Home » » Pertanian Diabaikan Karena Kesan Kotor

Pertanian Diabaikan Karena Kesan Kotor

Fakultas pertanian mulai ditinggalkan generasi muda. Padahal dalam bentangan kawasan usaha, sektor pertanian Indonesia potensial dikembangkan dalam peta agribisnis terpadu hulu hingga hilir. Persepsi yang keliru soal ilmu pertanian di kalangan pelajar muda perlu disiasati dengan mengembangkan bidang agribisnis menjadi sentral perguruan tinggi. Tentunya, minat kaum muda akan kembali tumbuh karena dunia pertanian jauh dari kesan kotor dan berlumpur.
Generasi muda kurang berminat mendalami ilmu pertanian di tingkat perguruan tinggi. Hal ini disinyalir Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Fasli Jalal karena adanya citra pertanian yang basah, kotor dan berlumpur. Sehingga fakultas pertanian tidak menjadi fakultas favorit di negeri ini. "Pandangan orang kan tentang petani itu, identik dengan basah dan berlumpur. Ini yang harus kita hilangkan," katanya kepada Antara.
Menurut Fasli Jalal, citra tersebut bisa dihilangkan dengan memberikan sosialisasi kepada para murid SMA, guru, orang tua dan masyarakat umum, tentang fakultas pertanian.
Lebih lanjut Fasli mengatakan fakultas pertanian akan diarahkan kepada pengembangan agrobisnis dan agroteknologi. "Kalau sudah bisnis kan akan terbayang yang lebih menjanjikan," katanya.
Dari segi kurikulum, kata dia, harus digunakan cara yang responsif dan kompeten dengan dunia kerja. Nantinya penguasaan ilmu pertanian tidak lagi berorientasi pada aspek pendalaman ilmu, tapi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
"Akan ada banyak praktek langsung secara riil yang dilakukan," katanya.
Ia mengakui masih sedikit perusahaan pertanian berskala besar di Indonesia, kebanyakan berskala sedang dan kecil. "Ini juga menjadi salah satu penyebab kurang diminatinya fakultas pertanian," katanya.
Berdasarkan data Departemen Pertanian (Deptan), saat ini terdapat 94.070.066 (94 juta) hektar (ha) lahan di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai areal pertanian. Dari lahan tersebut sekitar 25,4 juta ha diantaranya, menurut Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) Deptan, Hilman Manan, potensial untuk persawahan atau budidaya tanaman pangan. "Potensi lahan tersebut tersebar di hampir seluruh propinsi di tanah air baik di kawasan Sumatera, Jawa, Bali, NTB dan NTT, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku," katanya.
Menurut Hilman, luas lahan potensial untuk pertanian tersebut baik lahan rawa maupun non rawa terbesar di kawasan Kalimantan yang mencapai 28,03 juta ha, disusul Sumatera 26,11 juta ha, serta Papua dan Maluku 20,96 juta ha. Lahan-lahan tersebut, tambahnya, tidak hanya berpotensi untuk pertanian namun juga perkebunan dan pengembangan peternakan guna penyediaan daging.
Sementara Gurubesar Universitas Udayana Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta mengingatkan bahwa membangun dan memajukan sektor pertanian tidak bisa hanya dibebankan kepada Departemen Pertanian bersama petani, namun harus mendapat dukungan dari semua pihak secara terpadu. Dukungan tersebut antara lain menyangkut infrastruktur, pendidikan, industri, perbankan, perdagangan, hukum, penelitian serta pemihakan masyarakat terhadap petani. KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008


Thanks for reading Pertanian Diabaikan Karena Kesan Kotor

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar