Home » » Jurang Dijadikan Pasar

Jurang Dijadikan Pasar

I Gusti Rai Putrayasa, SH
Oleh: Beny Uleander

Tidak banyak orang yang mau ribet mengurus sebuah pasar tradisional. Termasuk para pejabat pemerintahan. Belum masalah pedagang, sampah, semrawut dan lain-lain. Memang sangat sulit. Namun lain halnya dengan I Gusti Rai Putrayasa, ayah dua anak yang mendirikan sebuah Pasar Pengosari di kawasan Kerobokan, Badung. Pendirian pasar tersebut semata-mata karena rasa kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar.
Ia mendirikan Pasar Pengosari pada tahun 1991. Luasnya mencapai 50 are dengan jumlah pedagang sebanyak 300 pedagang. “Dulunya tempat tersebut adalah sebuah jurang yang kemudian saya timbun untuk mendirikan pasar,” ungkapnya kepada Koran Pak Oles.
Ternyata pasar yang dirintisnya menjadi “ladang usaha” pedagang sekitar Kerobokan dan dari luar Bali. Begitu pula dengan pembeli. Mereka datang dari berbagai penjuru tapi memang kebanyakan berasal dari lokasi sekitar pasar. “Hampir semua kebutuhan ada di sana, terutama kebutuhan untuk masyarakat Bali yang memiliki budaya cukup kental,” ujar pria kelahiran Badung, 31 Maret 1962 silam.
Untuk pengamanan dan kebersihan lingkungan pasar, anggota DPRD Badung ini melibatkan 6 orang warga sekitar pasar Pengosari tepatnya di Banjar Gede Kerobokan. “Sementara untuk kebersihan saya percayakan ke perusahaan swasta untuk mengangkut sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan sampah,” tambah suami dari Herawati yang pernah menimba pengalaman kerja di beberapa hotel berbintang di daerah wisata Kuta.
Melihat kiprah pasar tradisional sebagai jantung perekonomian masyarakat kecil, Rai Putrayasa berharap pemerintah daerah merespon dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat, pribadi atau desa adat untuk mendirikan sebuah pasar jika ada yang ingin mendirikannya. Apalagi melihat jumlah tenaga kerja yang diserap oleh pasar sangat tinggi. KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008
Thanks for reading Jurang Dijadikan Pasar

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar