Home » » Trend Pangan Organik

Trend Pangan Organik


Tantangan globalisasi dan trend permintaan konsumen serta pasar dunia yang terus menggeliat terhadap produk-produk bebas kimia, ramah lingkungan dan menyehatkan, kian memberi tempat khusus bagi produk pertanian organik. Di Malang, Jawa Timur, bahan pangan dari hasil olahan tanaman organik seperti sayur mayur dan buah-buahan, justru semakin diminati dan menjadi tren warga kota Apel itu.
Kepada Antara di Malang, Penyuluh Lapangan (PL) Dinas Pertanian Kota Malang, Hariyanto mengakui, meski belum terjadi perubahan mencolok terhadap pola konsumsi bahan pangan organik, namun animo masyarakat daerah itu untuk melirik bahan organik semakin membaik. ‘’Produk tanaman yang menggunakan bahan organik ini memang belum begitu besar karena lahan yang dimiliki petani juga terbatas. Tetapi setiap kali panen selalu habis bahkan pasokan ke beberapa super market tidak bisa dipenuhi,’’ kata Hariyanto di sela-sela pameran produk pertanian organik di Malang.
Hasil produksi tanaman organik, lanjut Hariyanto, harganya lebih mahal dibanding tanaman un-organik. Perbandingannya masih satu-tiga. Namun dirinya tetap punya harapan untuk terus mengembangkan budidaya sayur dan buah organik seiring dengan trend yang menggelinding di tengah arus modern. ‘’Apalagi Indonesia Sehat 2010 juga sudah dicanangkan,’’ ujarnya.
Lahan pertanian di Kota Malang yang semakin sempit, membuat pihaknya bersama petani harus mengembangkan tanaman organik melalui polibak. Bahkan, hingga kini setiap kecamatan lebih dari 5.000 polibak dengan ragam tanaman sayur dan buah. ‘’Pengembangan tanaman polibak dengan bahan organik juga sebagai salah satu upaya menyiasati semakin sempitnya lahan pertanian serta mengembalikan hara tanah akibat penggunaan pupuk un-organik yang berlebihan,’’ katanya.
Nanik, salah seorang petani sayur organik di Kecamatan Kedungkandang menyatakan, hasil panen yang didapat tidak jauh berbeda dengan tanaman un-organik. Namun, harga tanaman organik jauh lebih mahal sehingga keuntungan yang didapat petani juga lebih besar. ‘’Selain keuntungan, saya juga mendapat kelebihan lain dari tanaman organik. Seperti lebih sehat jika dikonsumsi dan rasanya lebih enak dibanding tanaman un-organik seperti sayur kangkung, wortel, terong, slada, sawi hijau serta beras yang lebih punel dan gurih,’’ kata Nanik.
Sementara Kasubdin Produksi Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Denpasar, Ir Ambara Putra menengarai, produk pertanian organik belum mendapat respons maksimal dari masyarakat karena harganya lebih mahal dari produk non organik. Meski lebih menyehatkan, tetapi produk pertanian organik belum mendapat perhatian seperti yang diharapkan kalangan petani organik. ‘’Banyak komoditi organik yang diproduksi sekarang, namun belum mendapat respons yang baik di pasar,’’ kata Ambara Putra.
Komoditi sayur mayur, buah hingga beras yang dikembangkan secara organik, hingga kini belum begitu semarak dilirik masyarakat luas. Masyarakat masih memilih produk non norganik. Hal itu terjadi karena daya beli sebagian besar masyarakat Denpasar masih rendah. Harga produk organik bisa dua kali lipat dari harga produk non organik. Meski begitu, produk organik tetap memiliki potensi pasar karena mulai terbuka kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan sehat.
Menteri Pertanian, Anton Apriantono dalam Workshop dan Kongres II Maporina mendukung adanya usaha pengembangan pangan organik di Indonesia. Karena bagi Apriantono, upaya tersebut menjadi salah satu langkah konkrit untuk menggapai visi dan misi yang berujung pada kesejahteraan, kemakmuran para petani. Dengan begitu, devisa dari sektor pertanian diharapkan meningkat dari 7,8 milyar US$ saat ini menjadi 12 milyar US$ tahun 2009.
International Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM) maupun Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) jauh sebelumnya sudah menekan agar sistem manajemen produksi holistik yang mendukung dan meningkatkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. IFOAM menyebut, pertanian organik sebagai suatu pendekatan sistem yang utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem berkelanjutan, pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial. Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukan atau mengeluarkan input tertentu, tetapi merupakan satu filosofi untuk optimalisasi kesehatan dan produktivitas yang saling terkait, baik kehidupan tanah, tanaman, hewan maupun kehidupan umat manusia.
Hingga kini 1 dari 4 warga Amerika Serikat sudah konsumsi produk organi dengan laju pertumbuhan produk organik sekitar 20% per tahun dalam 10 tahun terakhir. Khusus sayuran organik, tampaknya Australia lebih cepat membaca trend dan peluang pasar secara global.
Australia sendiri mengekspor sayuran organik ke pasar Amerika, Inggris, Jerman dan Perancis. Khusus di Asia, sayuran organik Australia sering mengisi rak-rak sayur di super market Jepang, Malaysia dan Singapura. Di Indonesia, Survey BPS per tahun 2000 menyebut, produksi sayuran berupa bawang merah (772.818 ton), kubis (1.336.410 ton), sawi (484.615 ton), wortel (326.693 ton) dan kentang baru 977.349 ton dengan lahan tergarap seluas 291.192 hektar. (Albert Kin Ose M)KPO/EDISI 159/SEPTEMBER 2008
Thanks for reading Trend Pangan Organik

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar