Home » , » Swasembada Pangan Plus Pupuk Organik

Swasembada Pangan Plus Pupuk Organik


OLEH: HERNAWARDI
Ardi_31@yahoo.com

Nama Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah lama tersohor sebagai propinsi swasembada pangan nasional. Keberhasilan itu ikut menggugah pemerintah untuk menjadikan NTB sebagai daerah lumbung pangan nasional dan surplus beras.
Revolusi bidang pertanian di NTB bermula dari upaya memperkenalkan tanaman padi sistem Gogo Rancah (Gora) kepada petani rintisan gubernur H Gatot Suherman (almarhum) karena setiap tahun NTB selalu dihadapkan pada ancaman kelaparan, kekurangan pangan dan gizi buruk hingga muncul berbagai penyakit. Tanah yang tandus dan musim kemarau yang panjang menggagalkan petani untuk menuai hasil panen. Rawan pangan selalu menjadi pil pahit bagi pemerintah, yang berbias pada pasokan beras dari luar NTB.
Di balik terpaan masalah klasik itu, ditemukan teknologi yang pantas untuk kondisi lahan tandus NTB yakni Gora. Dengan Operasi Tekad Makmur (OTM), ribuan linggis dibagikan kepada petani miskin. Bibit padi Gora didatangkan dari Suka Mandi, Jawa Barat. Kerja keras petani akhirnya berbuah sukses. Selain lahan yang dulu tandus berubah jadi lahan produktif, juga gerakan OTM mampu merubah pola pikir petani dari yang statis tradisonal ke dinamis praktis. Dari suka meminta berbuah jadi penyumbang beras nasional.
Potret keberhasilan NTB itu tidak terlepas dari aplikasi sistem padi Gora. Kadis Pertanian Tanaman Pangan NTB, H Mashur, menyatakan, hingga kini daerah sejuta mesjid itu masih tetap dinobatkan sebagai lumbung pangan nasional. Setiap tahun, produksi beras berhasil ditingkatkan dan NTB tetap sebagai kontributor utama peningkatan produksi beras nasional. Tahun 2006 saja, produksi padi mencapai 1,55 juta ton, dan tahun 2007 dipatok tembus 1,63 juta ton (meningkat 4,5%).
Potensi lahan sawah dan lahan kering masih cukup tersedia. Lahan kering masih 1,8 juta hektar, dan terbuka peluang untuk pengembangan areal tanam guna mendongkrak produksi padi. Optimalisasi lahan, yang ditanam sekali setahun bisa dipacu dua kali setahun. Sedangkan lahan kering yang tidak produktif dioptimalkan dan dimaksimalkan untuk ditanami padi Gora.
Selain mengandalkan padi, juga diterapkan teknologi pertanian dengan aplikasi pola tanam, penyediaan sarana dan prasarana irigasi. “Karena itu kita coba mengembangkan varietas padi unggulan baru di NTB, Sri yang konon hemat air. Pola padi Sri diterapkan sejak tahun 2002 dengan menghemat air 30-40 persen dibanding pola tanam biasa,” kata Mashur.
Kasubdin Peningkatan Produksi dan Holtikultura Distan NTB, H Abdull Maad menilai, pola pengembangan padi Sri lebih diarahkan pada peningkatan produksi pangan. Untuk satu hektar lahan dibutuhkan 4 kg bibit dan waktu 110 hari sudah siap panen, serta setiap hektar bisa menghasilkan 8-10 ton padi gabah kering.
Selain padi, juga dikembangkan kacang-kacangan, jagung, kedelai dan tanaman palawija lain. Pemanfaatan teknologi pertanian sangat berperan untuk menunjang program peningkatan produksi tanaman dan holtikultura. Antara lain, mulai digeber pemupukan berimbang dengan mengurangi pemakaian pupuk kimia dan menggalakkan pupuk organik, tambah Maad.

Keterangan Foto: Areal pertanian di Bali mulai tergencet oleh pengembangan kawasan pemukiman. Mungkingkah suatu saat dunia kita hidup tanpa petani? (KPO/Putu Wirnata)
KPO/EDISI 143/JANUARI 2008
Thanks for reading Swasembada Pangan Plus Pupuk Organik

0 komentar:

Posting Komentar