Home » » Sudah Sampaikah Anda di Kediaman Otak Sendiri?

Sudah Sampaikah Anda di Kediaman Otak Sendiri?

Judul: Psikologi Kognitif
Penulis: Robert J. Sternberg
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: Desember 2008
Tebal: xx + 585
Peresensi : Naqib Najah *
Di manakah letak jiwa manusia? Di badankah? Atau di kepala?
Terdapatlah legenda kuno dari daratan India yang menceritakan seorang perempuan bernama Sinta. Ternyata Sinta mempunyai keburukan yang sampai saat ini masih hinggap di jiwa masyarakat modern: sekalipun sudah bersuami, tapi tetap saja mencintai lelaki lain.
Pada suatu tempo, terbongkarlah keburukan Sinta. Sang suami tahu bahwa ada lelaki lain selain dirinya di hati Sinta. Kedua lelaki itu bertemu. Dan terjadilah pertengkaran yang berujung pada kematian. Ya, kedua-duanya meninggal dengan kepala masing-masing terputus.
Sinta merasa amat kecewa dengan kejadian tersebut. Dia menyesalkan keburukan sifatnya yang mengakibatkan kedua lelaki tercintanya itu meninggal.
Dengan penuh pengharapan, akhirnya Sinta meminta kepada Dewa Kali untuk menghidupkan keduanya. Sang Dewa mengkabulkan permintaan Sinta. Sang Dewa memerintahkan Sinta untuk menyambungkan kepala masing-masing ke tubuh masing-masing pula. Sinta riang, hatinya berdegup merasakan kebahagiaan itu.
Karena jiwa Sinta keburu melonjak dengan terkabulnya doa tersebut, maka salahlah dia dalam menyambungkan kepala dua lelaki itu. Kepala sang suami disambungkan dengan badan lelaki selingkuhannya, sedang kepala lelaki selingkuhannya tersambung dengan badan suami Sinta.
Maka bingunglah Sinta. Berpikirlah dia hendak menikah dengan yang mana? Dalam batinnya dia bertanya, siapa yang menjadi siapa?
Dari peristiwa di atas, muncullah rentetan pertanyaan yang amat lazim diudarakan di dunia para filsuf juga ilmuwan. Yakni, di manakah letak jiwa seseorang sebenarnya? Benarkah jiwa tersebut terletak pada tubuh manusia, atau bahkan di kepalanya saja?
Dan di antara kelanjutan pertanyaan tersebut, bagaimanakah kinerja tubuh dengan jiwa manusia? Bagaimakah otak turut andil dalam pergerakan manusia?
Nampaknya semua pertanyaan tersebut akan dikuak oleh dua bidang keilmuan: Psikologi Kognitif dan Neurobiologi. Dari kesinambungan antara keduanya, akan muncul beberapa penemuan yang menjawab beberapa pertanyaan tersebut.
Psikologi Kognitif yang mempelajari sistem gerak otak, mencatat bahwa otak tak lain adalah organ tubuh manusia yang mengatur pikiran, emosi, serta motivasi. Dari otak inilah, jiwa manusia terbentuk. Bila otak tersebut mempunyai daya kinerja yang buruk, maka buruk pulalah jiwa manusia. Oleh sebab itu, keterkaitan antara otak dengan jiwa sangatlah erat. Dan sulit dipisahkan. Namun kendatipun demikian, tidak bisa dikatakan bahwa otak adalah jiwa manusia, atau jiwa adalah otak itu sendiri.
Jiwa mempunyai komponen yang sangat banyak. Dan otak hanya sebagai Big Bos seluruh komponen tersebut. Seperti bos, dengan beragam organ lain merespon di bawah komandonya. Namun seperti bos yang lain, dia mendengarkan dan dipengaruhi juga oleh bawahan-bawahannya. (Hal. 28)
Oleh karena itu, otak bersifat direktif sekaligus reaktif. Tentu anda sadar dengan beberapa pertanyaan berikut. Bahwasanya pertanyaan di bawah ini adalah rangkaian keluhan yang sering dialami manusia:
Mengapa kita bisa mengingat seseorang yang kita temui beberapa tahun lalu tetapi kita (mudah) lupa dengan apa yang sudah kita pelajari dalam suatu kuliah? Mengapa orang-orang sering kali merasa pasti kalau mereka sudah benar dalam menjawab sebuah pertanyaan padahal faktanya tidak? Bagimana cara kita mengatur atensi untuk bercakap-cakap dengan seseorang di sebuah pesta sembari menguping percakapan orang lain yang lebih menarik di dekat kita? (Hal. xiii)
Tiga pertanyaan tersebut, tak lain adalah Pe-er bagi para ilmuan yang bernaung di bidang Psikologi Kognitif.
Selama ini, kita semakin banyak menemui sosok yang terjangkit gejala memfonis dirinya sendiri sebagai orang terhebat. Begitu mudahnya kita menemukan sosok yang bersifat sombong, yang mengunggul-unggulkan dirinya. Bercermin menatap diri sendiri, adalah perihal yang sangat sulit dilakukan oleh penduduk bumi dewasa kini. Dalam kata pengantar edisi bahasa Indonesia tertulis, membaca buku Psikologi Kognitif ini layaknya kita membaca diri sendiri. Kita diajak untuk memahami isi otak kita dan menelusuri serta mengingat berbagai bentuk kejadian dalam hidup kita sehari-hari.
Robert J. Sternberg yang adalah seornag Profesor Psikologi dan Pendidikan IBM di Yale University, menawarkan kepada pembaca beberapa teori yang menjembatani antara manusia dengan jiwanya sendiri. Bukan kepada orang lain. Dan betapa sulitnya mensampaikan langkah kita menuju pintu jiwa kita. Sebab menelusuri jiwa seseorang (image) terasa lebih mudah dan mengasyikkan ketimbang menelusuri jiwa sendiri. Maka teori Robert J. Sternberg menjadi sangat penting untuk dipelajari masyarakat sekarang.
Mengapa memori otak kita tidak seperti hardisk komputer, yang kuat menyimpan data yang sudah dimasukkan, serta dengan mudahnya kita memanggilnya kembali hanya dengan sekali menekan mouse? Kenapa kita mudah lupa dan data yang ada di otak kita sering kali tumpang tindih? (Hal. v)
Diskusikanlah pertanyaan tersebut dengan pakar psikologi yang juga seorang Direktur Center for the Psychology of Abilitise ini.
*)Editor dan penyunting buku,anggota Komunitas KUTUB Yogyakarta.
KORAN PAK OLES/EDISI 174/1-15 MEI 2009
Thanks for reading Sudah Sampaikah Anda di Kediaman Otak Sendiri?

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar