Home » » Teuku Umar Menuju Wisata Kuliner

Teuku Umar Menuju Wisata Kuliner

Oleh: Wayan Nita
Ruas jalan Teuku Umar dengan titik tengah terdapat bundaran simpang enam dikenal sebagai pusat kota Denpasar. Dahulu wilayah Teuku Umar adalah areal persawahan yang subur. Saat ibukota propinsi Bali pindah dari Singaraja ke Denpasar perlahan-lahan sawah-sawah di sekitar Teuku Umar beralih menjadi kawasan huni, perkantoran dan tempat usaha. Areal sawah yang masih tersisa bisa ditemukan di sekitar Pulau Moyo dan Pemogan, Denpasar Selatan. Itu pun sudah dikepung pembangunan areal perumahan.
Pada siang hari, arus lalu lintas amat padat. Maklum kawasan ini telah berubah menjadi kawasan bisnis. Ada toko, gerai pakaian dan elektronik, klub hiburan malam Akasaka dan berbagai restoran dengan aneka menu. Saat malam tiba, puluhan pedagang makanan kaki lima mulai menggelar tenda. Sejalan dengan program wisata jalan-jalan keliling kota Denpasar “sight seeing” yang diluncurkan Pemkot Denpasar, wilayah Teuku Umar bisa menjadi spot wisata kuliner dan belanja.
Semua makanan dengan berbagai macam menu dan keunikan cara penyajian bisa didapatkan di sana. Pecinta handphone pun bisa berburu aneka produk lama hingga terbaru. Servis, pelayanan dan tata ruang menjadi trik tersendiri untuk bersaing antar restoran maupun konter handphone agar dapat menarik banyak pengunjung.
Awalnya, Jl Teuku Umar merupakan pusat makanan baik makanan khas Bali hingga makanan khas luar Bali. Menurut Adi Kharisma, salah satu pemilik warung makan Sela Boga di Jl Teuku Umar, sejak tahun 1995 sudah banyak warung makan menghiasi kisaran Simpang Enam ini. Seiring dengan perkembangan jaman dan kondisi sekitar lokasi yang semakin padat penduduk membuat pusat kota ini menyediakan beranekaragam jenis dagangan. Tak lepas dari peran Jl Teuku Umar sendiri yang berfungsi sebagai jalur penghubung dan jalur pembelah kota Denpasar. Membuat jalan ini ramai dilalui kendaraan baik pribadi maupun angkutan kota. Ada yang singgah untuk sekedar melihat-lihat atau makan bersama keluarga dan relasi bisnis.
Adi Kharisma sendiri sudah sejak awal membuka warung makan di Jl Teuku Umar ini. Meskipun sempat berhenti berjualan, Adi kembali menekuni pekerjaannya tapi dengan produk yang berbeda. Yang awalnya menjual es teler kemudian berganti soto dan kini menjual makanan yang terbuat dari ubi jalar ungu dan kuning. Menurut Adi, kisaran Jl Teuku Umar tidak bisa menjadi pusat wisata untuk turis asing karena yang mereka cari di Bali adalah wisata alam dan budaya. “Meskipun ramai tapi tak banyak masyarakat yang menjajal aneka makanan yang tersedia karena harga yang ditawarkan untuk kalangan menengah ke atas. Dan orang Bali sendiri lebih senang makan di rumah karena setiap hari ada upacara agama yang membuat mereka punya banyak makanan,” urai Adi.
Berbeda dengan konter handphone yang bersaing di segi servis. Tapi demi menarik pengunjung, menurut Gede Parta, salah satu SPB (sales promotion boy) sekaligus asisten manager Galaxy Celular, menurunkan harga meskipun hanya lima ribu pun dilakoni. Pengunjung lebih memilih konter yang memberikan pelayanan cepat, ramah dan bersahabat juga tawaran harga lebih murah tapi dengan barang yang berkualitas. “Tapi untuk turis mancanegara jarang yang membeli handphone di seputaran Jl Teuku Umar. Mereka tidak tertarik dan kalaupun butuh lebih memilih beli di seputaran Kuta karena dekat dengan pusat wisata,” terang Gede.
Thanks for reading Teuku Umar Menuju Wisata Kuliner

0 komentar:

Posting Komentar