Home » » Benarkah Sekularisme Mulai Goyah

Benarkah Sekularisme Mulai Goyah

Oleh: Azhari
Meski pendapat dan pemahaman tentang sekulerisme itu berbeda-beda, namun secara umum diartikan bahwa sekuler adalah pemisahan antara agama dengan urusan dunia termasuk bidang pemerintahan.
Pada awalnya, pandangan hidup sekuler dan materialistik itu berkembang pesat di dunia barat, namun secara perlahan "menyebar" di belahan dunia meski masih ada segelintir orang yang menyatakan "selamat" dari pandangan tersebut.
Seseorang berproduktif, taat hukum, bayar pajak dan tidak kolusi dan korupsi dalam pandangan sekuler itu dimasukkan sebagai warga negara yang baik meski bagian dari hidupnya kerap dalam maksiat.
Jika dilihat dari pandangan Islam dengan gambaran seseorang yang baik dan taat itu tidak sebatas menghormati hukum produk manusia (negara) namun juga tingkat ketaatan terhadap perintah Allah SWT .
Berabad-abad lamanya paham sekuler dan materialistik dianut masyarakat yang memberi penghargaan terbesar kepada waktu dan uang, sehingga melenturnya nilai-nilai sosial dalam masyarakatnya. Namun kini, paham sekulerisme dan materialistik dari kalangan masyarakat barat dinilai mulai goyah.
Pandangan hidup sekuler dan materialistik di kalangan masyarakat barat mulai goyah, sehingga kecenderungan mereka tertarik mendalami tentang Islam. "Kecenderungan masyarakat barat mempelajari Islam dari sumber pertama itu karena nilai-nilai kehidupan materialistiknya mulai goyah," katanya pada seminar peradaban Islam di Jakarta, Rabu (20/5).
Apabila gelombang masyarakat barat masuk Islam bertambah besar, maka itu berarti mereka meragukan nilai-nilai materialistik sehingga cepat atau lambat peradaban barat akan runtuh. Karena itu, dengan mamahami peta persoalan tersebut, maka kunci utama membangun peradaban Islam saat ini adalah dengan mengembangkan superioritas.
"Itu penting agar kesempurnaan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan manusia mendapatkan orang-orang terpilih dan representatif untuk mempresentasikan di hadapan seluruh umat manusia," ujarnya.
Abdul Mannan, menyatakan seperioritas itu terletak pada kesempurnaan spritual dan intelektual seseorang yang tentunya akan memanifestasikan pada akhlak dan prilaku serta sikap hidup yang Islami.
Kunci utama dalam membangun superioritas adalah dengan mempertajam dan memperkaya intelektualitas. "Yang diperlukan dalam konteks ini adalah berinteraksi dengan Al-Quran," jelasnya menambahkan.
Oleh karenanya, ia berpendapat untuk membangun peradaban Islam berarti "mengislamkan" seluruh dunia dalam setiap aspek dan tingkatannya. Untuk itu, misi-misi Islam harus dijelaskan dengan pola logika dan kerangka berpikir Islami. "Tentu saja, itu pekerjaan besar yang membutuhkan kesabaran untuk mewujudkannya," kata Abdul Mannan.
Syariah
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Didin Hafidhuddin berpendapat, untuk membangun peradaban Islam yang ada di dunia perlu dibangun secara bersama-sama kegiatan ekonomi syariah. "Diantara pilar-pilar peradaban Islam yang harus dibangun secara bersama-sama adalah kegiatan ekonomi syariah yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, keadilan dan pro kaum dhu`afa serta berorientasi pada sektor ril," katanya.
Pasalnya, ekonomi konvensional yang selama ini dilakukan telah gagal karena tidak bisa membangun kesejahteraan dan mengatasi kemiskinan.
Hal itu, kata dia, dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh KA Ishak (2003) dari Oregon University, AS, yang menyebutkan lembaga pembangunan internasional telah gagal memerangi kemiskinan.
Dengan menggunakan sistem ekonomi berbasis bunga atau riba tidak menguntungkan bagi suatu perekonomian negara, terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia dan sistem bunga hanya mengakibatkan membesarnya kesenjangan pendapatan negara maju dan berkembang. "Sistem perekonomian dunia saat ini sudah mulai mengarah pada ekonomi syari`ah., sehingga perlu ditingkatkan lagi guna memberikan kesejahteraan bagi penduduknya," ujarnya.
Menurut dia, pembangunan ekonomi syariah juga berkorelasi positif dengan aqidah, syariah dan akhlak yang merupakan inti dari ajaran Islam, sekaligus inti dari peradaban Islam.
Pembangunan ekonomi syariah yang dilakukan bersama-sama harus dalam bentuk gerakan, antara lain, didukung oleh bidang keilmuan, institusi keuangan (Bank, asuransi dan lainnya), membangun sumber daya manusia yang handal, permodalan, net working, dan lainnya. "Hal ini perlu dilakukan agar pembangunan ekonomi syariah dapat tercapai dengan baik," ujarnya.
Perkembangan Islam di dunia saat ini tumbuh pesat yang jumlahnya mencapai sekitar 1,4 miliar jiwa. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin menilai meski jumlahnya cukup besar, namun jika umat Islam tidak siap menghadapi kemajuan peradaban maka akan mengakibatkan kejayaan Islam menurun. "Sudah cukup banyak orang Amerika, Eropa dan lainnya memeluk agama Islam. Namun, sayangnya penambahan umat Islam ini tidak dibarengi kesiapan konsep dalam kemajuan peradaban Islam itu sendiri," katanya.
Kejayaan Islam tidak seperti zaman dahulu yang memiliki sumber daya keilmuan, teknologi dan lainnya, sehingga menjadi acuan bagi orang-orang barat. Oleh karenanya, kunci utama membangun peradaban Islam masa ini melalui pengembangan superioritas dan intelektualitas umat muslim dengan tidak berpaling dari Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Benarkah Sekularisme Mulai Goyah

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar