Makassar
Masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan meminta Pemkot Makassar untuk menyiapkan mesin daur ulang sampah. Permintaan itu disampaikan Koordinator Pemulung, Maryam di Makassar kepada Antara karena daur ulang sampah plastik yang merupakan bantuan Departemen Kelautan dan Perikanan sejak 2007 kurang berfungsi secara maksimal. Maryam juga meminta Pemkot Makassar untuk memberikan perhatian penuh kepada pemulung yang secara tidak langsung ikut membantu pemerintah mengelola sampah.
Mesin yang ada saat ini, sebut Maryam, nyaris sudah tidak dapat digunakan lagi akibat pasokan bahan bakar minyak (BBM) kurang lancar dan ketidakjelasan pasar. Padahal kata Maryam, kehadiran pengelolaan daur ulang sampah menolong sejumlah komunitas warga miskin, khususnya pemulung.
Sejumlah pemulung mengumpulkan dan menjual sampah kepada Maryam seharga Rp 2.500/kg dan Rp 4.500/kg untuk sampah-sampah jenis botol plastik. Sampah-sampah lalu diolah lagi, dimasukkan dalam mesin daur ulang yang berwujud sejumlah kepingan plastik kecil. Semua proses ini dilakukan setelah melalui tahapan sortir berdasarkan warna dan jenis. Dalam mesin, sampah-sampah dibersihkan dengan sabun.
Setelah didaur ulang, olahan sampah dijemur lalu siap ditimbang untuk dikirim ke industri pengguna di Jawa Timur. Dari hasil olahan ini, Maryam mengaku, pihaknya cukup mendapat keuntungan. Dengan mengeluarkan Rp 1.600/kg untuk biaya pengolahan sampah, hasil yang diperoleh dari jualan olahan sampah Rp 6.000/kg.
Selain itu, operator mesin daur ulang plastik, Abubakar merasakan manfaat dari mesin daur ulang. Kapasitas yang hanya sebagai perator mesin penggiling sampah, dia memperoleh penghasilan tetap Rp 35.000/hari. Pekerjaan ini, dinilai jauh lebih baik dibanding sebagai buruh bangunan.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan meminta Pemkot Makassar untuk menyiapkan mesin daur ulang sampah. Permintaan itu disampaikan Koordinator Pemulung, Maryam di Makassar kepada Antara karena daur ulang sampah plastik yang merupakan bantuan Departemen Kelautan dan Perikanan sejak 2007 kurang berfungsi secara maksimal. Maryam juga meminta Pemkot Makassar untuk memberikan perhatian penuh kepada pemulung yang secara tidak langsung ikut membantu pemerintah mengelola sampah.
Mesin yang ada saat ini, sebut Maryam, nyaris sudah tidak dapat digunakan lagi akibat pasokan bahan bakar minyak (BBM) kurang lancar dan ketidakjelasan pasar. Padahal kata Maryam, kehadiran pengelolaan daur ulang sampah menolong sejumlah komunitas warga miskin, khususnya pemulung.
Sejumlah pemulung mengumpulkan dan menjual sampah kepada Maryam seharga Rp 2.500/kg dan Rp 4.500/kg untuk sampah-sampah jenis botol plastik. Sampah-sampah lalu diolah lagi, dimasukkan dalam mesin daur ulang yang berwujud sejumlah kepingan plastik kecil. Semua proses ini dilakukan setelah melalui tahapan sortir berdasarkan warna dan jenis. Dalam mesin, sampah-sampah dibersihkan dengan sabun.
Setelah didaur ulang, olahan sampah dijemur lalu siap ditimbang untuk dikirim ke industri pengguna di Jawa Timur. Dari hasil olahan ini, Maryam mengaku, pihaknya cukup mendapat keuntungan. Dengan mengeluarkan Rp 1.600/kg untuk biaya pengolahan sampah, hasil yang diperoleh dari jualan olahan sampah Rp 6.000/kg.
Selain itu, operator mesin daur ulang plastik, Abubakar merasakan manfaat dari mesin daur ulang. Kapasitas yang hanya sebagai perator mesin penggiling sampah, dia memperoleh penghasilan tetap Rp 35.000/hari. Pekerjaan ini, dinilai jauh lebih baik dibanding sebagai buruh bangunan.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar