Home » » Desa Kertalangu Jadi Pasar Pertanian Organik

Desa Kertalangu Jadi Pasar Pertanian Organik

Kawasan wisata jogging track di Desa Budaya Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, selain dilengkapi berbagai fasilitas rekreasi seperti berkuda dan memancing, juga siap dikembangkan pasar pertanian organik. ‘’Mau makan juga tersedia aneka hidangan berat maupun ringan. Bisa juga untuk pertemuan, rapat. Tetapi yang istimewa setiap hari Minggu pengunjung bisa sambil berbelanja aneka produk pertanian organik,’’ kata Direktur Eksekutif Yayasan Sudhamala Bali, Harry Simorangkir selaku pengelola kawasan wisata tersebut.
Menurut Simorangkir, pasar pertanian organik yang digelar setiap hari Minggu merupakan komitmen yayasan dalam upaya lebih memberdayakan petani di kawasan jogging track tersebut yang mengembangkan aneka budidaya sistem organik.
Pengembangan budidaya pertanian organik, termasuk penanaman padi tanpa pupuk dan obat-obatan mengandung kimia itu, didasari pemikiran bahwa tren ke depan masyarakat akan kembali mengonsumsi produk pertanian organik. ‘’Makanan berasal dari produk pertanian organik jauh lebih sehat ketimbang menggunakan produk yang dalam penanamannya menggunakan pupuk kimia maupun pestisida,’’ katanya.
Aneka produk pertanian organik juga didukung hasil panenan petani dari berbagai daerah di Bali yang sejak beberapa waktu lalu merintis pengembangan budidaya pertanian organik. Dipilihnya kawasan yang dikelola bersama ratusan petani setempat menjadi pasar organik, juga didasarkan komitmen Pemerintah Kota Denpasar yang terus berupaya meningkatkan produksi pertanian alami. Yayasan yang dikelolanya selain mengelola desa budaya, juga berupaya memberikan pembinaan dan pelatihan kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Selain itu membantu akses ke lembaga keuangan sehingga keberadaan UMKM akan mampu meningkatkan penghasilan. ‘’Selama ini masih banyak UMKM yang belum maksimal mendapatkan pembinaan dan pelatihan sumber daya manusia. Karena itu kami akan terus berupaya membantunya, termasuk juga di bidang pemasaran,’’ kata Herry.
Secara terpisah, Dr Ir GN Wididana M.Agr mengingatkan para petani untuk mengurangi bahkan meniadakan pemakaian pupuk an-organik atau kimia, yang sesungguhnya menjadi ‘musuh’ bagi lahan pertanian. ‘’Sedapat mungkin petani harus mengurangi pemakaian pupuk yang dapat merusak lahan bahkan tatanan lingkungan,’’ kata ahli pertanian yang juga penganjur pemanfaatan teknologi Efective Microarganisms (EM) untuk dunia pertanian, ketika dihubungi Antara di Denpasar.
Pria yang meraih gelar master agriculture di Universitas Ryukyu Okinawa, Jepang itu menilai, lahan yang selama ini banyak memanfaatkan pupuk an-organik terbukti sudah keracunan. Selain ketagihan, juga tercemar bahan kimia yang berdampak buruk untuk perkembangan mikroorganisme, yang adalah penyubur tanah.
Karena itu, Wididana mengharapkan para petani dapat mengembangkan lahan sebagai areal pertanian organik yang bebas pemakaian pupuk an organik. Sebagai pengganti pupuk kimia, ia menyarankan penggunaan teknologi EM. ‘’Teknologi EM diciptakan sebagai sarana pengganti pupuk yang selama ini tidak ramah lingkungan. Lahan yang dikelola dengan memanfaatkan teknologi EM selain terbebas dari racun yang berasal dari zat kimia, juga lebih subur dalam waktu yang lebih panjang. Kalau pakai pupuk an organik kan terbukti hanya subur sesaat atau semusim, setelah itu tanah mengering dan mengeras atau bantat," ucapnya. KPO/EDISI 159/SEPTEMBER 2008
Thanks for reading Desa Kertalangu Jadi Pasar Pertanian Organik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar