Home » » Wajah Negeri Dari Pantulan Cermin RAPBN 2009

Wajah Negeri Dari Pantulan Cermin RAPBN 2009

Defisit masih bergelayut bahkan kian besar dalam neraca Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009 yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat paripurna DPR di Jakarta, Jumat (15/8). Defisit RAPBN 2009 sebesar Rp 99,6 triliun (1,9% terhadap Produk Domestik Bruto), lebih besar dari defisit RAPBN 2006, Rp 19,8 triliun (0,7% terhadap PDB), defisit RAPBN 2007 Rp 33,1 triliun (0,9% terhadap PDB), dan defisit RAPBN 2008 Rp 75,0 triliun (1,7% terhadap PDB).
Defisit dalam RAPBN di Indonesia belum seberapa dibanding defisit neraca AS di 2009 mencapai rekor terbaru hampir 490 miliar dolar AS (Rp 44.590 triliun) dengan kurs Rp 9.100 per dolar AS, jauh tertinggal dibanding Jepang yang selalu surplus. Defisit bukan berarti menghilangkan semangat. "Saya sungguh yakin bahwa setiap masalah, setiap krisis, betapapun beratnya, selalu mengandung benih-benih peluang dan selalu ada jalan keluarnya. Percayalah, masalah-masalah yang kita hadapi dewasa ini juga dihadapi bangsa-bangsa lain. Sejarahlah yang kelak akan membedakan antara mereka yang hanya bisa meratapi nasib, dan mereka yang tak pernah menyerah mencari solusi," kata Yudhoyono.
Oleh: Budi Setiawanto
Sebagai contoh, tingkat pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas 6% selama tujuh triwulan berturut-turut bahkan PDB non migas tumbuh mendekati 7% pada 2007. Tingkat pertumbuhan itu dicapai di tengah tekanan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan melonjaknya harga pangan dan energi. Bahkan Semester I 2008 tingkat pertumbuhan mencapai 6,4%. "Ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi setelah krisis ekonomi tahun 1998," kata Yudhoyono.
Padahal Bank Dunia memprediksi bahwa situasi energi dan pangan berpotensi memicu krisis sosial, ekonomi, dan politik di 33 negara dan mengakibatkan 100 juta orang di seluruh dunia kembali jatuh di bawah garis kemiskinan. Cadangan devisi pada Juli 2008 untuk pertama kali dalam sejarah RI mencapai lebih dari 60 miliar dolar AS dan kian perkokoh dasar-dasar perekonomian nasional serta menambah kepercayaan dunia usaha dan publik akan kekuatan perekonomian dalam negeri.
Soal strategi pertumbuhan disertai pemerataan (growth with equity) yang menjadi garis kebijakan Yudhoyono dalam mempercepat pembangunan ekonomi diakuinya telah berdampak positif pada percepatan penurunan tingkat pengangguran terbuka maupun tingkat kemiskinan. Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 yang mencapai 10,5% turun menjadi 8,5% pada Februari 2008. Tingkat kemiskinan menurun dari 17,7% pada tahun 2006 menjadi 15,4% pada Maret 2008.
Rp 1.000 triliun
Lalu bagaimana Presiden menjaga momentum kondisi perekonomian nasional dalam RAPBN 2009? Dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global dan domestik, pemerintah menyusun asumsi indikator ekonomi makro sebagai basis perhitungan RAPBN 2009. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 6,2 persen, tingkat inflasi 6,5 persen, nilai tukar rupiah rata-rata Rp9.100 perdolar AS, suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) 3 bulan rata-rata 8,5 persen.
Sedangkan harga minyak dunia, menurut Yudhoyono, masih mengalami pergolakan dan sangat sulit diprediksi. Dalam semester pertama tahun 2008, harga minyak melonjak di atas 40 persen mencapai 147 dolar AS perbarel namun pada bulan Juli dan awal Agustus 2008 harga minyak merosot hingga 20 persen menjadi di bawah 115 dolar AS perbarel.
Untuk itu pemerintah mengusulkan asumsi tingkat harga minyak mentah Indonesia untuk tahun 2009 sebesar 100 dolar AS perbarel. Harga itu, katanya, masih dalam cakupan harga yang disepakati DPR yaitu antara 95-120 dolar AS. Pilihan harga minyak rata-rata 100 dolar AS perbarel pada tahun 2009 mencerminkan perkembangan terakhir pergerakan harga minyak dunia dan berbagai proyeksi yang paling mutakhir.
Meski begitu, pemerintah memandang perlu untuk tetap menjaga APBN dari risiko gejolak harga minyak ke atas yang dapat terjadi seperti yang terlihat dalam kurun 18 bulan terakhir. Tingkat harga minyak tersebut juga akan disertai penutupan risiko harga minyak ke atas pada tingkat 130 dolar AS perbarel. "Hal ini disebabkan karena APBN jauh lebih rawan terhadap tekanan harga minyak yang lebih tinggi, dibanding jika harga minyak turun," kata Presidena.
Dengan demikian kepercayaan terhadap RAPBN 2009 dapat terus terjaga sepanjang tahun 2009 ketika bangsa Indonesia sedang melakukan serangkaian pemilihan umum. Sementara lifting minyak mentah Indonesia pada tahun 2009 diharapkan dapat mencapai 950 ribu barel perhari. Pendapatan negara dan hibah direncanakan Rp1.022,6 triliun atau meningkat Rp127,6 triliun (14,3 persen) dari APBN Perubahan Tahun 2008. Belanja negara mencapai Rp1.122,2 triliun atau naik Rp132,7 triliun (13,4 persen) dari APBN Perubahan Tahun 2008.
Artinya, defisit anggaran dalam tahun 2009 diharapkan mencapai Rp 99,6 triliun (1,9% terhadap PDB). Dengan besaran RAPBN tahun 2009 seperti itu, maka untuk pertama kalinya sejak Indonesia merdeka, pendapatan negara serta belanja negara dapat mencapai angka di atas Rp 1.000 triliun. "Hal ini menunjukkan semakin jauh meningkatnya volume APBN bila dibandingkan tahun 2005 yang masih sekitar Rp500 triliun. Ini juga menunjukan semakin pentingnya APBN dalam perekonomian dan pembangunan nasional," katanya.
Presiden mengakui tantangan ke depan masih sangat besar. Untuk itu, sebagai rangkaian pembangunan jangka menengah 2004-2009 pemerintah telah menetapkan tema pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 yaitu "Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan".
Tema itu diterjemahkan ke dalam tiga prioritas pembangunan nasional. Pertama, peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan; kedua, percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi; dan ketiga, peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi, pemantapan demokrasi, pertahanan dan keamanan dalam negeri. Dengan prioritas itu maka kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada tahun 2009 diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan (pro growth), menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan (pro job), serta mengurangi kemiskinan (pro poor).
Ketiga prioritas pembangunan nasional tersebut, kemudian dicerminkan di dalam arah dan postur RAPBN 2009. Namun RAPBN hanyalah gambaran kasar atas kondisi saat ini hingga setahun ke depan. Realisasi dan capaiannya amat bergantung pada dinamika Tanah Air. Dan Yudhoyono tetap optimistis. Ia pun mengeluarkan "mantera" andalannya; "Kalau kita bermental BISA, kita semua BISA, dan Indonesia pasti BISA. (Antara/Pumpunan) KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008
Thanks for reading Wajah Negeri Dari Pantulan Cermin RAPBN 2009

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar