Armada ferry untuk penyeberangan Jawa-Bali (Ketapang- Gilimanuk) masih didominasi kapal-kapal tua berusia di atas 20 tahun. Kendati demikian, kapal-kapal tersebut masih dinyatakan laik berlayar, karena adanya perawatan rutin.
Berdasarkan data yang diperoleh ANTARA di Kantor Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, terdapat sedikitnya lima unit kapal ferry berusia di atas 40 tahun, tiga unit berusia di atas 30 tahun, empat unit berusia di atas 20 tahun, dan tujuh unit kapal ferry di atas 10 tahun.
Sedang kapal ferry yang usianya masih di bawah 10 tahun tercatat lima unit, yaitu LCT Putri Sri Tanjung Merah (tahun 2001), LCT Putri Sri Tanjung Biru (2002), LCT Labitra Risa (2007), KMP Labitra Adinda (2005) dan LCT Jambo V (2000).
Selain itu tujuh dari 24 unit ferry yang beroperasi di selat Bali yang menghubungkan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi-Gilimanuk, Jembrana berbobot mati di bawah 500 Gross Ton (GT).
Menurut Didik Budi Astono, petugas Kelaik Lautan Kapal Kantor Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi meski telah berusia tua, namun kapal-kapal itu masih laik berlayar.
Selain adanya penggantian suku cadang baru, ferry itu juga mendapat perawatan rutin berstandar internasional.
"Jadi, meski tahun pembuatannya tua, namun kapal-kapal itu masih laik berlayar, karena badan serta suku cadang kapal sudah banyak diganti dengan yang baru," ujarnya.
Dijelaskan, karena termasuk lintas penyeberangan pendek upaya perawatan rutin antara Kapal Motor Penumpang (KMP) dengan Landing Craft Tank (LCT) yang khusus mengangkut kendaraan disamakan. "Sebelumnya hanya kapal penumpang yang harus dirawat atau didock setiap tahun. Sudah tiga tahun ini kapal jenis LCT juga harus didock setiap tahun," papar Didik Budi Astono.
Sejak tidak adanya pembatasan usia kapal, pemerintah terus memperketat pengawasan kelaikan kapal ferry di selat Bali. Pada tahun 1980-an, pernah dilakukan pembatasan usia kapal yang beroperasi namun tidak berjalan lama karena banyak kapal ferry yang harus dikandangkan sehingga lintas penyeberangan Ketapang-Gilimanuk sempat kekurangan kapal.
Akibat lemahnya pengawasan serta usia kapal yang tua berdasarkan hasil pemantauan ANTARA diduga menjadi penyebab tenggelamnya tiga unit kapal ferry di lintasan penyeberangan Ketapang - Gilimanuk, yakni LCT Kaltimas (tahun 1994), LCT Trisila (tahun 1995) dan KMP Citra Mandala Bhakti (tahun 2000).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Berdasarkan data yang diperoleh ANTARA di Kantor Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, terdapat sedikitnya lima unit kapal ferry berusia di atas 40 tahun, tiga unit berusia di atas 30 tahun, empat unit berusia di atas 20 tahun, dan tujuh unit kapal ferry di atas 10 tahun.
Sedang kapal ferry yang usianya masih di bawah 10 tahun tercatat lima unit, yaitu LCT Putri Sri Tanjung Merah (tahun 2001), LCT Putri Sri Tanjung Biru (2002), LCT Labitra Risa (2007), KMP Labitra Adinda (2005) dan LCT Jambo V (2000).
Selain itu tujuh dari 24 unit ferry yang beroperasi di selat Bali yang menghubungkan Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi-Gilimanuk, Jembrana berbobot mati di bawah 500 Gross Ton (GT).
Menurut Didik Budi Astono, petugas Kelaik Lautan Kapal Kantor Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi meski telah berusia tua, namun kapal-kapal itu masih laik berlayar.
Selain adanya penggantian suku cadang baru, ferry itu juga mendapat perawatan rutin berstandar internasional.
"Jadi, meski tahun pembuatannya tua, namun kapal-kapal itu masih laik berlayar, karena badan serta suku cadang kapal sudah banyak diganti dengan yang baru," ujarnya.
Dijelaskan, karena termasuk lintas penyeberangan pendek upaya perawatan rutin antara Kapal Motor Penumpang (KMP) dengan Landing Craft Tank (LCT) yang khusus mengangkut kendaraan disamakan. "Sebelumnya hanya kapal penumpang yang harus dirawat atau didock setiap tahun. Sudah tiga tahun ini kapal jenis LCT juga harus didock setiap tahun," papar Didik Budi Astono.
Sejak tidak adanya pembatasan usia kapal, pemerintah terus memperketat pengawasan kelaikan kapal ferry di selat Bali. Pada tahun 1980-an, pernah dilakukan pembatasan usia kapal yang beroperasi namun tidak berjalan lama karena banyak kapal ferry yang harus dikandangkan sehingga lintas penyeberangan Ketapang-Gilimanuk sempat kekurangan kapal.
Akibat lemahnya pengawasan serta usia kapal yang tua berdasarkan hasil pemantauan ANTARA diduga menjadi penyebab tenggelamnya tiga unit kapal ferry di lintasan penyeberangan Ketapang - Gilimanuk, yakni LCT Kaltimas (tahun 1994), LCT Trisila (tahun 1995) dan KMP Citra Mandala Bhakti (tahun 2000).
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar