Home » » Pupuk Kimia Hilang, Organik Dilirik

Pupuk Kimia Hilang, Organik Dilirik

Meski urusan pupuk masih cukup kuat dikendalikan pemerintah, namun untuk mendapatkan penyubur tanaman berbahan kimia tersebut kian sulit ditemukan di pasaran. Karena itu, Dinas Pertanian Kota Sawahlunto, Sumatera Barat gencar mendorong petani membuat dan memakai pupuk organik "Kita intensifkan penyuluhan dalam pembuatan dan penggunaan pupuk organik pada petani guna memutus ketergantungan pada pupuk kimia dan menekan biaya produksi," kata Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Kota Sawahlunto, Ir Helmi Hamid, usai meninjau tanaman kedelai di areal kelompok Tani Padang Sarai Desa Kolok Mudik Sawahlunto, medio Agustus lalu.
Hamid menjelaskan, untuk pembuatan pupuk organik banyak bahan yang dapat ditemukan di sekitar lingkungan petani baik dari kotoran ternak, air seni kambing maupun dedaunan yang berfungsi sebagai insektisida organik. Selain itu, pembuatan pupuk organik tidak membutuhkan modal besar, setelah dihimpun bahan baku dan diolah sesuai formula yang diberikan penyuluh pertanian. Dalam waktu hitungan sepekan, petani sudah menghasilkan pupuk organik.
Supervisor Penyuluh Lapangan Kecamatan Barangin, Arizal Gozali mengaku, penerapan pupuk organik sebagai antisipasi begitu sulitnya mendapat pupuk kimia. Dengan pupuk organik, para petani membuka kembali unsur hara yang tertutup ketika memakai pupuk kimia. ‘’Penggunaan pupuk kimia membuat unsur hara yang terkandung dalam tanah jadi tertutup sehingga menyebabkan lokasi pertanian menjadi lebih gersang. Untuk lahan sawah lumpur justru semakin dangkal. Kondisi ini sangat berbeda dengan pupuk organik dan insektisida organik. Sebab, pupuk maupun insektisida organik akan membuka dan mengembangkan unsur hara yang terkandung dalam lahan pertanian, sehingga menyebabkan kondisi lahan menjadi subur,’’ jelas Gozali.
Pelatihan pembuatan pupuk dan insektisida organik gencar dilakukan dengan bimbingan petugas penyuluh pertanian. ‘’Kami sangat ingin menggunakan pupuk dan insektisida organik. Selain mengurangi biaya produksi, lahan yang kami gunakan lebih subur,’’ tutur Ris (41), salah seorang anggota kelompok tani Padang Sarai.
Sedangkan pemerintah Sumatera Utara siap menggelontor pertanian organik sebagai program prioritas demi menjaga lingkungan dan pertanian berkelanjutan. "Program penggunaan pupuk organik melalui rumah-rumah kompos pada sentra produksi pertanian menjadi prioritas ke depan," kata Asisten II Pembangunan dan Ekonomi Pemprop Sumut, Kasim Siyo ketika membuka seminar internasional Bio Agricultural Input For Sustainable Agriculture yang digelar di Medan belum lama ini.
Kebijakan itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia plus menjaga kesuburan tanah, produksi lebih optimal dan yang terpenting ramah lingkungan demi pertanian berkelanjutan. Hingga kini pertanian masih memiliki peran penting dan strategis di daerah itu. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumut tahun 2007 sebesar 22,74% dengan menyerap tenaga kerja 52,68%.
Beberapa komoditi pertanian yang masih jadi andalan Sumut hingga 2007, padi dengan produksi gabah kering giling 3.257.823 ton dengan surplus beras 312.642 ton. Jagung dengan produksi 804 ribu ton (meningkat 17,88% dari 2006), kelapa sawit (3 juta ton), karet (394 ribu ton) dan coklat (50 ribu ton). Disebutkan, pemakaian biopestisida dan biofertilizer di tingkat petani masih minim dibarengi masalah alih fungsi lahan, rendahnya posisi tawar petani, modal, aplikasi teknologi dan biaya produksi yang tinggi. KPO/EDISI 159/SEPTEMBER 2008
Thanks for reading Pupuk Kimia Hilang, Organik Dilirik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar