Home » » Berbahasa Jawa Mulai Dari Lingkup Keluarga

Berbahasa Jawa Mulai Dari Lingkup Keluarga

Bahasa Jawa hendaknya mulai diperkenalkan kepada anak dari lingkungan keluarga, kemudian di lingkungan masyarakat maupun sekolah, sehingga anak akhirnya mampu berbahasa Jawa secara benar dan baik. "Memang umumnya lingkungan keluarga pasif terhadap penggunaan Bahasa Jawa, terutama keluarga yang orangtuanya tidak menguasai bahasa ini secara luas, sehingga kemampuan anak dalam berbahasa Jawa juga terbatas," kata staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) RS Subalidinata di Yogyakarta, Sabtu (23/5).
Ia mengatakan apabila di lingkungan masyarakat banyak kegiatan yang orientasinya ke budaya Jawa, ini akan menunjang upaya pembelajaran dan penguasaan berbahasa Jawa.
Menurut dia, masing-masing lingkungan, baik keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah, memiliki sistem dan tujuan sendiri-sendiri dalam mengenalkan Bahasa Jawa kepada anak.
Misalnya di lingkungan keluarga, pengenalan terhadap Bahasa Jawa dimaksudkan agar anak mengenal dan bisa berbahasa Jawa dengan baik.
"Atau lebih jauh lagi agar anak mengenal budaya Jawa secara luas, sehingga anak bisa mengenal budi pekerti yang sifatnya `njawani`," katanya.
Sedangkan di lingkungan sekolah, tujuan mempelajari Bahasa Jawa agar anak didik mengenal, mengerti dan menguasai penggunaaan bahasa ini.
Selain itu, diharapkan pula siswa bisa memperoleh dan memahami ilmu pengetahuan yang terkandung dalan bahasa dan budaya Jawa.
"Untuk itu, rencana pengajaran Bahasa Jawa di sekolah perlu disiapkan kurikulum dan silabusnya sesuai dengan tujuannya," katanya.
Menurut dia, pelajaran Bahasa Jawa hendaknya diberikan sejak tingkat SD hingga SMA.
Kemudian di lingkungan masyarakat, menurut Subalidinata yang menulis buku pelajaran Bahasa Jawa ini, pembelajarannya bisa dilakukan melalui organisasi atau perkumpulan maupun lembaga yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai sarana pembentukan perkumpulan atau organisasi itu.
"Misalnya perkumpulan yang mengelola pertunjukan kesenian tradisional seperti ketoprak, ludruk, wayang, sanggar budaya, maupun sandiwara yang menggunakan Bahasa Jawa," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Yogyakarta Tirto Suwondo mengatakan pihaknya sampai sekarang masih meneliti keberadaan bahasa dan sastra Jawa yang ada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebagai upaya melestarikan bahasa dan sastra Jawa.
Upaya tersebut merupakan bagian dari tugas balai bahasa ini, yang antara lain melakukan pengkajian, pengembangan serta pembinaan bahasa daerah, disamping bahasa dan sastra Indonesia. "Meskipun Bahasa Jawa masih digunakan oleh masyarakat di DIY dan sekitarnya sebagai bahasa percakapan sehari-hari, namun kami masih perlu melakukan penelitian mengenai keberadaan bahasa daerah ini," katanya.
Ia mengatakan Balai Bahasa Yogyakarta sejak lama sudah melakukan penelitian dalam upaya melestarikan bahasa dan sastra Jawa di wilayah DIY dan sekitarnya.
Berbagai aspek bahasa Jawa termasuk pengajarannya yang telah diteliti meliputi morfologi, sintaksis, sosiolinguistik, semantik, dan wacana.
Sementara itu, berbagai aspek sastra Jawa termasuk pengajarannya yang telah diteliti mencakup periodisasi (sejarah) sastra, jenis-jenis (genre) sastra (guritan, cerkak, cerbung, novel dan drama), sistem pengarang, sistem pembaca, sistem kritik, dan lainnya.
"Sebagian besar hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dan disebarluaskan kepada masyarakat, dan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan studi," katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Berbahasa Jawa Mulai Dari Lingkup Keluarga

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar