Pemerintah Kota (Pemkot) Depok melakukan pengobatan massal tahap pertama penyakit kaki gajah (Filariasis). Pengobatan massal dilakukan dengan membagikan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole kepada setiap warga. Bila diperlukan diberikan Parasetamol melalui puskesmas, kata Kadiskes Kota Depok, Jawa Barat, Mien Hartati.
Seperti diberitakan Antara, Hartati menyebut, tahap pertama, pengobatan massal dilakukan di tiga dari enam kecamatan se-Kota Depok yaitu Kecamatan Cimanggis, Sukmajaya dan Beji (9/8), dan Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas dan Limo digelar 13 Desember nanti.
Pemberian obat tersebut memberikan efek rasa mual-mual. "Tapi jangan takut. Semua warga diharapkan mengonsumsi obat tersebut untuk mencegah penularan cacing microfilaria. Apalagi penyebarannya sangat mudah melalui gigitan nyamuk," jelasnya.
Namun wanita hamil, orang yang sedang menderita sakit, serta bayi di bawah umur dua tahun, tidak dianjurkan minum obat tersebut. "Warga lain yang terkena penyakit kaki gajah maupun tidak sebaiknya minum obat ini," kata Mien Hartati. Salah satu penyebab merebaknya penyakit filariasis, karena sanitasi lingkungan yang buruk di sekitar pemukiman warga. Saat ini Kota Depok dinyatakan endemis penyakit kaki gajah. ‘’Banyaknya penderita kaki gajah membuat kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta masuk dalam Kota Endemis,’’ tegas Hartati.
Berdasarkan data Dinkes Kota Depok jumlah penderita penyakit yang disebabkan cacing Microfilaria ini telah mencapai 38 orang. Limabelas penderita telah mencapai tahap klinis kaki gajah, sedangkan di dalam darah 23 warga lainnya ditemukan Cacing Microfilaria. Pada penderita yang telah memasuki tahap gejala kronis terlihat pembengkakan pada seluruh kaki, tangan, buah dada dan buah zakar pada pria. Sedangkan bagi yang baru tahap awal tidak terlihat perbedaan pada tubuh mereka.
Penyakit tersebut berasal dari gigitan berbagai jenis nyamuk. Jika seorang penderita digigit nyamuk, yang kemudian menggigit orang lain yang sehat maka akan tertular. Masa inkubasi penyakit kaki gajah selama bertahun-tahun. Pada gejala awal seseorang akan mengalami demam selama 3-5 hari, gatal-gatal di kulit timbul bercak merah dan kesemutan.
KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008
Seperti diberitakan Antara, Hartati menyebut, tahap pertama, pengobatan massal dilakukan di tiga dari enam kecamatan se-Kota Depok yaitu Kecamatan Cimanggis, Sukmajaya dan Beji (9/8), dan Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas dan Limo digelar 13 Desember nanti.
Pemberian obat tersebut memberikan efek rasa mual-mual. "Tapi jangan takut. Semua warga diharapkan mengonsumsi obat tersebut untuk mencegah penularan cacing microfilaria. Apalagi penyebarannya sangat mudah melalui gigitan nyamuk," jelasnya.
Namun wanita hamil, orang yang sedang menderita sakit, serta bayi di bawah umur dua tahun, tidak dianjurkan minum obat tersebut. "Warga lain yang terkena penyakit kaki gajah maupun tidak sebaiknya minum obat ini," kata Mien Hartati. Salah satu penyebab merebaknya penyakit filariasis, karena sanitasi lingkungan yang buruk di sekitar pemukiman warga. Saat ini Kota Depok dinyatakan endemis penyakit kaki gajah. ‘’Banyaknya penderita kaki gajah membuat kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta masuk dalam Kota Endemis,’’ tegas Hartati.
Berdasarkan data Dinkes Kota Depok jumlah penderita penyakit yang disebabkan cacing Microfilaria ini telah mencapai 38 orang. Limabelas penderita telah mencapai tahap klinis kaki gajah, sedangkan di dalam darah 23 warga lainnya ditemukan Cacing Microfilaria. Pada penderita yang telah memasuki tahap gejala kronis terlihat pembengkakan pada seluruh kaki, tangan, buah dada dan buah zakar pada pria. Sedangkan bagi yang baru tahap awal tidak terlihat perbedaan pada tubuh mereka.
Penyakit tersebut berasal dari gigitan berbagai jenis nyamuk. Jika seorang penderita digigit nyamuk, yang kemudian menggigit orang lain yang sehat maka akan tertular. Masa inkubasi penyakit kaki gajah selama bertahun-tahun. Pada gejala awal seseorang akan mengalami demam selama 3-5 hari, gatal-gatal di kulit timbul bercak merah dan kesemutan.
KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008
0 komentar:
Posting Komentar