Home » » Lawan Kapitalisme Dengan Wajah Baru

Lawan Kapitalisme Dengan Wajah Baru

Judul: The Against Third Way (Kritik Anti-Kapitalis atas
Keruntuhan Ekonomi Global)
Penulis: Alex Caliinicos
Penerbit: Eduka, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2008
Tebal: xii + 239 halaman
Peresensi: Mohamad Fathollah*


Saat ini dunia menderita resesi besar dan pertumbuhan ekonomi global
berada di bawah nol persen pada 2009. Demikian peringatan yang
diberikan pimpinan Dana Moneter Internasional di Paris, Selasa (10/3).
Sementara itu, pasar saham terus tumbang. Di bursa saham Asia, indeks
Nikkei ditutup melemah 0,44 persen menjadi 7.054,98 setelah
harga-harga saham tergelincir di Wall Street sehari sebelumnya. Indeks
di Wall Street mencapai titik terendah sejak Oktober 1982, yakni
6.547. (Kompas,11/03).
Krisis ekonomi global yang belum lama menimpa Amerika Serikat hingga
kini masih dalam kondisi kritis. Pergeseran kurva pendapatan
perekonomian yang semakin menurun di berbagai perusahan besar di
Amerika Serikat berdampak negatif pada perkembangan perekonomian
negara-negara lain, terutama yang memakai ukuran kurs dollar.
Kolapsnya perusahan besar seperti Lehman Brothers, dan perusahaan
otomotif lainnya butuh infus besar-besaran dari pemerintah AS. Maka
demi terciptanya stabilitas produksi dan ekonomi negara, pemerintah
memberikan dana segar sebesar 700 milliar dollar yang dipredeksikan
akan terus bertambah. Hal itu tidak memberikan ruang kosong bagi
negara-negara lain untuk menyelematkan bangunan finansialnya sehingga
perlu mengambil langkah kongkrit dan praksis. Pemerintah rela
berkorban demi kelancaran kegiatan bisnis dunia makro. Secara
matematis, kegiatan ekonomi makro memberikan kontribusi signifikan
bagi keberlangsungan sistem ekonomi-politik suatu negara, baik dalam
tataran nasional (nation-state) maupun internasional.
Keberpihakan pemerintah pada sistem globalisasi ekonomi makro,
walaupun secara global dapat mengangkat kredibiltas negara di mata
internasional, mengancam perekonomian kalangan menengah kebawah.
Berjubelnya korban PHK adalah sebagai bukti. Hal itu dikarenakan
kapitalisme dijadikan mazab sistem perekonomian dunia internasional.
Sistem kapitalis berperan aktif mencincang urat nadi ekonomi suatu
bangsa.
Krisis ekonomi tersebut mendorong organisasi Buruh Dunia di Geneva,
Swiss, Rabu, berkesimpulan bahwa krisis ekonomi dan keuangan global
dua tahun terakhir bakal menyebabkan PHK terhadap 50 juta lebih hingga
akhir tahun 2009. Perkiraan angka ini menunjukkan PHK global tahun
2009 akan meningkat melampaui angka tahun 2007, dengan rentang 18
juta-30 juta pekerja.
Solusi mengatasi krisis ekonomi dunia menjadi sebuah keharusan. Ekonom
Stephen Roach memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 hanya
2,5 persen. Ekonomi dunia digambarkan sudah “mendekati resesi”.
(Kompas, 29/01)
Jauh sebelum krisis ekonomi AS yang notabene sebagai biang krisis
perekonomian global terjadi, Alex Callinicos –profesor politik di
Universitas York, Inggris- mempredeksikan bahwa di awal abad ke-21
kapitalisme akan menjadi “lebih liar” dan sulit dikendalikan. Ternyata
Callinicos benar, dibanding krisis 1930 dan 1997, krisis ekonomi 2008
memberikan dampak yang lebih mengkhawatirkan seluruh dunia.
Perusahaan yang sukses saat ini, menurut Alex, adalah perusahaaan yang
mampu memasarkan merk terkenal. Peningkatan popularitas merek ini
tidak bergantung pada produk khusus melainkan cukup dengan membuka
sumber daya pengetahuan baru yang dihasilkan oleh masyarakat
berpengetahuan tinggi.
Alex Callinicos sengaja membantah teori Jalan Ketiga (the Third Way)
Anthony Giddens. Giddens mengupayakan sistem pembangunan ekonomi
tidak lagi mengarah sepenuhnya pada kapitalisasi global. Sebagai jalan
tengah dari sistem ekonomi kiri dan kanan, Jalan Ketiga hendak
mengupayakan keuntungan yang berasas kerja keras. Akan tetapi bagi
Callinicos teori Jalan Ketiga tidak sepenuhnya akan membebaskan rakyat
dari penderitaan struktural. Maka dengan buku The Against Third Way
ini Callinicos membantah dan memotong teori Jalan Ketiga sebagai
bagian dari sistem kapitalisme yang menyengsarakan.
Jalan ketiga menurut eksponen Jalan Ketiga, Anthony Giddens, berada di
antara sosial demokrasi model lama, yang mempunyai kepercayaan
berlebihan kepada negara, dan neo-liberalisme yang juga mempunyai
kepercayaan keliru terhadap pasar bebas. ‘Jalan Ketiga’ menjanjikan
jalan keluar dari batas-batas sejarah. ‘Jalan Ketiga’ bermaksud
menawarkan jalan maju yang mengambil segi-segi terbaik dari dua kutub
tradisi lama yang merepresentasikan kegagalan kiri maupun kanan
tradisional.
Jalan Ketiga tidak sekedar gagasan. Konsep ini telah lama diterima
oleh kaum Demokrat Baru (New Democrats) dan menjadi ‘agama’ baru di
gedung putih di bawah pimpinan Bill Clinton. Di samping itu, ia juga
melakukan afiliasi terhadap New Labor (Partai Buruh di Inggris) di
bawah pimpinan Tony Blair.
Paradoksnya, konsep ini mendapat dukungan kelembagaan yang sangat kuat
di Inggris, yaitu negara bagian Eropa yang menentang konsep-konsep
abstrak dan kaum intelektual yang ahli dalam mengartikulasikannya.
Jalan ketiga, menurut Callinicos, bukanlah jalan utama memotong sistem
kapitalisme global. Musuh utamanya bukanlah globalisasi, namun
kapitalisme global. Kesimpulan akhir buku ini adalah, bahwa Jalan
Ketiga yang kini ditawarkan tidak menjadi pilihan menarik bagi bagi
golongan kiri. Tanpa memutuskan diri dengan kebijakan neo-liberal dari
Kanan Baru, Jalan Ketiga melanjutkan dan dalam beberapa hal
meradikalisasinya.
Secara khusus, banyak klaim mengenai “ekonomi baru” sangatlah
berlebihan. Berkat revolusi teknologi informasi, kapitalisme tidak
melampaui jangkauan ledakan dan kemerosotan ekonomi: sesungguhnya
karakteristik pergolakan dan spekulasi dari ekspansi Amerika sejak
awal dekade 1990-an menunjukkan bahwa bagaimanapun halnya kita
sekarang tengah memasuki era kegoyahan ekonomi yang lebih besar
(h.198).
Dalam merespon sistem kapitalisme terdapat enam tesis yang dikemukakan
oleh Callinicos dalam buku ini. Dalam banyak hal gerakan anti
kapitalisme masih kacau balau. Namun gerakan ini bersikap tegas
terhadap slogan yang dipopulerkan Bove sendiri “le Monde N’est Pas Une
Marchyandise” (dunia bukan untuk dijual). Dengan kata lain, sebagai
protes penentangan komodifikasi tiada henti atas segala hal yang
diusung oleh hegemoni neo-liberal dan diperkuat pemerintahan Jalan
Ketiga.
Dimanakah posisi kiri dalam dunia yang masih dikuasi logika akumulasi
kapital ini? Di belakang pengalaman Jalan Ketiga terdapat upaya
berkesinambungan dari gerakan buruh selama abad yang silam untuk
mereformasi kapitalisme. Kekecewaan terhadap pemerintahan reformis
yang tunduk pada modal telah ikut menciptakan konteks sosial yang
memaksa kebijakan-kebijkan neo-liberal oleh Kanan Baru dan Jalan
Ketiga. Namun sejarah tidak pernah berhenti. Tidak ada alasan mengapa
masa silam pasti mengulang dirinya sendiri. Callinicos mengakhiri buku
ini dengan kalimat: “ Kiri baru bisa menawarkan suatu alternatif murni
atas kebuntuan yang mendorong pemikiran Jalan Ketiga.”
*)Staf peneliti The Center for Social Economic and
Humanity Studies (CSĂ©hs), FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

KORAN PAK OLES/EDISI 172/1-15 APRIL 2009
Thanks for reading Lawan Kapitalisme Dengan Wajah Baru

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar