Home » » Nusra Simpan Banyak Persoalan

Nusra Simpan Banyak Persoalan

50 Tahun Sunda Kecil
Kawasan Nusa Tenggara dahulu bernama Provinsi Sunda Kecil dengan Singaraja sebagai ibukotanya. Kini Nusa Tenggara yang terdiri dari Bali, NTB dan NTT memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena menyimpan banyak persoalan, potensi sekaligus berkah jika mau dipahami dan digarap secara cermat, ungkap Prof. Dr. I Gde Parimartha.
"Kita berharap Sunda Kecil yang kini terdiri atas Bali, NTB dan NTT dipahami secara benar potensi dan keberadaannya, sekaligus dikembangkan secara sinergis sebagai bagian dari NKRI," kata Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Ia mengatakan, secara antropologis kepulauan Nusa Tenggara dihuni beragam suku bangsa, bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Bali, misalnya, dihuni penduduk mayoritas suku Bali, Lombok suku Sasak, Bugis, Mandar, Melayu, Sumbawa suku Tau Semawa, Flores penduduk campuran Melayu, Papua, suku Solor yang bercampur dengan orang Timor Portugis.
Sementara di Timor terdapat orang Timor yang lebih menunjukkan ciri Melanesia dan orang Belu dengan ciri Melayu. Ciri Melanesia yang kuat nampak pada orang-orang Atoni Timor (di Timor Tengah) yang secara fisik ciri-cirinya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni tipe Papua dan Negrito.
Parimartha menambahkan, hubungan suku-suku tersebut telah berjalan sejak lama dan terjadi komunikasi dan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lainnya.
Berbagai hasil pertanian maupun perikanan laut diperdagangkan ke pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya dan kondisi tersebut membawa daya tarik bagi kedatangan orang di luar Sunda Kecil.
Namun pada perkembangannya sekarang Nusa Tenggara Barat dan Timur masih ketinggalan dibanding daerah lainnya di Indonesia, khususnya dibandingkan Bali dan Jawa.
Dalam era otonomi daerah NTT dan NTB perlu mendapat perhatian lebih besar dari pemerintah pusat, disamping kemampuan dari masing-masing pemkab, pemkot dan pemprov di daerah tersebut, ujarnya.
Pariwisata Berkembang Bervariasi
Sektor pariwisata Bali, NTB dan NTT, bekas provinsi Sunda Kecil sebelum dimekarkan 50 tahun silam, kini masing-masing mengalami perkembangan dengan intensitas yang bervariasi.
"Pariwisata Bali berkembang signifikan, bahkan menjadi `icon` pariwisata nasional, namun dua saudara kembarnya NTB dan NTT masih jalan tertatih-tatih dengan segala keterbatasan," kata Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram Dr Prayitno Basuki.
Ia mengatakan, sejumlah indikator ekonomi, sosial dan budaya menunjukkan fenomena ketimpangan perkembangan pariwisata di ketiga provinsi tersebut.
Salah satu indikator tersebut menyangkut insfrastruktur penunjang pariwisata, transportasi, akomodasi, informasi pariwisata, sarana dan prasarana penunjang.
Indikator lainnya yang sangat mempengaruhi perkembangan pariwisata menyangkut kebersihan dan kesehatan.
Bali sejak adanya pemekaran wilayah Provinsi Sunda Kecil pada tahun 1958 secara tidak sengaja memilih pengembangan sektor pariwisata sebagai basis perekonomian daerah dengan mengandalkan seni budaya dan pesona alamnya.
Kondisi itu menyebabkan pariwisata Bali mengalami perkembangan pesat, berbeda dengan NTB dan NTT yang 50 tahun silam sama-sama bergabung dalam satu wilayah yaitu Provinsi Sunda Kecil.
Prayitno Basuki dalam makalah berjudul "Kesenjangan infrastruktur pariwisata kawasan Nusa Tenggara" pada seminar "50 tahun Sunda Kecil berlalu" mengungkapkan, meskipun pariwisata NTB dan NTT belum berkembang seperti yang diharapkan, hingga saat ini belum ada satupun pemerintah kabupaten/kota yang mendukung kebijakan dan alokasi anggaran berpihak pada pariwisata.
Alokasi dana untuk promosi pariwisata tidak sebanding dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari sektor pariwisata.
Ia mencontohkan, Lombok Barat dengan PAD sebesar Rp 18 miliar per tahun hanya mengalokasikan dana untuk pembangunan bidang pariwisata Rp2 miliar atau sekitar 15 persen dari potensi pemerimaan bidang pariwisata.
Untuk meningkatkan perkembangan pariwisata NTB dan NTT dengan harapan bisa mengikuti kemajuan pariwisata Bali perlu pengembangan insfrastruktur pariwisata jangka menengah yang didasarkan atas hasil kajian akademik yang profesional, ujarnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, perlu memaksimalkan kerjasama antar kawasan pariwisata, baik menyangkut promosi maupun pelayanan, disamping meningkatkan dukungan pemerintah propinsi, kabupaten/kota terhadap pengembangan pariwisata.
Selain itu membangun insfrastruktur pariwisata secara holistik yang mampu meningkatkan pelayanan kepada wisatawan, harap Prayitno Basuki. (Beny Uleander/Ant)
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008
Thanks for reading Nusra Simpan Banyak Persoalan

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar