Oleh: Heni Kurniawati
Geger munta
ber melanda kabupaten Karangasem, Bali sejak Maret lalu. Daerah endemik kasus ini berada di dua kecamatan yaitu Selat dan Bebandem. Sebanyak 511 penderita muntaber berada Kecamatan Selat dan 270 lainnya di Kecamatan Bebandem. Penderitanya mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Hingga minggu pertama April tercatat 781 pasien muntaber yang dirawat di Puskesmas Selat dan Bebandem. Wabah ini pun tercatat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Karangasem.
Menurut Direktur Medik dan Perawatan RS Sang
lah, dr I Wayan Sutarga,MPHM, muntaber di Karangasem dipicu oleh kebiasaan warga minum air mentah tanpa dimasak dan tidak mencuci tangan sebelum makan. Akibatnya tubuh warga mudah diserang bakteri E.Coli. ”Dari pengamatan lapangan yang kita lakukan masyarakat Karangasem khususnya di kecamatan Selat dan Bebandem kurang begitu peduli dengan kesehatan dirinya. Terbukti mereka suka minum air secara langsung tanpa dimasak dahulu,” ungkapnya.
Menurut Kepala Puskesmas Selat dr Gusti Gede Widia, jika pasien muntaber setiap hari membanjiri bangsal–bangsal yang ada di puskesmas. Berbagai upaya dilakukan pihak puskesmas guna membendung laju muntaber. Seperti sosialisasi dan meletakkan pos jaga di daerah end
emik seperti di desa Duda. Penyuluhan dan penugasan tim kaporitisasi ke seluruh desa yang ada di kecamatan Selat. Dalam kurun waktu 15 hari mulai tanggal munculnya wabah muntaber hingga 3 April, pasien mencapai 511 orang di antaranya tersebar di daerah Duda 53 orang, Duda Timur 108 dan Duda Utara sekitar 203. “Selama 15 hari kita berkerja keras guna memberi pelayanan kesehatan dan juga dalam mencegah semakin mewabahnya muntaber di desa ini. Kita terus berusaha untuk yang terbaik bagi masyarakat,” katanya.
Komang Aryani (13) pasien muntaber yang dirawat di Puskesmas Selat mengaku
sering minum air yang belum dimasak. Gejala yang dirasakan setelah sakit perut yaitu mencret, pusing, lemas dan muntah. “Saya tidak tahu penyebabnya apa. Tetapi setelah minum air yang belum dimasak perut saya sakit sekali dan langsung diare. Memang kebiasaan di keluarga selalu minum air yang belum dimasak. Namun baru kali ini terkena muntaber,” jelas siswa SMP I Selat, Karangasem.
dr Kuning Atmadjaya,SpB, Spesialis Bedah RS Sanglah yang berkunjung ke Kecamatan Bebandem, mengatakan daerah endemik terparah di desa Jungutan 102 dan ada 78 pasien muntaber di desa Sebetan. Mereka dirawat di puskesmas Bebandem. Sementara 90 orang telah dirujuk ke RS Karangasem.
Geger munta

Menurut Direktur Medik dan Perawatan RS Sang

Menurut Kepala Puskesmas Selat dr Gusti Gede Widia, jika pasien muntaber setiap hari membanjiri bangsal–bangsal yang ada di puskesmas. Berbagai upaya dilakukan pihak puskesmas guna membendung laju muntaber. Seperti sosialisasi dan meletakkan pos jaga di daerah end

Komang Aryani (13) pasien muntaber yang dirawat di Puskesmas Selat mengaku

dr Kuning Atmadjaya,SpB, Spesialis Bedah RS Sanglah yang berkunjung ke Kecamatan Bebandem, mengatakan daerah endemik terparah di desa Jungutan 102 dan ada 78 pasien muntaber di desa Sebetan. Mereka dirawat di puskesmas Bebandem. Sementara 90 orang telah dirujuk ke RS Karangasem.
0 komentar:
Posting Komentar