Home » » Rame-Rame Garap Pupuk Organik

Rame-Rame Garap Pupuk Organik

Oleh: Albert Kin Ose M
Fukafehan@yahoo.net.id
Konsumsi pangan organik merebak luas di berbagai belahan dunia. Fenomena itu kuat mengemuka karena adanya ragam keluhan masyarakat konsumtif dan hedonitif tentang penyakit stroke, pengapuran dan penyempitan pembuluh darah yang dipicu pola makan serba instan. Selain itu, banyak olahan menu makanan yang lazim dipolesi aneka tambahan bahan berbasis kimia.

Terus menggeliatnya prospek pasar pangan organik membawa dampak positif bagi pertumbuhan industri baru, mulai dari warung (restoran organik, kafe organik) sampai pupuk organik. Bahkan untuk pupuk organik sendiri, banyak pemilik modal termasuk pemerintah yang serius membidik prospek pupuk oranik untuk diproduksi secara missal.
Dr Ir Ririn Prihandarini, MS seperti dilansir www.biotama.com menyatakan, kini banyak bermunculan perusahaan yang menggarap pupuk organic. Antara lainPT Trimitra Buanawahana Perkasa yang bekerja sama PT Trihantoro dan Pemprop DKI Jakarta serta Pemkot Bekasi, PT Multi Kapital Sejati Mandiri dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan Pemkab Brebes, Jawa Tengah yang mengolah sampah kota dan limbah pedesaan. PT PUSRI selain produksi pupuk kimia, juga serius produksi pupuk organik. Sampah dan limbah organik diolah menggunakan teknologi modern dengan penambahan nutrien tertentu guna menghasilkan pupuk organik berkualitas.
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Widya Gama (UWG) Malang ini menilai, pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia secara riil dikurangi. Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk konvensional plus mengurangi biaya pemupukan sudah dibuktikan beberapa hasil penelitian, baik tanaman pangan (kedelai, padi, jagung, dan kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan tebu). Kemampuan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuan menurunkan dosis penggunaan pupuk kimia.
Disebutkan, beberapa hasil penelitian di Pati, Lampung, Magetan dan Banyumas menunjukkan, organik terbukti menekan kebutuhan pupuk urea sampai 100%, TSP/SP 36 (50%), kapur pertanian (50%). Biaya yang dihemat sekitar Rp 50.000/ha. Produksi kedelai meningkat 2,45-57,48%. Keuntungan yang diperoleh petani kedelai naik rata-rata p 292.000/ha, terdiri dari penghematan biaya pemupukan Rp 50.000/ha dan kenaikan produksi Rp 242.000/ha.
Aplikasi pupuk organik yang dikombinasi separuh takaran dosis standar pupuk kimia (anorganik) bisa hemat biaya pemupukan. Hal itu dibuktikan dengan hasil uji lapangan terhadap tanaman pangan (kentang, jagung dan padi). Selain hemat biaya pupuk, juga meningkatkan produksi untuk dosis 75% pupuk kimia plus 25% pupuk organik. Pada kombinasi 75%, pupuk kimia ditambah 25% pupuk organik biaya pemupukan bisa dihemat 20,73% (kentang), 23,01% (jagung) dan 17,56% (padi). Selain itu, produksi kentang meningkat 6,94%, 10,98% (jagung) dan 25,10% (padi). Penggunaan pupuk organik hingga 25%, bisa mengurangi biaya produksi 17-25% dari total biaya produksi.
Jateng Kurang Pupuk
Selain itu, di Lamongan (Jawa Timur) dilaporkan, pabrik pupuk Maharani dalam uji coba produksi mampu menghasilkan 7,8 ton pupuk organik per hari dan ditargetkan pabrik akan menghasilkan 10 ton pupuk organik per hari.
"Produksinya sudah mendekati target. Diharapkan bisa produksi pupuk organik 10 ton per hari," kata Sekretaris Kabupaten Lamongan, Fadeli saat meninjau kesiapan pabrik pupuk organik milik Pemkab Lamongan. Bahkan Fadeli optimis dengan pabrik pupuk organik hasil kerja sama produsen pupuk Petrokimia Gresik itu akan menghasilkan pupuk dalam banyak. Meski baru satu shift kerja, sudah menghasilkan 7,8 ton atau dekati target 10 ton.. Pabrik Pupuk Maharani saat ini memanfaatkan kotoran ayam dan sapi sebagai bahan utama.
Dari Semarang (Jawa Tengah), Antara juga melaporkan bahwa saat ini, daerah tersebut mengalami kekurangan 3,1 juta ton pupuk organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Jateng mencatat provinsi ini masih kekurangan sekitar 3,1 juta ton pupuk organik pada tahun 2008. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Jawa Tengah, Aris Budiono menyebut, kebutuhan pupuk organik di Jateng capai 3,2 juta ton, sementara alokasi yang tersedia hanya 55 ribu ton.KPO/EDISI 159/SEPTEMBER 2008
Thanks for reading Rame-Rame Garap Pupuk Organik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

1 komentar:

  1. Terima kasih atas info-nya. sangat bermanfaat untuk saya yang sedang mencari suplai pupuk organik.

    BalasHapus