Home » » Banyak Membaca Cara Membebaskan Imajinasi

Banyak Membaca Cara Membebaskan Imajinasi

Terpaan modernitas membuat banyak orang tidak lagi memiliki waktu luang untuk membaca, padahal membaca merupakan salah satu cara menambah wawasan dan cara efektif membebaskan serta mengembangkan imajinasi.
"Godaan untuk jarang membaca terlalu banyak akibat cafe, komik, facebook, dan lain-lain," kata pimpinan Teater Mandiri, Putu Wijaya saat berbicara di aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Rabu (27/5).
Dikatakan dengan membaca, orang-orang mendapatkan referensi serta memperkaya ide untuk berkarya. Termasuk berkarya dalam bidang sastra.
Merujuk pada pernyataan Albert Einstein "Imagination is more important than knowledge", yaitu imajinasi lebih penting ketimbang pengetahuan.
Putu melihat generasi sekarang harusnya bersyukur dengan massalnya produksi buku dan karya sastra. Dia melihat prospek Indonesia untuk bersaing dengan negara lain dalam bidang pengetahuan dan sastra amat positif. Tahun lima puluhan susah betul baca buku. Sekarang banyak, bahkan sampai tak terkendali, ujarnya.
Di samping itu, seniman senior Putu Wijaya menyayangkan sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kemajuan dalam bidang sastra. "Mereka baru mempedulikan dan membaca sastra saat berkampanye untuk menarik perhatian khalayak," katanya.
Putu Wijaya juga menilai sastra berperan penting dalam pengembangan industri kreatif nasional dewasa ini. "Tidak satu orang dan satu bidang pun bisa lepas dari sastra," katanya.
Menurut sastrawan Putu Wijaya, sastra mengambil bagian dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak ada yang terpisah dari sastra karena sastra sebagai seluruh bentuk ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya. "Agama, sains, medis, industri kreatif, dan banyak lagi," katanya seraya mengatakan sastra memberi nilai tambah dalam industri kreatif yang memainkan emosi.
Masyarakat dapat melihat karya-karya, misalnya novel yang dijadikan film seperti "Ayat-ayat Cinta" dan "Laskar Pelangi". Sementara itu sebaliknya seperti film yang dijadikan novel seperti "Biola Tak Berdawai" yang diubah oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma.
Dalam novel itu, banyak hal yang tidak sama dengan filmnya dan banyak penambahan, kata Ketua Forum Lingkar Pena M Irfan Hidayatullah yang juga salah satu pembicara.
Pengubahan cerita dalam karya sastra yang berbeda format dizinkan asal tidak menghilangkan substansi. Industri kreatif pun tidak boleh membatasi imajinasi masyarakat. "Kita bisa lihat bagaimana bagusnya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra yang diolah oleh industri kreatif kini," ucap Irfan.
Masyarakat tidak dapat membendung sastra sebagai suatu teks transformasi. Dan, itulah yang sedang tren dalam industri kreatif, kata Irfan. Hal yang harus dicermati ialah jangan sampai peran sastra direduksi oleh industri yang hanya berorientasi laba sebesar-besarnya.
KORAN PAK OLES/EDISI 176/1-15 JUNI 2009
Thanks for reading Banyak Membaca Cara Membebaskan Imajinasi

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar