Home » » Siap Menang, Siap Kalah, Tak Siap Gila

Siap Menang, Siap Kalah, Tak Siap Gila

Oleh: Masduki Attamami
Siapa pun yang berani ikut kompetisi, tentunya siap menang dan siap kalah. Tetapi untuk ikut berkompetisi dalam pemilihan umum legislatif 9 April, kesiapan tidak cukup hanya itu. Juga harus siap gila atau stres maupun depresi berat. Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Soetjipto Helly dalam diskusi "Kalah ora ngamuk, menang ora umuk (sikap menerima hasil pemilu, Red)" di Yogyakarta, mengatakan, usai pemilu calon anggota legislatif (caleg) sangat berpotensi mengalami gangguan kejiwaan atau bahkan sakit jiwa karena kalah. "Mereka mengalami kondisi jiwa seperti itu karena sebelumnya telah mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membangun citra di depan publik," katanya.
Menjadi caleg sama saja dengan bertaruh, tetapi di antara mereka ada yang tidak memiliki mental sebagai seorang petaruh. Terkait dengan hal itu, sejumlah partai politik (parpol) telah menempa mental para kader yang menjadi caleg, agar siap kalah maupun siap menang, sebagai antisipasi kemungkinan ada caleg stres karena tidak terpilih dalam pemilu nanti. "Secara teknis semua caleg diwajibkan mengikuti program orientasi, meskipun sejak awal kami selalu menekankan untuk siap menang dan siap kalah," kata Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Tengah, A Haris Shodaqoh.
Jika caleg mendapat kepercayaan terpilih sebagai anggora legislatif, hal itu merupakan beban, dan bukan pahala. Jika tidak berhasil, itu adalah amanah karena lepas dari beban. Upaya serupa dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengantisipasi caleg yang kalah kemudian stres karena telah mengeluarkan biaya besar. ‘’Untuk mengisi aspek mentalitas para caleg, digelar forum-forum pengajian secara reguler," kata Humas DPW PKS Jateng Hadi Santoso.
Selain itu, semua caleg PKS dibekali doa, usaha, ikhtiar dan tawakal. Terkait biaya yang telah dikeluarkan caleg, disepakati bersama bahwa itu sebagai infak karena PKS tidak bisa dilepaskan dari kiprahnya partai dakwah.
Psikolog Rumah Sakit Ahmad Mukhtar (RSAM) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Zera Mendrosa, M.Psi, memprediksi, setelah penghitungan suara pada Pemilu 9 April 2009, caleg yang kalah bertarung memperebutkan kursi parlemen terancam mengalami depresi dan gangguan psikotik karena beban berat yang dipikulnya.
Ancaman depresi caleg yang kalah akibat beban berat psikologis yang luar biasa itu, karena yang bersangkutan sudah mengeluarkan uang banyak. Modal terbuang sia-sia ketika menjadi calon anggota legislatif, karena tidak terpilih. Ketika seseorang mencalonkan diri dengan menjadi caleg, tentu butuh modal yang tidak sedikit. Bahkan banyak di antara para caleg terpaksa harus menjual mobil, rumah atau pinjam ke saudara, tetangga dan ke bank.
Belum lagi adanya pandangan masyarakat yang menganggap jika sudah menjadi caleg, dinilai kuat dan hebat. Namun jika kenyataannya tidak hebat dan tidak terpilih, maka beban psikisnya sangat berat. Kondisi itu akan mengganggu konsep diri seseorang, harga diri dan fungsi peranan di masyarakat. Sampai sekarang memang belum ada caleg yang konsultasi ke RSAM Bukittinggi. Namun, di rumah prakteknya ada istri dari seorang caleg yang konsultasi karena cemas.
Wakil Direktur RSAM Bukittinggi, dr Khairul Said mengatakan hingga kini RSAM tidak menyediakan ruangan khusus bagi caleg yang bermasalah. "Tetapi jika untuk keperluan pelayanan konseling atau konsultasi, ada psikolog yang akan membantu," katanya. Bahkan bila memang terlalu parah, bisa dirujuk ke rumah sakit khusus.
Siap Tampung
Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat (RSJKO) Provinsi Bengkulu siap menampung caleg yang stres akibat kalah pada Pemilu 9 April 2009. "Kita bukannya berpikiran buruk, namun untuk pelayanan dan memberi pertolongan, RSJKO pasti siap untuk menampung warga masyarakat yang mengalami stres termasuk caleg yang kalah dalam pemilihan umum legislatif nanti," kata Wakil Direktur Pelayanan RSJKO Bengkulu, Sugiarto.
Pihaknya harus cepat tanggap dengan situasi sekarang dan mendatang,apalagi terkait dengan isu akan banyak caleg yang stes karena kalah bersaing dalam memperebutkan kursi wakil rakyat baik di DPR RI, DPD maupun DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Isu tersebut, menurut dia, sah-sah saja sepanjang tidak merugikan orang lain, dan RSJKO Bengkulu sebagai pelayan masyarakat siap menampung siapa pun yang mengalami gangguan jiwa.
RSJKO Bengkulu saat ini telah mempersiapkan kamar khusus bagi pasien yang mengalami stres dan depresi berat. Juga disiapkan ruang inap khusus bagi pasien stres ringan. Daya tampung RSJKO Bengkulu semula hanya untuk 100 pasien, namun menghadapi isu itu disiapkan 50 ruang inap.
Kapasitas 100 pasien karena jumlah pasien yang dirawat di RSJKO Bengkulu selama ini hanya berkisar antara 70 hingga 120 pasien setiap hari. Di RSJKO Bengkulu ada dua jenis pasien yang mengalami gangguan jiwa, yaitu pasien yang gelisah dan pasien yang tenang. Penyebab gangguan jiwa karena keturunan, akibat penyakit fisik seperti malaria dan tipes yang mengakibatkan kerusakan saraf, serta gangguan jiwa akibat konsumsi obat-obat terlarang stres akibat depresi berat. ‘’Jika nanti ada caleg mengalami gangguan jiwa akibat kalah dalam pemilu, ini termasuk gangguan jiwa akibat depresi,’’ katanya.
Sementara Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandeglang, Banten, saat ini juga telah menyediakan ruangan khusus untuk merawat caleg yang mengalami depresi akibat kalah dalam pemilu. "Kami sudah siapkan ruang inap bagi pasien caleg yang depresi," kata Direktur RSUD Pandeglang, Didi Suhandi.
Sesuai informasi jumlah caleg di Pandeglang 550 orang, dan diperkirakan pasca pemilu banyak pasien depresi di rumah sakit setempat. "Mereka mengalami depresi karena gagal meraih kursi anggota legislatif pada Pemilu 2009," katanya.
Untuk itu, pihaknya menyediakan ruangan khusus bagi perawatan pasien depresi. "Tenaga medis dan obat-obatan juga ditambah untuk menyembuhkan caleg yang mengalami depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan," katanya. Meski ruangan khusus sederhana, namun bisa menampung para caleg yang stres.
Bila pasien itu tidak bisa disembuhkan, pihaknya akan memberikan rujukan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cilendek, Bogor, atau RSJ Grogol, Jakarta. ‘’Kedua rumah sakit tersebut sangat memadai untuk menangani dan merawat penderita penyakit kejiwaan,’’ katanya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pandeglang, Budi Prasetio kepada Antara mengatakan pihaknya khawatir pasca pemilu banyak caleg yang kalah mengalami gangguan kejiwaan karena malu atau hartanya habis. ‘’Saya sangat berterima kasih atas inisiatif pengelola RSUD Pandeglang yang telah menyediakan ruangan khusus bagi pasien depresi,’’ katanya.
KORAN PAK OLES/EDISI 173/16-30 APRIL 2009
Thanks for reading Siap Menang, Siap Kalah, Tak Siap Gila

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar