Biarkan Harga Beras Naik
Oleh: Wayan Nita
Masyarakat kecil adalah korban dari kenaikan harga yang terus merangkak. Tak hanya itu, petani sebagai penyuplai hasil pertanian juga terpuruk. Betapa tidak, harga sembako terus naik, tapi kesejahteraan petani tidak ikut naik. Banyak permasalahan yang membelenggu mereka. Kelangkaan pupuk dan bibit tanaman pertanian juga spekulasi harga dari tengkulak membuat petani tak berkutik.
Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan moneter tidak bisa mempengaruhi inflasi. Sedangkan inflasi terjadi tidak hanya di sektor pangan saja, tetapi hampir di semua sektor. Harga barang menjulang tinggi tanpa bisa dikendalikan lagi. Inflasi saat ini terjadi, menurut Dr Iman Sugema Senior Economist, International Center for Applied Finance and Economics (Inter-CAFE), Institut Pertanian Bogor, karena adanya pengaruh resesi yang kini menimpa perekonomian Amerika Serikat. Negara kecil seperti Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh itu. Jika Amerika Serikat mengalami masalah kenaikan harga barang di semua sektor, maka Indonesia juga akan merasakan dampaknya.
Misalnya harga beras yang melambung tinggi akhir-akhir ini sangat melukai masyarakat. Tapi jika kita terus menerus mengupayakan harga beras turun, maka pertanian Indonesia yang akan terpuruk. Pemerintah pusat, menurut Iman Sugema, di sela-sela workshop perbankan yang diselenggarakan Perhimpunan Jurnalis (PJI) Bali, pemerintah harus segera memilih.
Pertama, melakukan stabilitas harga dengan menurunkan harga beras lokal lebih rendah. Tapi konsekuensinya, lanjut Iman Sugema, implikasi petani tidak punya insentif. Agar harga beras di tingkat petani meningkat, maka bulog harus sebanyak-banyaknya menyerap beras dari petani. Selama ini, bulog tidak punya akses langsung dengan petani. Sehingga pihak swasta yang akan lebih diuntungkan. Kedua, paparnya, dengan membiarkan harga beras tinggi agar petani lebih bergairah dalam memproduksi beras. “Sehingga bila produksi beras melimpah, maka perlahan harga beras akan turun. Dan kesejahteraan petani dan masyarakat terpenuhi,” ungkapnya.
Oleh: Wayan Nita
Masyarakat kecil adalah korban dari kenaikan harga yang terus merangkak. Tak hanya itu, petani sebagai penyuplai hasil pertanian juga terpuruk. Betapa tidak, harga sembako terus naik, tapi kesejahteraan petani tidak ikut naik. Banyak permasalahan yang membelenggu mereka. Kelangkaan pupuk dan bibit tanaman pertanian juga spekulasi harga dari tengkulak membuat petani tak berkutik.
Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan moneter tidak bisa mempengaruhi inflasi. Sedangkan inflasi terjadi tidak hanya di sektor pangan saja, tetapi hampir di semua sektor. Harga barang menjulang tinggi tanpa bisa dikendalikan lagi. Inflasi saat ini terjadi, menurut Dr Iman Sugema Senior Economist, International Center for Applied Finance and Economics (Inter-CAFE), Institut Pertanian Bogor, karena adanya pengaruh resesi yang kini menimpa perekonomian Amerika Serikat. Negara kecil seperti Indonesia sangat rentan terhadap pengaruh itu. Jika Amerika Serikat mengalami masalah kenaikan harga barang di semua sektor, maka Indonesia juga akan merasakan dampaknya.
Misalnya harga beras yang melambung tinggi akhir-akhir ini sangat melukai masyarakat. Tapi jika kita terus menerus mengupayakan harga beras turun, maka pertanian Indonesia yang akan terpuruk. Pemerintah pusat, menurut Iman Sugema, di sela-sela workshop perbankan yang diselenggarakan Perhimpunan Jurnalis (PJI) Bali, pemerintah harus segera memilih.
Pertama, melakukan stabilitas harga dengan menurunkan harga beras lokal lebih rendah. Tapi konsekuensinya, lanjut Iman Sugema, implikasi petani tidak punya insentif. Agar harga beras di tingkat petani meningkat, maka bulog harus sebanyak-banyaknya menyerap beras dari petani. Selama ini, bulog tidak punya akses langsung dengan petani. Sehingga pihak swasta yang akan lebih diuntungkan. Kedua, paparnya, dengan membiarkan harga beras tinggi agar petani lebih bergairah dalam memproduksi beras. “Sehingga bila produksi beras melimpah, maka perlahan harga beras akan turun. Dan kesejahteraan petani dan masyarakat terpenuhi,” ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar