Home » » Wisman, Pelecut Kesadaran Konsumsi Produk Organik

Wisman, Pelecut Kesadaran Konsumsi Produk Organik

Peluang Pertanian Organik (2)
Oleh: Heni Kurniawati

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dari universitas se-Jawa, Bali, NTB dan NTT berperan aktif untuk mendukung ‘’gerakan’’ back to nature. Sentuhan akademis mereka terwacana dalam seminar Pertanian Organik Sebagai Alternatif Pendukung Keberkelanjutan Pertanian. Panitia sendiri menghadirkan pembicara Dr Ir I Nyoman Rai, MS (Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi HKTI Bali), Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta (Dosen Fakultas Pertanian Unud), Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M.Agr (Pengusaha dan Praktisi) serta Kabid Pertanian Dinas Pertanian Jembrana, Ir IB Suryawan. Berikut tulisan terakhir tentang Peluang, Tantangan dan Solusi Merebut Pasar Produk Pertanian Organik itu.

Keluar
masuk wisatawan mancanegara (Wisman) dari dan ke Bali tidak semata-mata untuk belanja dan berwisata. Kehadiran mereka di propinsi sejuta pura itu ternyata berperan aktif melecutkan kesadaran masyarakat untuk konsumsi aneka produk pertanian organik (bebas dari pemakaian pestisida kimiawi).
Fenomena tersebut memacu para pebisnis makanan dan petani untuk serius berbenah soal urusan perut dan menggarap lahan-lahan pertanian yang masih tersisa. Tidak heran, jika banyak ditemui restoran dan warung-warung organik di kota Denpasar serta di sejumlah areal obyek wisata.
Dr Ir I Nyoman Rai, MS, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi HKTI Bali mengamini bahwa tumbuhnya sistem pertanian organik di Bali didorong oleh faktor eksternal yakni kehadiran wisman tersebut. Menurut Nyoman Rai, fenomena yang sudah cukup mengglobal itu, membangkitkan kesadaran masyarakat petani dan pebisnis untuk mendirikan unit-unit bisnis, --restoran dan warung organik, obyek wisata pertanian organik--.
Apalagi banyak Wisman mencari bahan makanan yang diproduksi secara organik dan ramah lingkungan, karena lebih aman dikonsumsi. ‘’Peran wisatawan asing tidak dapat dipungkiri sebagai biang pembangkit kesadaran masyarakat Bali untuk memulai hidup dari produk organik. Namun pengembangan pertanian organik di kalangan petani masih membutuhkan sosialisasi bertahap,’’ tandas Nyoman Rai.
Selain tuntutan wisatawan akan makanan sehat, juga tingginya harga pupuk kimia dan pestisida disertai kelangkaan, memaksa petani untuk beralih ke pertanian organik. ”Kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan menjaga kesuburan tanah, membuat petani beralih ke pertanian organik. Mereka tidak lagi memburuh produktivitas hasil pertanian yang tinggi,” katanya.
Pola pertanian konvensional yang fokus pada produksi missal justru kian menjadi biang kerok musnahnya keragaman padi lokal Bali. Semua itu memicu terjadinya penurunan kesuburan tanah sebagai akibat langsung pemakaian pestisida secara kontinyu. Biasnya, ekosistem hidup tidak stabil dan tidak terkendalinya organisme pengganggu tanaman.
“Pemakaian pupuk kimia berkelanjutan berdampak pada kandungan bahan organik tanah berkurang sehingga kualitas hasil panen rendah. Selain itu memicu terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan terhadap kesehatan manusia akibat penggunaan bahan kimia pertanian yang tidak terkendali,” ujarnya.
Untuk merespon peluang pasar organik, sangat penting diikuti jaminan harga produk-produk pertanian organik. Jika tidak. ”Perubahan dari pertanian konvensional menjadi organik tidak dapat diterapkan secara langsung oleh petani, tetapi harus bertahap. Diperlukan waktu transisi untuk merubah cara budidaya petani dari konvensional ke organik. Untuk itu dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan, aplikasi pupuk dan pestisida organik,” pintanya.
Ir IB Suryawan, Kabid Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana menilai, pada dasarnya pariwisata Bali berlandaskan budaya Bali, dan roh budaya Bali itu terletak pada pertanian dan desa adat. Karena itu, budaya agraris dan keindahan alam akan tetap terjaga jika pertanian senantiasa digarap secara organik.
Dalam topik Sektor Pariwisata Dan Pertanian, Suryawan menegaskan, agrowisata sebagai cermin pertanian organik yang sudah menciptakan obyek wisata baru di Bali. Dengan begitu agrowisata harus ditunjang oleh kesuburan tanah, kesejahteraan petani dan kebersihan lingkungan. Bila pertanian organik dan agrowisata terwujud, justru kian menjadikan Bali sebagai suatu kawasan obyek wisata yang berkualitas untuk terus dikunjungi wisman.
Thanks for reading Wisman, Pelecut Kesadaran Konsumsi Produk Organik

0 komentar:

Posting Komentar