Home » , » Bangga Dengan Obat Herbal Lokal

Bangga Dengan Obat Herbal Lokal

Oleh: Muhammad Said
Orang Indonesia seharusnya bangga dengan warisan obat herbal yang tumbuh di bumi Pertiwi. Sejak zaman dahulu berbagai macam pengobatan tradisional di berbagai daerah memanfaatkan tumbuhan.
Beberapa jenis tumbuhan sejak dulu juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyirih atau "nginang" yang hingga kini masih dilakukan perempuan di pedesaan.
Kegiatan itu memerlukan daun sirih, biji pinang, kapur, dan gambir. Kebiasan nyirih atau nginang itu menyebar di berbagai daerah di negeri ini.
Hasil penelitian ilmu kesehatan dunia Barat yang dilakukan beberapa dekade terakhir menyebutkan, sirih merupakan tanaman kaya berkhasiat jika dikonsumsi manusia.
Daun itu juga berkhasiat untu penyembuhan sakit mata, menghilangkan bau mulut dan jerawat, obat kulit gatal, menghentikan mimisan, menghilangkan batuk dan sariawan, obat luka, keputihan, sifilis, diare, dan sakit gigi.
Orang yang suka menyirih biasanya memiliki deretan gigi yang kuat hingga masa tuanya. Namun, kebiasaan itu tidak diminati kaum muda.
Data Departemen Kesehatan menunjukkan, hutan tropis Indonesia memiliki spesies tumbuhan sekitar 40.000 jenis dengan 7.000 jenis di antaranya tanaman obat dan baru 1.000 jenis yang dimanfaatkan sebagai obat.
"Dari 1.000 jenis tanaman yang telah dimanfaatkan menjadi obat, sedikitnya ada sembilan jenis tanaman unggulan," ujar praktisi pengembangan pengobatan herbal Ning Harmanto.
Kesembilan tanaman obat itu yakni mahkota dewa, sambiloto, pegagan, daun dewa, daun salam, temu mangga, temu putih, temu lawak dan tapak liman.
Mahkota dewa dikenal sebagai panglima tanaman obat karena berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti kanker, diabetes melitus, lever, jantung, gangguan ginjal, dan stroke.
Kemudian sambiloto bisa menyembuhkan demam dan masuk angin, pegagan berkhasiat untuk penyakit hepatitis, daun dewa digunakan sebagai penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan darah serta penawar racun akibat gigitan hewan berbisa.
Lalu daun salam mengobati kencing manis, darah tinggi, dan kolesterol, temu mangga digunakan untuk berbagai macam penyakit dalam salah satunya asam, temu putih berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengobati lemah syahwat.
Temu lawak digunakan untuk berbagai penyembuhan penyakit dan mengembalikan kondisi tubuh serta tapak liman digunakan sebagai obat batuk.
Selain itu masih banyak tanaman obat lain yang telah dikenal oleh masyarakat secara luas seperti mengkudu, alpukat, alang-alang, bangle, sidaguri, purwoceng, tumpuyung dan lain-lain, kata Ning.
Namun, sebagian besar hasil penelitian tanaman obat itu kurang terpublikasikan dengan baik sehingga pengobatan herbal yang dikenal murah, alami, dan tanpa efek samping menjadi pilihan kedua setelah pengobatan kimia.
Selain itu, meski masyarakat telah berbuat, tetapi pemerintah dinilai belum berpihak terhadap pengembangan pengobatan herbal yang bersumber dari kekayaan alam Indonesia.
Ning yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mahkotadewa Indonesia mencontohkan, baru-baru ini geolog Jerman Heinrich Melcher yang menekuni dunia pengobatan tradisional menemukan obat tetes mata dari biji buah keben (barringtonia asiatica) yang tumbuh di bumi Papua.
Khasiat tumbuhan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit mata tanpa operasi, seperti katarak, minus, silindris, plus dan glukoma itu, terhalang aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tidak membolehkan obat tetes, infus, dan suntik berasal dari herbal.
Alhasil penemuan di tahun 2005 itu akhirnya dikembangkan di Jerman.
Biaya yang besar dan mencapai ratusan juta rupiah lebih jika seorang pengusaha ingin meningkatkan produk jamu menjadi obat herbal berstandard juga menjadi kendala.
"Untuk mendapatkan legalitas dengan meningkatkan status obat tradisional jamu menjadi obat herbal yang berstandard dalam negeri maka biaya yang dikeluarkan cukup mahal atau ratusan juta rupiah," kata Ning.
Ahli pengobatan herbal Reno Wilopo mengatakan, obat tradisional berfungsi melemahkan racun dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita manusia sekaligus membentuk zat kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh dari unsur yang merusak organ.
Namun anehnya, kata dia, pengobatan yang dikembangkan dunia Barat justru semakin digandrungi saat ini.
Padahal pengobatan dunia Barat yang menggunakan zat kimia, menimbulkan risiko tinggi karena obat yang dikonsumsi memiliki efek samping pada organ tubuh yang lain dan biayanya tergolong mahal.
Karena itu anggota Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia Joko Suryanto berharap pemerintah mengambil kebijakan untuk mendorong penelitian dan pengembangan obat ramuan tradisional.
Kebijakan itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia dan tentunya kembali ke jati diri bangsa serta mencoba mandiri dengan pengobatan herbal yang bersumber dari kekayaan alam negeri sendiri.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Bangga Dengan Obat Herbal Lokal

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar