Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menteri kesehatan negara-negara Asia Tenggara yang bertemu di New Delhi, India pada 8-11 September untuk membahas khusus angka kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong masih tinggi.
Siaran pers dari kantor perwakilan WHO Jakarta yang diterima Antara, menyebut, kematian ibu di kawasan Asia Tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak secara global. WHO memperkirakan, 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun dengan total kematian ibu dan bayi baru lahir, 170 ribu dan 1,3 juta per tahun.
Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu dan anak terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar. Dalam hal ini, hampir semua negara anggota telah berupaya menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan trampil.
Namun semua negara masih harus bekerja keras untuk mewujudkan akses universal pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan trampil supaya bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), menurunkan separuh angka kematian ibu dan anak tahun 1990 menjadi pada 2015. Selain menyoroti masalah kematian ibu dan anak, pertemuan itu juga membahas soal penanganan epidemi infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) yang juga terus menyebabkan kematian di Asia Tenggara.
Dengan sekitar 3,6 juta orang dengan HIV/AIDS dan 260 ribu kasus baru setiap tahun, Asia Tenggara merupakan kawasan dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia. Penularan infeksi virus tersebut juga masih terus berlanjut, terutama melalui hubungan seks antara pekerja seks komersial dengan klien, penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan hubungan sesama jenis.
Direktur WHO Regional Asia Tenggara, Dr Samlee Plianbangchang mengatakan, guna mengatasi masalah itu kini negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan.
Hanya saja, masih terjadi kesenjangan berupa rendahnya cakupan pelayanan, minimnya alokasi anggaran kesehatan, kurang optimal koordinasi dan penggunaan dana dari para donor. WHO mempromosikan pendekatan kesehatan masyarakat untuk memerangi HIV/AIDS yakni pendefinisian masalah, identifikasi metode penanganan yang tepat, intensifikasi intervensi yang dinilai efektif, pemantauan dan evaluasi terhadap dampak intervensi plus biaya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
Siaran pers dari kantor perwakilan WHO Jakarta yang diterima Antara, menyebut, kematian ibu di kawasan Asia Tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak secara global. WHO memperkirakan, 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun dengan total kematian ibu dan bayi baru lahir, 170 ribu dan 1,3 juta per tahun.
Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu dan anak terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar. Dalam hal ini, hampir semua negara anggota telah berupaya menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan trampil.
Namun semua negara masih harus bekerja keras untuk mewujudkan akses universal pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan trampil supaya bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), menurunkan separuh angka kematian ibu dan anak tahun 1990 menjadi pada 2015. Selain menyoroti masalah kematian ibu dan anak, pertemuan itu juga membahas soal penanganan epidemi infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) yang juga terus menyebabkan kematian di Asia Tenggara.
Dengan sekitar 3,6 juta orang dengan HIV/AIDS dan 260 ribu kasus baru setiap tahun, Asia Tenggara merupakan kawasan dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia. Penularan infeksi virus tersebut juga masih terus berlanjut, terutama melalui hubungan seks antara pekerja seks komersial dengan klien, penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan hubungan sesama jenis.
Direktur WHO Regional Asia Tenggara, Dr Samlee Plianbangchang mengatakan, guna mengatasi masalah itu kini negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan.
Hanya saja, masih terjadi kesenjangan berupa rendahnya cakupan pelayanan, minimnya alokasi anggaran kesehatan, kurang optimal koordinasi dan penggunaan dana dari para donor. WHO mempromosikan pendekatan kesehatan masyarakat untuk memerangi HIV/AIDS yakni pendefinisian masalah, identifikasi metode penanganan yang tepat, intensifikasi intervensi yang dinilai efektif, pemantauan dan evaluasi terhadap dampak intervensi plus biaya.
KPO/EDISI 160/16-30 SEPTEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar