Home » » Wanita Bali Dalam Panggung Politik

Wanita Bali Dalam Panggung Politik

Oleh: I Ketut Sutika
Wanita Bali yang dulu lebih banyak memilih terjun ke dunia kesenian dan merangkai janur (canang) untuk keperluan ritual keagamaan, kini mulai sadar untuk terjun ke medan politik. Sosoknya yang sejak lama dikenal justru miliki kehalusan jiwa, gigih dan iklas membantu suami serta bekerja keras demi menopang ekonomi keluarga. Semangat wanita Bali tidak pernah pudar saat menghadapi rintangan dan persaingan yang kian ketat termasuk dalam panggung politik seperti pada pemilu legislatif (Pileg) 9 April.
Wanita Bali, menurut pengamat politik Tjokorda Gede Atmaja, SH, MM memiliki kesadaran tentang etos kerja sehingga di pentas politik itu sanggup dilakoni dan bersaing dengan pria, --mereka bisa duduk sejajar dengan pria dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Wanita yang dipercaya menjadi wakil rakyat, dari segi kemampuan intelektual dan keberanian adu argumentasi tidak diragukan, meski masih mengedepankan sosok seorang ibu yang penuh kasih sayang. Wanita Bali yang kini lolos ke kursi DPRD Kabupaten/kota maupun DPRD Bali siap menyingsingkan lengan baju untuk bekerja keras, perjuangkan nasib rakyat agar lebih sejahtera. Hal itu didasarkan atas pengalaman dan kenyataan, wanita Bali sanggup melakoni bidang pekerjaan apa saja yang produktif dengan cara-cara profesional.
Meski belum mampu memenuhi kuota 30% perempuan di kursi DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Bali, namun mereka tidak gagal pada Pileg 9 April lalu, kata Atmaja. Hasil perhitungan KPU Bali dan KPU kabupaten/kota, sekitar 28 caleg perempuan lintas parpol berhasil menembus kursi wakil rakyat, empat ke DPRD Bali dan 24 orang di DPRD Kabupaten/kota se Bali.
Hening Puspita Rini (35), satu dari empat wanita yang lolos ke DPRD Bali tidak lepas dari kerja keras dan perjuangan untuk meraih 20.000 suara. Tiga wanita lain, Tutik Kusuma Wardhania (Demokrat) daerah pemilihan Kabupaten Buleleng meraih 11.296 suara, Ni Made Sumiati (PDIP) daerah pemilihan Kabupaten Karangsem dengan 7.890 suara dan Utami Dewi Suryadi (Demokrat) daerah pemilihan kota Denpasar meraih 4.269 suara. Empat kursi DPRD Bali untuk wanita itu sama dengan hasil Pemilu 2004. Mereka adalah Anak Agung Sagung Anie Asmoro (Golkar Kota Denpasar), Anak Agung Ariana Saraswati Hardy (Golkar Gianyar), Ni Putu Mediastari (Demokrat Badung) dan Zubaidah Yuhana (PPP Jembrana).
Kader
Dari 28 caleg perempuan yang lolos ke DPRD Kabupaten/kota se Bali dan DPRD Bali 13 orang di antaranya dari kader PDIP, yang terdiri atas sebelas orang di DPRD Kabupaten/kota dan dua orang ke DPRD Bali. Partai Golkar mengantarkan enam kader perempuan ke DPRD Kabupaten/kota, Partai Demokrat dua orang untuk DPRD Kabupaten/kota dan dua orang ke DPRD Bali.
Partai Hanura, Gerindra, PIB, PKB dan PPP masing-masing satu kursi untuk DPRD Kabupaten/kota. Sementara perempuan gagal menembus kursi DPR-RI maupun Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu kali ini.
Padahal pada Pemilu 2004 lalu berhasil mengantarkan tiga tokoh wanita Bali ke Senayan. Mereka terdiri atas I Gusti Ayu Sukmadewi Djaksa (PDIP) dan Ni Nyoman Tisnawati (Golkar) keduanya jadi anggota DPR-RI serta Ida Ayu Agung Mas (DPD-RI).
Ketiga calon incumbent itu pada Pemilu 9 april lalu bertumbangan, tidak lolos seleksi ketat yang dilakukan oleh pemegang kartu suara pada pesta demokrasi lalu.
Wanita Bali dalam aktivitas keseharian, termasuk di panggung politik tidak pernah diam, berperan secara aktif dalam berbagai aspek pembangunan serta meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas kerja, tanpa mengabaikan keluarga. Dengan keluguan wanita Bali mengarungi kehidupan, ternyata sanggup beradaptasi dengan perempuan modern seperti yang pernah diungkapkan W. Gerard Holker, seorang wisatawan yang sudah puluhan kali berkunjung ke Pulau Dewata. Turis yang juga seorang seniman lukis itu, menggambarkan sosok wanita Bali mengenakan pakaian adat serat bunga emas yang gemerlapan sambil membawa sesajen dalam bokor.
Demikian pula perintis seni lukis Pita Maha di Ubud, Rudolf Bonnet sering kali menuangkan karya seninya di atas kanvas, yang inspirasinya dari sosok perempuan Bali yang polos dengan rambut panjang dikepang dan bunga kamboja terselip dipangkal ekor kepang rambutnya.
Mario Antonio Belanco (alm), pelukis kelahiran Spanyol yang puluhan tahun menetap di perkampungan seniman Ubud, tidak luput menggambarkan perempuan Bali dari segi estetisnya, keluguan, kepolosan dan kodratnya. Wanita Bali tidak hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga, memanfaatkan waktunya seefektif mungkin untuk meningkatkan pendapatan keluarga, juga sanggup melakoni pentas pangung politik, ujar Tjok Atmaja.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009
Thanks for reading Wanita Bali Dalam Panggung Politik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar