Home » » Marah Itu Tidak Tabu

Marah Itu Tidak Tabu

PSIKOLOGI
OLEH: INDAH WULANDARI
hadni_wulan@yahoo.co.id

Marah merupakan hal yang manusiawi. Budaya timur menganggap marah sebuah hal yang tabu untuk diungkapkan. Padahal sumber kemarahan bukan berasal dari sesuatu yang bersifat negatif, namun dari energi tubuh manusia yang terblok karena tak bisa mengarah ke tujuan.
Banyak yang tak menyadari jika seseorang kerap menumpuk masalah, suatu saat stress yang terakumulasi akan meledak dalam kurun waktu 2-3 tahun kemudian. Energi tersebut akan berkembang terus dan berdampak pada fisik yang sakit-sakitan. Marah tidak bisa dikontrol, terang Dr Margret Rueffler, psikoterapis dan fasilitator Jiwa Damai yang tawarkan berbagai bentuk pendampingan, retret, konseling, seminar, dan workshop di Jl Melati III No 3, Br. Bindu, Sibang, Denpasar.
Tapi kemarahan bisa diseimbangkan dengan pengolahan nafas serta mengekspresikan rasa marah tadi dengan beberapa langkah. Awalnya kenali marah, tahan, dan difokuskan pada kegiatan lain dengan nafas lalu ekspresikan dengan cara positif. Keefektifan cara ini telah dibuktikan. Sejak 20 tahun terakhir, Dr Rueffler telah mempelajari dan mengembangkan sub-sub bidang keilmuan baru yakni The Psychology of Nations (psikologi bangsa) dan Psychology of the "Self" (Psikologi Diri). Prinsip yang mendasari keduanya adalah kebahagiaan, pemberdayaan, pertolongan untuk diri sendiri dan pilihan hidup berdasarkan perubahan pada sikap diri. Aplikasinya dengan bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada panca indera kita, khususnya jantung.
Dua komponen lain yang harus dipelajari dan dilatih dengan fokus/ latihan pemusatan diri (centering), menyadari kapan marah kemudian berusaha merangkul energi dari luar tubuh sehingga emosi menurun dan mengarahkan energi konflik ke di satu arah. Ubah cara pikir untuk menerima rasa sakit tadi dengan berdamai dengan diri sendiri dan menyayangi bagian tubuh, ‘’Maka tubuh akan bereaksi seperti apa yang kita pinta, ujar Rueffler. Tepatnya, hara yang terletak 3 cm di bawah pusar dikendalikan dengan mengolah pikiran dan berat di titik sentral sehingga tak ada gerakan dengan terus mengatur nafas. Hal yang sama diterapkan saat marah muncul di kala kita berbisnis dengan klien. Cukup ambil nafas dalam dan ambil jarak dengan masalah. Maksudnya, kita tak bersikap marah namun hanya melihat kemarahan kita dari luar untuk hasilkan keputusan bagus. Selain itu perbanyak meditasi serta kontemplasi diri/ perenungan.
Thanks for reading Marah Itu Tidak Tabu

0 komentar:

Posting Komentar