Home » » Peran Stilistika Dalam Sastra Dan Kehidupan

Peran Stilistika Dalam Sastra Dan Kehidupan

Judul: Stilistika; Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya
Penulis : Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : I Mei 2009
Tebal : xi+480 halaman
Peresensi : Eko Sulistiyo*
Karya sastra, khususnya puisi dan cerpen, merupakan karangan bebas, yakni karangan yang tidak terikat oleh syarat-syarat (teori). Pengertian bebas dipahami dalam arti bebas untuk mengekspresikan dan menumbuhkembangkan karya itu sendiri. Tetapi tidak sedikit orang yang berasumsi bahwa bebas di atas adalah bebas dalam segala hal. Untuk meluruskan kembali kekeliruan itu, maka sangat diperlukan ilmu yang membahas tentang stilistika.
Jika dipandang dari sudut etimologi, stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya. Sedangkan style sendiri adalah cara yang khas. Segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksud dapat dicapai secara maksimal. Terkait kedua istilah di atas, ada istilah lain yang sering dilupakan, meskipun dalam proses analisis sejatinya menempati peran yang tidak dapat diremehkan, yakni majas. Karena dari majas akan lahir yang namanya gaya dan rasa, yang keduanya itu akan memberikan warna dalam sastra.
Karya sastra dapat dipahami dengan dua cara, yakni karya sastra sebagai seni bahasa dan karya sastra sebagai seni. Namun yang lebih dominan adalah bagian pertama. Pasalnya, yang pertama cenderung condong pada karya seni yang di dalamnya masalah-masalah dalam bahasa belum digunakan. Karena di sana terdapat masalah yang sangat kompleks, sehingga memerlukan perhatian yang sangat serius, semisal stilistika, semiotika, teks, dan berbagai kompetensi yang berkaitan dengan hermeneutika.
Jika ditarik dalam pengertian luas, stilistika dan estetika bekerja saling meliputi, di mana stilistika mengimplikasikan keindahan. Demikian dengan keindahan yang juga selalu melibatkan berbagai sarana yang dimiliki oleh gaya bahasa. Seperti halnya persamaan bunyi dalam puisi, kombinasi warna pada lukisan, susunan nada dalam lagu dan lain sebagainya. Kesuluruhan aspek estetis, baik dalam karya seni dan sastra jelas dilakukan dengan menggunakan gaya tertentu, karena gaya dan bahasa adalah dua unsur yang saling meliputi dan juga saling melengkapi dalam rangka menampilkan makna suatu aktivitas kultural.
Oleh sebab itu, stilistika dan estetika selalu menempati kedudukan yang tinggi dalam karya sastra. Karena stilistika selalu berkaitan dengan medium utama, yaitu bahasa. Sedangkan keindahan tidak lepas dari hasil akhir kemampuan medium itu sendiri dalam menampilkan ciri khasnya. Pengarang dapat dikatakan sukses jika sensitif terhadap objek, sehingga dia mampu untuk menyajikan seluruh permasalahan yang ada dalam masyarakat sesuai dengan tujuan. Selain itu, kesensitifan pengarang terhadap eksistensi bahasa juga sangat diperlukan.
Stilistika dalam kehidupan
Ternyata peran stilistika tidak berhenti hanya sampai pada sastra.
Karena gaya bahasa tidak semata-mata merupakan kompetensi sastra,
melainkan di semua aktivitas yang menggunakan medium bahasa. Untuk
mengetahui dasar hidup sehari-hari dalam bidang sosiologi, kiranya
diperlukan teoroi yang telah dikembangkan oleh Berger dan Luckmann.
Pertama, kehidupan sehari-hari adalah kehidupan yang sudah ada, tanpa
harus diteliti lebih jauh asal-usulnya. Karena gejala-gejala di
dalamnya sudah tersusun.
Kedua, kehidupan sehari-hari merupakan kehidupan yang alami bersama
orang lain, sebab konstruksi intersubjektif. Kehidupan sehari-hari
juga bersifat pragmatis dan berjalan terus. Oleh karena itu di
dalamnya tidak ada plot, peristiwa tidak diseleksi dan juga tidak
berulang. Dan yang ketiga adalah bahwa dalam kehidupan sehari-hari
terikat dalam struktur ruang dan waktu.
Atas dasar ciri-ciri di atas, kehidupan sehari-hari dapat
diklarifikasikan kedalam dua bentuk, yakni langsung dan tidak
langsung. Bentuk pertama merupakan tatap muka dan terjadi saat ini,
yang di dalamnya berlangsung interaksi sehingga melahirkan berbagai
macam ekspresi. Sedangkan yang kedua adalah bentuk interaksi yang
dilakukan melalui sarana pikiran, perasaan, dan sikap, khususnya
bahasa. Dengan demikian, bahasa sudah dibatasi dengan secara
geografis, etnis, dan pembagian kelompok yang lain.
Dengan demikian, bahasa membangun bidang semantis, sehingga terjadi
perbedaan gender, keakraban, dan nama kelas-kelas sosial. Semisal
“Mas” untuk sebutan putra dan “Mbak” untuk putri. Disamping kehidupan
sehari-hari yang bersifat pragmatis, juga berlaku dalam kehidupan yang
lebih spesifik, seperti seni, politik, ekonomi, penelitian di
laboratorium, dan sebagainya. Tetapi yang terakhir ini dilakukan oleh
kelompok tertentu sesuai dengan profesinya.
Gaya dan kehidupan sehari-hari dengan demikian dapat dianggap memiliki
kualitas yang lebih dari pada gaya bahasa tulis. Pada dasarnya, bahasa
sehari-hari juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui
tingkat kehidupan kelompok tertentu. Karena secara tidak disadari,
masyarakat terdidik atau sebaliknya jelas menampilkan bahasa
sehari-hari yang berbeda dan juga gaya yang berbeda pula.
Kelemahamnya, bahasa itu dengan sendirinya tidak direkam secara
seluruhnya. Bahasa sehari-hari adalah bahasa yang hanya sekali
diucapkan dan didengarkan. Karena itulah bahasa sehari-hari dikatakan
sbagai bahasa yang unik.
Sekarang ini masih banyak orang berfikir bahwa gaya bahasa hanya dapat
digunakan dalam sastra. Padahal dalam kehidupanpun gaya bahasa
memegang peranan yang sangat penting. Seperti orang buta atau tuli,
yang tidak lepas dari gaya sinekdoke. Dengan demikian, presentase
kehidupan dalam bersastra sangat kecil jika disandingkan dengan
kehidupan manusia dalam keseluruhan. Lebih-lebih apabila dikaitkan
dengan sastra dalam arti formal, seperti pembicaraan mengenai sebuah
novel, puisi, drama, dan genre sastra yang lain.
*)Staf Divisi pengelola dan pemberdayaan Perpustakaan al Hikmah, Yogyakarta.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Thanks for reading Peran Stilistika Dalam Sastra Dan Kehidupan

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar