ini dirintis suami saya sejak 1982," katanya.
Titik mengatakan modal awal usaha ini sebesar Rp 10 juta. Kini asetnya berkembang menjadi lebih kurang Rp 20 juta. Dari usaha ini, katanya, dapur keluarganya berasap, dan tiga anak-anaknya bisa sekolah.
Titik menjual sekitar 250 jenis tanaman hias dengan harga bervariasi mulai dari lilik paris seharga Rp 1.000 hingga bonsai yang berharga Rp 1,5 juta. Hanya saja, sama seperti Sadiyo, Lilik juga membutuhkan tambahan modal. "Saya sangat memerlukan pinjaman modal untuk membeli bibit, dan mengembangkan usaha," katanya.
Banyak pelaku usaha kecil seperti Sadiyo dan Lilik. Mereka membutuhkan modal. Selama ini mereka tidak bisa meminjam ke bank karena tidak bisa melengkapi persyaratan yang dibutuhkan bank seperti sertifikat, Izin Mendirikan Bangunan, atau Surat Izin Tempat Usaha, dan lain sebagainya. "Saya tidak punya persyaratan yang diminta bank. Kalau sudah begitu bagaimana bisa mendapat pinjaman," aku Lilik.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Berburu Rupiah Dari Usaha Tanaman Hias

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar